Share

Ch. 4 Tidak Ada Jalan Lain!

Mata Aline membelalak. Adam dengan begitu santai dan tenang tanya kepadanya perihal mahar? Memang siapa juga yang hendak menikah dengan dia? Aline tidak mau! Dia memang masih jomblo, dia terlalu serius dengan pekerjaannya sebagi seorang penulis novel sampai-sampai Aline tenggelam dalam dunia dan cerita yang dia buat sendiri. Hal yang membuat Aline sedikit mengasingkan diri dari dunia nyata dan mengabaikan kisah asmara tidak peduli dia sudah seperempat abad. Dan hal ini tidak lantas membuat Aline auto mau dan pasrah harus menggantikan Aleta menikahi Adam!

“Mas ... tapi aku nggak mau!” akhirnya Aline bisa bersuara, setelah beberapa saat ia terbungkam oleh suara-suara mendominasi di sekitarnya.

Wajah Adam nampak terkejut, namun hanya sesaat, ia kembali dengan wajah tenangnya menatap Aline yang sudah siap meledakkan tangis.

“Lantas, kalau kamu tidak setuju, kamu punya saran apa untuk acara minggu depan, Lin?” tanya Adam tanpa memalingkan wajah dari Aline.

Aline menyeka air matanya, ia menghirup udara banyak-banyak dan berusaha tetap tenang agar semua ide dan kalimat penolakan yang sudah Aline rancang tidak menguap dan lenyap begitu saja dari otaknya.

“Ya kita bisa pakai cara pertama tadi. Aku bisa pura-pura jadi Aleta di acara besok itu. Tapi yang nikah sama mas Adam tetep Aleta.”  Jelas Aline yang berharap semua orang bisa mengerti dan menerima keputusannya.

Adam tersenyum sinis, ia mendesah lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kepala lelaki itu menunduk sesaat, lalu dia kembali mengangkat wajah dan menatap Aline yang berharap-harap cemas akan keputusan yang akan diambil untuk masalah ini.

“Sayangnya tidak semudah itu, Lin.” suara Adam begitu tegas, suara yang menekankan bahwa apa yang keluar dari mulut lelaki itu sama sekali tidak bisa dibantah.

“Kenapa? Kan tidak ada yang tahu kecuali keluarga besar kita, semua akan baik-baik saja.” Aline masih tidak menyerah. Ini tentang masa depannya! Jadi Aline akan lakukan apapun demi masa depan Aline.

“Aku nggak mau, aku nggak setuju! Satu-satunya cara dan jalan keluar yang bisa aku terima adalah dengan kamu menggantikan Aleta untuk menikah denganku.”

Aline kembali melotot, apa-apaan ini? Mulutnya sudah siap menyemburkan protes ketika tepukan itu kompak masing-masing menepuk bahu kanan dan kirinya. Membuat suara yang sudah siap meledak keluar mendadak tercekat di tenggorokan Aline.

“Lin ... sudahlah, terima saja.” Desi mengelus pipi Aline, bayangan air mata masih nampak di mata itu.

“Ta-tapi, Ma ... Al--.”

“Cuma kamu satu-satunya harapan keluarga kita, Lin. Tolong kali ini saja ... tolong papamu ini!” Beni ikut menelus pipi Aline, membuat air mata Aline kembali menitik dan banjir.

Bisa Aline rasakan dadanya begitu sesak. Mimpi apa dia semalam sampai-sampai hari ini berubah jadi begitu buruk dan mengerikan untuk Aline? Menemukan Aleta dalam kondisi macam tadi saja sudah cukup membuat Aline tergoncang dan sekarang ... sekarang dia mendadak harus menikahi calon kakak iparnya sendiri?

“Adam itu laki-laki yang baik, Lin. Sangat baik! Tentu papa tidak akan macam-macam dan asal-asalan dalam hal masa depan anak-anak papa.” Beni meraup wajah Aline, menatap mata Aline dengan cucuran air mata.

Aline menundukkan wajah, berusaha menghindari sorot mata yang selalu sukses membuat Aline luluh dan tidak berkutik. Kali ini, tentu Aline tidak akan semudah itu menyerah dan pasrah dengan takdir dadakan super gila yang mengancam masa depan Aline.

“Tapi, Pa, Aline kan nggak cin—“

“Cinta bisa muncul seiring kalian bersama-sama.” potong Beni tegas, sama seperti Adam, Beni nampak tidak mau dibantah.

“Ya ta—“

“Saya bisa ajak Aline bicara empat mata saja, Pa?” suara itu memotong kalimat penolakan Aline, membuat Aline menatap kearahnya dengan sorot mata tidak mengerti.

Wajah Beni langsung sumringah, kepalanya terangguk cepat sebagai tanda bahwa Beni setuju dan mengizinkan Adam membawa Aline pergi berdua.

“Silahkan, Dam. Kalian hati-hati ya, tapi?”

Adam mengangguk pelan, sementara Aline masih termangu di tempatnya duduk dengan hati berkecamuk. Dia bahkan sudah tidak lagi bisa berpikir apapun. Pasrah saja ketika tangan itu meraih tangan Aline dan membawa Aline pergi dari sana.

“Eh ... mau nagapain?” tentu Aline protes, Adam diam-diam ingin bicara empat mata saja dengan dirinya? Apa yang mau dibahas dokter bedah ini?

“Ikut sebenar, aku rasa kita perlu banyak bicara, Lin!  Kau tahu itu!”

***

“Mas, ini tuh gila bener!” Aline hampir berteriak, kini dia sudah duduk di jok yang ada di sebelah Adam. Entah hendak dibawa kemana Aline ini, ia pasrah saja.

“Apanya yang gila, sih, Lin” Adam menoleh seklias, senyumnya merekah berbanding terbalik dengan wajah Aline yang masam dan pucat pasi.

 “Ya harusnya  kamu nikah sama Aleta, Mas!” Aline tidak mengerti, kenapa bisa-bisanya calon istri koma dan Adam malah mengejar-ngejar Aline untuk mau dia nikahi?

“Dan kau lihat sendiri, kan, bagaimana kondisi Aleta sekarang?”

Sebuah kalimat tanya balik yang membuat Aline makin gemas dan kesal pada sosok yang kini tengah mengemudikan mobil di sebelahnya. Tanpa Adam jelaskan, tentu Aline tahu betul bagaimana kondisi saudari kembarnya itu! Dia ikut masuk dan melihat bagaimana Aleta terbaring tidak berdaya dengan banyak selang menempel di tubuhnya, entah apa fungsinya, Aline sendiri juga tidak tahu!

“Dan dengan kondisi calon istri yang demikian, kamu malah sibuk mencari penggantinya daripada menunggu dia sadar?” tentu ini adalah senjata ampuh yang bisa Aline pakai untuk membela diri, melepaskan diri dari jerat pernikahan tiba-tiba yang bahkan sama sekali tidak pernah terlintas dalam benaknya sedikitpun.

“Yang pertama, bukankah tadi kau bilang bahwa sebenarnya Aleta terpaksa menjalani pernikahan denganku? Dia punya kekasih dan tidak mencintaiku sampai-sampai dia nekat bunuh diri, lebih memilih meregang nyawa daripada jadi istriku. Itu yang pertama. Dan yang kedua, sama seperti Aleta, aku juga sebenarnya terpaksa menjalani pernikahan dengannya, aku tidak mencintai dia.”

Aline terbelalak, ia menoleh dan menatap Adam yang nampak begitu tenang di balik kemudinya. Ah ... bahkan Adam-pun juga terpaksa menjalani perjodohan ini? Hal yang tidak bisa Aline terima tentu kenapa sekarang jadi dia yang terseret dan ikut terpaksa menjalani semua perjodohan gila dan konyol yang mengikat Adam dan Aleta? Kenapa harus Aline?

“Kalau begitu Mas punya pacar, kan? Bawa aja besok minggu dan nikahi dia, selesai urusan!” otak Aline sudah tidak bisa dia gunakan berpikir lagi, mendadak otaknya blank!

Terdengar helaan napas kasar dari sebelah, Aline tidak berani menoleh. Pasti Adam tengah menoleh ke arahnya dan melotot tajam. Tapi sebodoh amat! Aline akan berjuang untuk melepaskan diri, titik!

“Line, jangan bercanda! Pernikahan ini untuk menyatukan keluargamu dengan keluargaku. Bukan keluargaku dengan keluarga orang lain! Dan satu hal lagi ... aku tidak punya pacar!”

Aline kembali melotot, kini dia menoleh ke arah Adam! Tidak punya pacar? Kenapa makin lama Aline makin terjepit dan tidak bisa berbuat apa-apa?

“Percayalah padaku, semua akan baik-baik saja.” Gumam Adam dengan begitu santai, “Ngomong-ngomong ... kamu juga nggak punya pacar, kan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status