Share

Putra Sang Presdir
Putra Sang Presdir
Penulis: Azitung

Setelah Lima Tahun

Bab 1

Putra Sang Presdir

Bab 1. Setelah Lima Tahun

Gadis berusia sembilan belas tahun itu tengah menatap nanar perut buncitnya. Tinggal menunggu dua hari lagi dia akan melakukan operasi cesar, melahirkan buah hati yang tidak berhak dimilikinya.

Lerina, dia tinggal di sebuah villa bersama wanita paruh baya yang diperintahkan untuk menjaganya.

Dia ditinggal mati oleh kedua orang tuanya ketika berusia lima tahun, dan paman dan bibinya mengambil alih perusahaan mereka. Lerina tinggal dengan mereka yang juga memiliki putri seusia Lerina, dia adalah Selena.

Katika Lerina berusia delapan belas tahun, dia dicampakkan, diusir bagai sampah tanpa diberi apapun. Pamannya telah memindahkan seluruh harta yang diwariskan orang tuanya kepada Lerina menjadi atas nama mereka.

"Enyah Kau dari hadapan kami! Perempuan miskin!" usir Bibinya.

"Hahaha, Kau pikir kami benar-benar menyayangimu!" kata Selena.

"Hush, cepat pergi dari sini, sekarang Kau hanya sampah yang tidak berguna!" Pamannya pun merendahkan dirinya.

Dia diperlakukan seperti sampah, Lerina memohon belas kasih waktu itu, namun hanya makian yang dia terima.

Lerina dendam, dia marah. Mereka telah merampas miliknya, dia tidak pernah rela.

Dengan terpaksa dan sakit hati Lerina pergi, dia tidak tahu arah, karena tidak memiliki uang sama sekali.

Sudah pukul sepuluh malam, Lerina menangis di depan sebuah kedai yang tutup. Dia mengutuk Keluarga Pamannya, Lerina tidak akan mau berhubungan lagi dengan mereka. Dia menganggap mereka telah mati.

"Lerina, apa yang sedang Kau lakukan disini?"

Ditengah keputusasaannya. Rivera teman sekolahnya menghampirinya.

Lerina sejujurnya malu, tapi dia tidak punya pilihan selain bercerita pada Rivera.

Rivera sangat iba, dia membawa Lerina kerumah pembantu keluarga mereka, tepat di belakang rumah mereka.

"Lerina, maaf! aku tidak bisa membawamu kerumah, Kau tau sendirikan, ayahku berhubungan dekat dengan pamanmu!" Rivera takut ayahnya akan mengadu pada Paman Lerina.

"Tidak apa, Rivera, aku mengerti. Aku berterimakasih padamu!" ucap Lerina seraya menghapus air matanya.

"Jangan sungkan, Bibi Hana baik kok, kusarankan jangan keluar ketika ayah dan ibuku di rumah!" Rivera memberitahu.

"Aku mengerti, secepatnya aku akan mencari pekerjaan," kata Lerina.

Dia tinggal selama seminggu di rumah pembantu keluarga Rivera sambil mencari pekerjaan, namun saat itu dia tidak menemukannya karena dia baru saja lulus sekolah menengah atas. Lerina hampir putus asa apalagi ayah Rivera mulai curiga.

Rivera pun tidak bisa membantu banyak, saat itu dia pun akan kuliah keluar negeri, namun tanpa sengaja Rivera mendengar obrolan kedua orang tuanya.

"Tuan muda Han di tuntut oleh Tetua Zoku agar segera memberikan pewaris generasi ke empat Zoku. Tuan muda Han sendiri tidak ingin menikah jadi dia butuh rahim seorang gadis yang masih perawan," kata ayahnya waktu itu.

Ayah Rivera adalah orang yang sudah lama bekerja di perusahaan Zoku Holding. Perusahaan yang sudah menduduki peringkat atas selama sepuluh tahun belakangan, sejak di pimpin oleh pewaris ketiga keluarga Zoku yaitu Tuan Han Zoku.

Rivera pun mengatakan hal ini pada Lerina, namun dia tidak mengatakan siapa pria yang ingin menyewa rahim itu, Rivera tidak berani mengambil resiko. Lerina cukup ngeri mendengarkannya, namun karena keadaannya yang sangat mendesak akhirnya Lerina menyanggupinya.

Rivera pun mencuri nomor Tuan Peng, asisten sang direktur utama Zoku dan menghubunginya.

Seorang wanita tua dipercaya untuk melihat Lerina, apakah layak atau tidak, serta memeriksa apakah Lerina mengidap suatu penyakit, dan memastikan bahwa dirinya masih perawan.

Semua memenuhi syarat. Lerina di terima dan di janjikan uang sebesar 20000 dolar.

Dan selama kehamilan dia akan tinggal di sebuah villa dengan pengawasan wanita tua itu.

Lerina mengusap perut buncitnya, sungguh dia sudah merasakan ikatan yang kuat dengan bayinya. Oh, layakkah disebut bayinya sedangkan perjanjian awal dirinya dinyatakan tidak berhak sama sekali?

Lerina mengusap sudut matanya yang telah berair. Ini semua karena keserakahan keluarga pamannya yang sudah merampas harta milik peninggalan orang tuanya.

Lerina masih sakit hati hingga kini.

"Lerina, ayo bersiap! Kau akan segera di operasi!" Suara Nyonya Swell mengagetkannya.

Wanita tua itu berjalan menghampirinya.

"Bukankah dua hari lagi Nyonya?" Lerina masih mengingat jelas tanggalnya.

"Ini permintaan Tuan muda kami, dia sedang berada di negara ini dan tidak akan kembali lagi ke sini dalam waktu yang lama," jelas Nyonya Swell.

Lerina menghela napas, dia tidak berhak menolak. Dia pun akhirnya berkemas dan sebuah mobil datang menjemput mereka.

Dia di bawa ke rumah sakit di kota Minnesota, artinya semakin dekat dengan keluarga pamannya.

Waktu persalinan semakin dekat, dan itu membuat Lerina semakin tidak ingin berpisah dengan bayinya.

Lerina dibius total saat melakukan operasi hingga beberapa saat setelah operasi dia masih tidak sadarkan diri.

Saat dia terbangun, hanya dirinya sendiri. Lerina menangis bahkan dia tidak di izinkan melihat bayinya yang ia tahu berjenis kelamin laki-laki. Hanya ada cek senilai dua puluh ribu dolar di atas nakas samping brankarnya.

Dia hanya lima hari dirumah sakit, setelahnya Lerina pun keluar. Dengan uang yang ia punya, dia membeli sebuah apartemen sederhana dan membayar biaya kuliahnya. Dia memutuskan untuk kuliah.

Sedang untuk biaya sehari-hari Lerina harus bekerja paruh waktu di sebuah cafe.

Lima Tahun Kemudian.

Han Zoku kembali ke Minnesota, dia akan memimpin di perusahaan induk yang berada di kota setelah lima tahun berada di Italia.

Dia turun dari pesawat pribadi miliknya, tangannya menggandeng tangan bocah berusia lima tahun dia adalah Sean Zoku yang memiliki ketampanan seperti daddynya.

Aura dingin melingkupi setiap ruangan yang dilewatinya. Han Zoku langsung ke perusahaan. Semua menunduk hormat pada sosok tinggi nan gagah serta wajah rupawan. Dia nyaris sempurna sebagai laki-laki. Tidak ada kecacatan di wajahnya, sungguh siapapun wanita yang melihatnya akan dengan suka rela menyerahkan dirinya untuk Han Zoku.

Termasuklah Lerina si karyawan yang masih magang di situ, dan ini adalah hari terakhirnya magang dan hari ini adalah penentuan apakah dia akan di angkat menjadi karyawan tetap atau justru berakhir hari ini.

"Paman Peng, carikan aku sekretaris yang baru!" perintahnya setelah duduk di kursi kebesaran keluarga Zoku.

"Tentu saja, Han. Ada tiga orang karyawan magang di sini anda bisa memilih mereka sendiri, ketiganya cukup bagus," lapor Peng sang asisten kepercayaan.

"Aku ingin melihat datanya!"

"Siap, Han!" tanpa menunggu lama Peng mengambil map di tangannya lalu menyerahkannya pada Han Zoku.

Dia mengamati satu persatu.

"Aku ingin Josephine wars!" Han Zoku menyebut salah satunya.

"Baiklah! Bagaimana dengan kedua lainnya Tuan, hari ini adalah hari terakhir mereka magang, apa kita juga akan mengangkat mereka menjadi karyawan tetap?"

Han Zoku mempertimbangkannya. "Tidak masalah, tempatkan mereka di divisi keuangan!"

"Baiklah!" Peng membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan presdir.

Dia segera memanggil ketiganya masuk keruangannya.

"Nona Josephine, mulai besok bertugas menjadi sekretaris presdir!" Peng mulai memberi intruksi.

"Dan Nona Merlin dan Lerina kalian bergabunglah di divisi keuangan!" lanjutnya.

Perkataan Peng barusan membuat keduanya sangat senang. Di angkat menjadi karyawan tetap di Zoku Holding adalah keberuntungan besar, banyak orang berlomba-lomba ingin masuk kesini.

Lerina sedikit bersemangat, dia menatap uangnya yang tinggal beberapa dolar saja, dia akan berhemat sebelum mendapatkan gaji bulan depan.

Dia melangkahkan kakinya, hari ini dia resmi bergabung di divisi keuangan. Seorang wanita sekitar usia tiga puluhan nampak sinis melihatnya. Pempilan Lerina terlalu sederhana menurutnya, sangat tidak pantas menghuni kantor Zoku.

Timbul keinginan ingin menyingkirkan Lerina. Setiap hari dia memerintah Lerina dengan pekerjaan yang banyak. Lerina tidak berani membantah karena wanita itu adalah senior.

Meski dia sering dongkol, namun dia tetap mengerjakan tugas yang diberikan.

"Kau tahu Lerina, bajumu sangat tidak layak di pakai di perusahaan sebesar Zoku, bahkan kain lap dirumahku lebih bagus dari itu." Bella selalu melontarkan hinaan terhadapnya.

Lerina tidak menanggapi sehingga tidak jarang teman yang lain geram dengan Bella yang selalu menindasnya.

Seperti hari ini saat Lerina tidak sengaja menjatuhkan berkas dari mejanya.

"Apa matamu sudah tidak berfungsi, dasar bodoh, bahkan Kau tidak pantas berada disini!"

Bugh

Awww

Bella memegang kepala bagian belakangnya yang terkena benda. Dia menoleh ke belakang dan mendapati seorang anak kecil berusia sekitar lima tahun, menatapnya dingin.

"Kau! Berani sekali Kau melempar bolamu padaku!" Dia mendelik tidak suka, matanya hampir saja keluar dari tempatnya.

Anak itu berlari kearah Lerina, dia memegang kaki Lerina kuat, hingga membuat Lerina terkejut.

"Siapa yang berani memasukkan anak kecil ke kantor ini? Hah?" Suara Bella menggema hingga membuat yang mendengarnya datang melihat.

Sesekali anak kecil itu mengintip.

"Menyingkir Kau Lerina! Kalau tidak ada yang mengakuinya, baiklah aku akan memukul anak ini!" Bella maju dan menarik tangan bocah kecil itu.

"Bella hentikan!" Lerina tidak suka melihat perlakuan Bella.

"Minggir Kau, Kau tidak punya hak melarangku. Dan Kau anak kecil, kesini Kau, akan kuhajar Kau!" Bella semakin geram.

Dia berhasil menarik anak itu dari belakang Lerina dan mengangkat tangannya ingin menampar anak tersebut.

"Kau tidak boleh kasar pada anak kecil, bola itu tidak sengaja mengenaimu!" ucap Lerina, tangannya baru saja menahan tangan Bella yang ingin menampar anak kecil tampan itu.

Anak kecil itu menatap Lerina tak berkedip. Dia kembali merapatkan dirinya pada Lerina. Nalurinya berkata wanita ini sangat baik dan melindunginya.

Sementara itu Asisten Peng, turun kebawah mencari Tuan Muda Sean yang tiba-tiba saja menghilang saat dia dan Han membahas tentang pekerjaan.

Dia melihat kerumunan. "Ada apa ini, kenapa berkumpul disini? Bubar-bubar! Selesaikan pekerjaan kalian!" ucapnya.

Siapa yang berani pada kepercayaan direktur ini, semua lantas kembali ke meja masing-masing hingga Peng menemukan apa yang dia cari.

"Tuan muda!"

Komen (13)
goodnovel comment avatar
Tanti Tok
seru ceritanya walau di awal terkesan biasa
goodnovel comment avatar
Ita Saja
ceritanya sangat menarik
goodnovel comment avatar
Marcho Ardiles
ceritanya bagus,membuat kita yg membaca terhibur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status