Lima tahun telah berlalu, kehidupan rumah tangga Dewa dan Salsa semakin membaik dan harmonis. Bahkan kini mereka akan kembali di karunia bayi kembar lagi, saat ini Salsa tengah hamil sembilan bulan. Mereka tinggal menunggu waktunya kapan bayi kembar akan lahir, dan itu adalah masa-masa yang tengah Dewa dan Salsa nanti-nantikan.
Salsa merasa tenang karena sudah tidak ada lagi pengganggu. Alina dinyatakan meninggal saat kejadian dulu, di mana tubuh wanita itu tertabrak oleh truk. Sejak saat itu, Salsa merasa hidupnya tenang dan juga nyaman. Sementara itu, Vira menjalani kehidupannya dengan Sinta, ia tidak merasa kesepian lagi, kasih sayang yang Vira dambakan, kini telah ia dapatkan.
"Mas, kok aku tiba-tiba pengen nyium Reno ya," ucap Salsa tiba-tiba. Saat ini ia dan Dewa tengah duduk santai di taman samping rumah.
"Jangan sembarangan kamu, kalau minta jangan yang aneh-aneh ngapa. Masa ngidam pengen nyium Re
"Dewa apa yang kamu lakukan! Dasar anak nakal, bisa-bisanya kamu bermain gila dengan wanita rendahan ini!" teriak Sinta, ibunda Dewa. Perempuan setengah abad itu merasa geram dengan kelakuan putranya sendiri yang kerap kali membuatnya spot jantung.Seketika Dewa melepas bibirnya dari bibir mungil wanita yang ada didekapannya. "Tanggung, Ma. Kalau nggak di selesein nanti malam Dewa nggak bisa tidur."Tanpa merasa malu dan berdosa, Dewa hendak menyambar kembali benda kenyal itu. Namun niatnya terhenti, saat Sinta menjewer telinganya. Alhasil, Dewa harus mengurungkan niatnya itu, sementara wanita yang tak lain adalah sekretaris Dewa langsung menundukkan kepalanya lantaran malu."Sakit, Ma. Mama apa-apaan sih, sama anak sendiri tega banget." Dewa meringis kesakitan saat telinganya dijewer oleh ibunya."Kamu yang apa-apaan, bisa-bisanya kamu ... Dewa, mama tidak pernah mengajarimu untuk jadi anak nakal. Kalau Viola sampai tahu, bisa-bisa perjodohan ini b
Seorang wanita dengan balutan baju pengantin, berlari dengan bertelanjang kaki. Sesekali wanita itu menoleh ke arah belakang, untuk memastikan jika telah jauh dari orang-orang yang tengah mengejarnya. Namun sial, tiba-tiba di depan ada sebuah mobil BMW i8 Roadster berwarna silver melintas. Mobil tersebut berhenti tepat di depan wanita itu."Aaa." Wanita dengan balutan baju pengantin itu menjerit."Sial, cari mati kamu ya," umpat seorang pria pemilik mobil tersebut.Selepas itu pria berkemeja putih dengan balutan blazer berwarna hitam turun dari mobil mewahnya. Pria beralis tebal itu berjalan menghampiri wanita yang masih berdiri di depan mobilnya. Nampak jika wanita berbaju pengantin itu sangat gusar dan juga panik. Terlebih saat melihat beberapa orang pria berbadan kekar serta ototnya yang besar datang menghampirinya."Om, tolong saya. Mereka mau memperk*sa saya. Tolong saya, Om," ucap wanita itu yang terus memohon agar pria terse
Jantung Salsa berdetak lebih cepat, bahkan rasanya seperti mau loncat ke luar angkasa. Salsa tidak menyangka jika pria yang kini statusnya sebagai suaminya itu bisa melakukan hal di luar dugaan. Ia pikir jika Dewa tidak akan berani berbuat hal seperti itu, tetapi dugaannya meleset. Salsa bergegas bangkit tapi niatnya terhenti saat Dewa menarik tubuhnya hingga kembali jatuh di dekapan pria berlesung pipi itu."Mau kemana, hem?" tanya Dewa, ia meletakkan dagunya di pundak Salsa."Om jangan .... ""Jangan apa? Jika aku ingin melakukannya, pasti sudah kulakukan. Tapi aku ingin melakukannya jika kamu benar-benar sudah siap." Dewa memotong ucapan Salsa, setelah itu ia beranjak dari ranjang dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Salsa masih diam setelah mendengar penuturan Dewa, ia pikir jika suaminya itu tipe pria pemaksa, tetapi dugaannya itu salah. Salsa memegangi dadanya yang masih berdetak kencang tak karuan, ini adalah pertama kalinya ia di cium. Dan ora
Hari demi hari telah berganti, bahkan Minggu pun sudah berlalu. Pernikahan Dewa dan Salsa baru genap satu Minggu, dan selama seminggu ini wanita berambut panjang itu hanya menghabiskan waktunya di apartemen. Salsa sudah merasa bosan, dan hari ini ia ingin meminta izin untuk keluar dan menghirup udara di luar sana."Om, nanti aku mau keluar. Aku bosan di sini terus," ujar Salsa seraya memakaikan dasi di leher suaminya itu."Mau keluar kemana? Apa nanti nggak nyasar, hem?" tanya Dewa, jujur ia merasa khawatir jika istrinya itu keluar dari apartemennya. Karena memang Salsa belum begitu paham dengan kota Jakarta."Jalan-jalan lah, suntuk tahu di sini terus," jawab Salsa."Ok, tapi jangan jauh-jauh. Kamu belum hafal kota Jakarta, kalau kamu nyasar aku juga yang repot." Dewa pasrah, ia hanya bisa berpesan agar istri kecilnya itu untuk berhati-hati."Iya, Om tidak perlu khawatir." Salsa berjalan untuk mengambil jas. Tak lupa ia memakaikannya di tubuh kekar sua
Pukul lima sore Salsa mulai mengerjapkan matanya, perlahan kelompok matanya terbuka sempurna. Salsa mengedarkan pandangannya, ia menangkap sosok pria yang tak lain adalah Dewa, suaminya. Terlihat jika pria berkemeja navy itu tengah duduk di sofa dengan, matanya fokus pada layar leptop yang ada di pangkuannya.Perlahan Salsa bangkit dan duduk, ia melihat jika Dewa benar-benar sibuk dengan leptop yang berada di pangkuannya itu. Salsa teringat akan kejadian siang tadi, di mana Sinta yang tak lain ibu mertuanya itu sudah habis-habisan memaki dan menghinanya. Tak terasa air mata yang sedari tadi ia tahan kini luruh juga. Dewa yang menyadari sang istri sudah bangun, dengan segera ia bangkit dari duduknya."Salsa kamu sudah bangun?" tanya Dewa seraya berjalan menghampiri sang istri."Sudah, Om." Salsa mengangguk lalu dengan cepat menghapus air matanya.Dewa duduk di sebelah istrinya itu, sementara Salsa nampak gelisah. Wanita bermata teduh itu masih memikirkan kejad
Hari telah berganti, pukul enam pagi Dewa sudah siap dengan baju kantornya. Sementara Salsa terlihat tengah membuat kopi untuk sang suami. Selesai menyeduh kopi, wanita berambut panjang itu berjalan menghampiri Dewa yang tengah sibuk memasang dasi di lehernya. Salsa menyodorkan secangkir kopi capuccino yang masih mengebul."Kopinya, Om," ucap Salsa."Terima kasih." Dewa menerima kopi tersebut.Perlahan Dewa mulai menyeruput kopi panas tersebut, tetapi belum sempat meneguknya. Tiba-tiba Dewa menyemburkan kopi itu, Salsa yang berdiri di sebelahnya terlonjak kaget. Wanita dengan balutan kaos lengan pendek dan celana di atas lutut itu merasa heran. Apakah kopi yang Salsa buat tidak enak, sampai-sampai Dewa menyemburkannya."Kopinya tidak enak ya, Om?" tanya Salsa."Salsa, kamu buat kopi pakek apa sih. Kok rasanya asin," ujar Dewa dengan menahan amarahnya. Pria berjas hitam itu mengambil tisu untuk
Setelah menemukan kemejanya, Dewa segera mengangkat panggilan video dari ibunya itu. Pria berlesung pipi itu menutup telinganya saat ibunya yang berada di seberang sana tengah ngomel tidak jelas. Malas rasanya jika harus mendengar omelan sang ibu. Itu sebabnya Dewa memilih untuk menutup telinganya.[ Dewa, kamu dengerin mama ngomong apa nggak ][ Iya, Mamaku Sayang yang paling cantik ][ Mama mau lihat, apa ada orang selain kamu di situ ][ Nggak ada lah, Ma. Dewa kan sendirian ][ Kamu nggak lagi bohongin, Mama kan ][ Enggak, Ma ][ Ya sudah, udah malam mama mau tidur ][ Lah siapa suruh malam-malam pake acara video call segala ][ Kamu tuh ya .... ]Belum sempat Sinta melanjutkan ucapannya, Dewa lebih dulu mematikan sambungan video tersebut. Dewa melempar benda pipih miliknya itu, lalu ia merebahkan tubuhnya
Tidak terasa sebulan telah berlalu, selama sebulan ini Salsa bekerja di restoran milik Sinta, ibunda Dewa sekaligus ibu mertuanya. Selama ini Dewa tidak tahu jika istrinya bekerja di restoran milik ibunya, tetapi pria beralis tebal itu mulai merasa curiga. Pasalnya ia sering mendapati Salsa pulang larut malam. Jika ditanya, istrinya selalu beralasan pergi ke rumah temannya.Seperti malam ini, pukul sembilan Dewa sudah tiba di apartemen, tetapi sang istri belum. Saat ini Salsa masih ada dalam perjalanan pulang, jalanan macet yang membuat Salsa kerap kali pulang terlambat. Sementara itu, Dewa terlihat gelisah, karena istrinya belum juga sampai. Beberapa kali ia menelponnya, tetapi nomor tidak aktif."Salsa, kamu di mana sih. Udah malam belum juga pulang," gumam Dewa dengan kepanikan yang sudah menguasai dirinya.Selang beberapa menit, pintu apartemennya terbuka, seketika Dewa mengalihkan pandangannya. Terlihat seorang wanita dengan balutan kaos berwarna putih dan