Tuan Reinhard mengarahkan sebelah kakinya ke arah pintu yang terbuat dari kayu itu hingga terbuka. Dia lantas merangsek ke dalam kandang sapi tersebut. Camilia yang mendengar hal itu lantas mendelik ketakutan sambil menahan nyeri. Namun, wanita itu tak bisa berbuat apa-apa saat Tuan Reinhard telah berdiri di depannya.
"Jangan, Tuan! Saya mohon." Camilia lantas memohon iba dari Tuan Reinhard yang tampak berdiri angkuh dengan tatapan menyeringai. Lelaki itu seolah-olah ingin menerkam Camilia yang telah berhasil ditemukannya.
"Aduh!" teriak Camilia saat perutnya makin terasa berkontraksi. "Tolong saya, Tuan Reinhard! Tolong saya!" sambung wanita yang masih memakai seragam perawat itu. Dia lantas merangkak, meraih kaki Tuan Reinhard yang masih berdiri di tempatnya.
Camilia terus mengiba memohon pertolongan, sedangkan Tuan Reinhard tampak termenung. Tak berapa lama, lelaki itu lantas membantu Camilia berdiri dan menuntunnya kembali menuju klinik.
Perawat itu terus
12 tahun kemudianWaktu berlalu dengan cepat, Camilia bersama anak semata wayangnya hidup tenang dan damai. Sejak kelahiran Brandon, 12 tahun yang lalu, mantan perawat itu lebih memilih menyingkir jauh dari kehidupan Tuan Alfonso dan keluarga besarnya.Matahari telah menerobos celah dinding rumah kontrakan sederhana Camilia. Wanita yang telah meninggalkan pekerjaan sebagai perawat itu, kini hanya mampu bekerja sebagai buruh cuci dan setrika tetangga sekitar rumah kontrakannya. Dia terkadang membuat kue jika ada pesanan yang menghampiri dirinya.Brandon tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan sedikit emosional. Namun, kebiasaan buruknya yang malas mandi membuat Camilia sebagai sang ibu merasa jengkel."Kamu tidak mandi mau berangkat ke sekolah? Astaga, Brandon ... jangan membuat malu ibumu ini yang pernah bekerja sebagai perawat!" keluh Camilia saat mendapati Brandon hanya membasuh wajah dan langsung berganti seragam sekolah."Ibu ... kata teman-teman
Tuan Kecil Jason masih bersikeras tidak mau keluar dari kamarnya meskipun telah dibujuk dengan diiming-imingi sejumlah uang dan hadiah berupa mainan oleh Nyonya Agatha."Jason, ayolah! Ayahmu sudah menunggu di bawah sejak tadi. Ganti bajumu!" seru Nyonya Agatha lagi, usai Nyonya Besar yang berteriak memanggilnya."Tidak! Aku tidak mau!" balas Jason yang terus menolak perintah ibunya tersebut."Jika kamu tidak mau keluar, aku akan memanggil orang untuk mendobrak pintu!" Nyonya Besar akhirnya berteriak lagi mengancam Jason.Anak lelaki berusia 12 tahun itu akhirnya membuka pintu dan keluar dari kamar. Rupanya, Jason takut dengan ancaman pintu akan didobrak paksa."Aku sudah keluar. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jason mengarah pada sang Nenek."Kamu pikir apa yang kamu lakukan? Ayahmu telah menunggu sejak tadi. Sedetik, semenit ... ayahmu selalu menghargai waktu daripada orang lain. Cepatlah ganti bajumu dan segera turun ke bawah! Kamu nanti men
"Tuan Reinhard, tolong pertimbangkan usulan penjaga keamanan untuk membawa anak-anak ini ke kantor polisi!" seru Tuan Alfonso kepada asisten pribadinya tersebut."Baik, Tuan," balas Tuan Reinhard."Urus semuanya!" perintah Presiden Direktur itu lagi.Brandon bergegas lagi mendekati Tuan Alfonso setelah mendengar perintahnya kepada sang asisten pribadi."Maafkan saya, Tuan Presiden! Sekali ini saja. Saya tidak akan mengulanginya." Anak usia 12 tahun itu terus memberanikan diri memohon maaf."Kamu telah berani masuk ke sini dan mencuri. Itu tandanya, kamu harus memberanikan diri untuk bertanggung jawab apa yang telah kamu perbuat!" tegas Tuan Alfonso.Jason yang berdiri tidak jauh dari ayahnya tersenyum sinis melihat Brandon dan teman-temannya."Tuan Reinhard! Lebih baik panggil polisi ke sini saja!" perintah Tuan Alfonso. Kemudian Presiden Direktur itu melangkah menuju proyek."Tuan ... Tuan! Maafkan saya. Saya mohon, Tuan!" Ujar Brando
Jantung Camilia berdegup kencang saat dari kejauhan dirinya melihat rombongan Tuan Alfonso keluar dari ruangan. Dia lantas bergerak maju berniat untuk menemui Presiden Direktur itu. Namun, bekas perawat keluarga itu harus menghentikan langkah saat menatap Tuan Reinhard yang sedang membukakan pintu mobil.Camilia lantas segera bergeser dari tempatnya berdiri dan menyandar di balik dinding bangunan tersebut. Dia teringat pesan Tuan Reinhard kala itu. Ancaman dari asisten pribadi Tuan Alfonso itu selalu terngiang di telinganya. Tak berapa lama, dirinya mendengar suara mesin mobil yang siap melaju.Ibu kandung Brandon bergegas membalikkan tubuh menghadap dinding, saat Tuan Alfonso dan rombongan yang mengendarai mobil melintas tepat di depannya. Jantungnya semakin berdegup kencang, ada rasa cemas jika Tuan Alfonso atau Tuan Reinhard melihat dirinya.Tuan Alfonso yang berada di dalam mobil, sekilas melihat ke arah Camilia melalui kaca spion bagian dalam. Namun, Tua
"Jason ... keluarlah dari ruangan ini dan masuklah ke kamarmu, sekarang!" perintah Nyonya Agatha tanpa peduli dengan kemarahan sang ibu mertua."Agatha! Apa yang kamu lakukan?" teriak Nyonya Merry melihat kelakuan menantunya itu. Wanita yang telah lanjut usia itu teriakannya tampak diabaikan oleh sang menantu."Jason! Apakah kamu tidak dengar? Keluar dari sini sekarang juga!" seru Nyonya Agatha lagi kepada anak lelakinya tersebut. Jason yang masih menangis lantas berlari keluar ruangan.Nyonya Merry memandang heran kepada menantunya. Wanita tua itu menggeleng menanggapi tingkah laku sang menantu yang tidak peduli dengan keberadaannya."Agatha! Kamu pikir ... kamu siapa? Berani-beraninya berbuat seperti ini di depanku. Kamu melawan perintahku!" seru Nyonya Merry yang tampak tidak kuat menahan emosi."Ibu! Ibu mertua! Tolong hentikan yang Ibu mau! Jason adalah cucu laki-laki yang selama ini diidam-idamkan kelahirannya di keluarga ini. Bagaimana bisa, Ibu
"Brandon, kenapa belum berangkat sekolah? Kenapa masih di sini?" cecar Camilia sambil mengatasi rasa gugup yang mendera batinnya. Brandon terdiam, tetapi kedua matanya menatap tajam ke arah ibunya tersebut yang sedang membawa satu ember besar berisi pakaian."Aku sudah tahu, Bu," ujar Brandon kemudian. Dia lantas membungkuk dan segera membalikkan badan, kemudian berjalan kaki menuju sekolah.Brandon merenung sepanjang perjalanan menuju sekolah. Dia ingin mencari cara agar bisa membantu sang ibu. Anak semata wayang Camilia itu tiba-tiba mendapatkan ide mencari barang bekas untuk dijual kepada pemasok.Anak lelaki berusia 12 tahun itu sebentar-sebentar berhenti saat menuju sekolah. Dia memunguti barang bekas yang ditemuinya di jalan, kemudian mengumpulkannya di sebuah rumah kosong. Brandon berniat mengambil dan menjualnya saat pulang sekolah.Pikiran Brandon tidak konsentrasi sama sekali saat di sekolah. Perbincangan ibunya dengan pemilik kontrakan tereka
Tuan Alfonso masih terdiam dan kenangan saat bersama Camilia masih terukir indah di benaknya. Apalagi saat Camilia begitu lugu bertanya pada dirinya, apakah dirinya akan mengakui janin yang ada dalam kandungannya itu selama-lamanya."Baiklah, aku mengerti! Aku akan menerima uang ganti potongan besi itu," ujar Presiden Direktur itu setelah beberapa saat lamanya."Jadi ... itu tandanya kasus pencurian itu sudah hilang, Tuan Presiden?" tanya Brandon sambil tersenyum malu."Bukan hilang, tapi dihapuskan," sahut Tuan Alfonso."Benarkah? Terima kasih, Tuan." Brandon sangat senang mendengar ucapan Presiden Direktur tersebut."Kamu adalah anak yang pemberani dan bertanggung jawab. Aku salut padamu!" puji Tuan Alfonso."Terima kasih, Tuan Presiden. Saya sangat senang mendengarnya, sekarang," balas Brandon tidak berhenti tersenyum. Batin bocah 12 tahun itu sangat bahagia."Kalau begitu, pulanglah!" seru Tuan Alfonso kemudian."Baiklah, Tuan Pres
Brandon seketika menoleh saat mendengar teriakan gadis yang selama ini disukainya itu. Namun, gadis itu sudah tidak terlihat lagi. Bocah lelaki 12 tahun itu lantas berlari mencari sumber suara.Emily, nama gadis itu. Dia terus berlari saat seorang lelaki paruh baya bertubuh tambun mengejarnya. Brandon yang melihat kejadian itu lantas mencari jalan pintas agar bisa menolong Emily. Bocah lelaki itu akhirnya bisa berlari sejajar dengan Emily.Bruk!Lelaki paruh baya yang mengejar Emily tiba-tiba tersungkur dan terkapar di pinggir jalan. Brandon dan gadis itu seketika berhenti, kemudian sama-sama menoleh. Rupanya lelaki paruh baya itu terserempet kendaraan roda empat yang sedang melaju hingga tak sadarkan diri."Siapa dia?" tanya Brandon kepada gadis yang berdiri di sebelahnya. Gadis itu tampak terbengong mengetahui lelaki paruh baya bertubuh tambun yang mengejarnya itu terkapar di pinggir jalan."Dia, ayahku," sahut gadis itu kemudian. Emily lantas men