Share

Bab 5. Akhirnya Aku Menemukanmu!

“Tuan, rumah yang kita cari sudah dekat dari sini,” ucap Jeff yang menghampiri Eric setelah menanyakan alamat kepada orang yang berada di sana. Namun tampaknya Eric hanya terdiam. Dia seperti tidak mendengarkan apa yang Jeff katakan, dan hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. “Tuan?” ujar Jeff.

Mendengar itu, akhirnya Eric pun tersadar. Anak laki-laki tadi sudah mengganggu pikirannya. Karena terlalu mirip dengannya, rasanya dia tidak percaya jika anak itu bukanlah miliknya.

“Tuan, ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Jeff. Ini adalah pertama kalinya dia melihat tuannya yang tidak fokus. Biasanya dia selalu waspada akan apa pun. Tapi, sepertinya saat ini tuannya tengah memikirkan sesuatu.

“Tidak ada, ayo kita lanjutkan perjalanan,” jawab Eric.

“Baik Tuan.” Mereka pun kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan mereka.

Ketika di perjalanan menuju tempat tujuan mereka, Eric tak henti-hentinya memikirkan anak kecil tadi. Bisakah ada seorang anak yang begitu mirip dengan dia sewaktu kecil, hal itu mungkin saja terjadi jika anak itu adalah anaknya. Tapi jika bukan, mungkinkah itu terjadi? Hal itu tidak bisa dia mengerti. ‘Haruskah aku menyelidiki ini?’ batinnya.

“Jeff, apakah kau pernah melihat seorang anak yang mirip denganmu?” tanya Eric tiba-tiba.

“Maksud Anda Tuan?” tanya balik Jeff.

“Maksudku, bagaimana menurutmu jika saat kau berjalan dan tanpa sengaja kau menabrak seorang anak kecil. Tapi saat kau melihat wajah anak itu, kau terkejut karena wajah anak itu sangat mirip denganmu.”

“Apakah kemiripannya sekitar 99%, Tuan?” tanya Jeff lagi.

“Bisa dibilang seperti itu,” jawab Eric.

“Maka bisa dipastikan, bahwa itu adalah anak saya,” jawab Jeff dengan yakinnya.

Deg!

Eric langsung tersentak saat mendengar jawaban Jeff. Apa itu artinya, anak tadi benar-benar putranya. Karena kemiripannya dengannya bisa dikatakan hampir sempurna, sangat mirip dengannya sewaktu kecil.

“Apa yang membuatmu bisa menjawab seperti itu dengan yakin, Jeff?” Eric masih meminta kepastian dari jawaban Jeff, karena dia harus memastikan bahwa anak itu benarlah anaknya.

“Karena seseorang tidak mungkin mempunyai kemiripan hampir sempurna seperti itu, jika tidak memiliki hubungan darah Tuan. Baiklah, mungkin diluaran sana ada banyak orang yang memiliki kemiripan wajah, walaupun tidak memiliki hubungan darah. Tapi, kemiripan mereka tidak mungkin sampai 99 persen. Karena mereka tidak memiliki hubungan darah, mungkin bisa dikatakan hanya sekilas mirip saja,” jelas Jeff.

Mendengar itu, Eric jadi memikirkan dengan baik jawaban masuk akal yang diberikan oleh Jeff. ‘Aku benar-benar harus memastikannya,' batinnya lagi.

“Ada apa Tuan, apakah Anda bertemu dengan orang yang mirip dengan Anda?”

“Aku akan menceritakannya nanti, kau tahu kan apa artinya itu?”

Jeff pun mengangguk, dia mengerti bahwa sebentar lagi akan ada tugas baru yang sepertinya sangat penting untuk dia laksanakan. Sekarang ini, dia akan fokus lebih dulu menyelesaikan tugas utamanya. Yaitu, membawa tuannya menemui putri dari musuh terbesarnya Arya Subagja.

***

Sementara itu, Alana tampak berjalan dengan terburu-buru kembali menuju rumahnya, dia melupakan ponselnya, padahal tadi dia sudah hampir sampai di tempat kerjanya. Tapi, benda berharganya itu justru malah tertinggal. Jika dia tidak membawa ponselnya, bagaimana dia menghubungi Mely untuk menanyakan Alden nanti. Karena itulah, dia memilih untuk kembali ke rumahnya demi mengambil ponselnya itu.

Saat Alana sudah sampai di rumahnya dan hendak masuk ke dalam rumah. Dia menyempatkan dulu untuk melihat ke arah rumah Mely yang terlihat sudah sepi. Itu artinya sudah tidak ada siapa-siapa di sana.

“Sepertinya, Alden dan Mely sudah berangkat,” gumamnya. Dengan tersenyum lega, dia pun membuka kunci pintu rumahnya dan masuk ke dalam.

Alana masuk ke dalam kamarnya, dan mengedarkan pandangannya untuk mencari benda pipih berwarna putih itu.

“Hmm dimana ya aku menyimpannya.” Alana mengobrak-abrik tempat tidurnya untuk mencari ponsel itu. Hingga saat dia membuka bantalnya, ternyata ponselnya itu terselip di bawah bantal tidurnya. “Hah ini dia.” Alana mengambilnya dan hendak langsung kembali keluar, karena dia sudah terlambat. Namun, baru saja dia akan keluar dari dalam kamarnya, dia mendengar suara seseorang yang sedang berbicara.

“Jeff, kau yakin ini rumahnya?” tanya Eric dengan dinginnya.

“Benar Tuan, alamat ini sama dengan alamat yang anak buah saya berikan,” jawabnya.

Eric melihat dengan tajam sebuah rumah sederhana yang ada di hadapannya. Namun, rumah ini tampak lebih bisa dijadikan tempat tinggal dari pada rumah yang dia bakar waktu itu. “Kalau begitu masuk ke dalam dan tarik wanita itu ke hadapanku!” titahnya.

“Baik Tuan.”

Deg!

Alana yang masih berada di dalam itu langsung panik. Suara siapa yang dia dengar itu. Dan sepertinya suara itu tidak asing baginya.

Merasa penasaran dengan suara itu, Alana pun memberanikan diri untuk mengintip dari balik kaca jendela yang ada di kamarnya. Karena kebetulan kaca jendela kamarnya itu bisa melihat ke arah luar rumahnya.

Mata Alana langsung membelalak, saat dia mengenali siapa orang yang saat ini berdiri di luar rumahnya itu. “O-orang itu, orang itu adalah orang yang mencari ayah dan mengejar-ngejarku waktu itu,” ucapnya.

Tubuh Alana langsung bergetar, dia tidak menyangka bahkan setelah 6 tahun orang itu tetap mencarinya. Dan bahkan dia menemukan tempat persembunyiannya, sekarang apa yang harus dia lakukan.

Brakkk!

Alana terlonjak, saat dia mendengar suara pintu rumahnya yang terbuka dengan keras. Entah kenapa, hal ini mengingatkannya pada kejadian waktu itu.

“Me-mereka masuk, a-aku ... aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Sembunyi, aku harus sembunyi.” Alana mencari tempat persembunyian yang ada di dalam kamarnya. Dan pilihannya jatuh kepada lemari pakaiannya.

Tanpa berpikir panjang lagi, Alana pun membuka lemari itu dan hendak bersembunyi di sana. Namun, baru saja dia akan masuk. Sebuah suara berat dan dingin langsung menghentikan tindakannya.

“Kau ingin bersembunyi?”

Deg!

Tubuh Alana langsung membeku, saat kedua telinganya mendengar dengan jelas suara itu. Saat ini dia memang membelakangi pintu masuk kamarnya. Jadi, dia hanya mendengar suara dari Eric tanpa melihat wajahnya, lebih tepatnya Alana tidak berani untuk berbalik dan melihat wajah itu.

Tubuh Alana semakin membeku di tempatnya, saat dia mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat padanya.

“Sayangnya, kau sudah tertangkap sebelum kau bisa bersembunyi,” ucapnya lagi.

Mendengar hal itu, Alana sudah tidak bisa berdiam diri lagi. Karena walau bagaimanapun dia sudah tertangkap, tidak ada yang bisa dia lakukan lagi, selain menghadapi pria ini.

Dengan mengepalkan kuat kedua tangannya. Dia pun berbalik, dan menghadap pada Eric. Tidak disangka Eric begitu tinggi, hingga membuatnya harus mendongak dengan parah. Wajar saja, karena Eric memang memiliki tinggi badan 191 cm, sehingga membuat tubuhnya menjulang tinggi. Sedangkan Alana, dia memiliki tinggi badan sekitar 162 cm. Sehingga membuat perbedaan tinggi badan itu terlihat jelas.

Eric berdiri di hadapan Alana dengan tubuh tinggi tegapnya, hingga membuat nyali Alana langsung menciut. “Wahh, kau sangat pandai bersembunyi rupanya. Bahkan aku baru menemukanmu selama 6 tahun ini. Dan ternyata kau bersembunyi di tempat terpencil seperti ini, pantas saja sulit sekali untukku menemukanmu,” ujarnya lagi.

Eric menunduk, menatap mata Alana dengan tatapan dingin dan menusuknya, hingga membuat tubuh Alana kembali bergetar.

Mata amber itu seakan-akan telah menusuk sampai ke dadanya hingga membuatnya kesulitan untuk bernafas. Namun, saat melihat warna mata itu. Ada sesuatu yang lain juga yang tiba-tiba merasuk ke dalam ingatannya. Tapi Alana tidak bisa mengingat apa itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wong Remang
ceritanya lumayan bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status