Share

BAB 2. KEDATANAN MERTUA

Perjalanan pulang terasa lebih lama dari biasanya karena macet yang terjadi di mana-mana, tapi baik Kaira dan Sunny mereka berdua tidak sabar untuk sampai ke rumah, karena setelah di mobil mereka justru semakin dingin. Tidak bicara sama sekali dan saling mendiamkan. Kaira bahkan lebih memilih untuk bermain dengan hape dari pada berbicara dengan suaminya.

Setelah hampir sejam lebih berada dalam perjalanan yang dingin tanpa kata, mereka akhirnya tiba di depan pintu rumah mereka. Kaira baru saja memasukkan password untuk membuka pintu, pintu tempat tinggal mereka justru terbuka dari dalam rumah.

Seorang perempuan yang memiliki tubuh ramping dan sangat terawat berdiri tepat di depan Kaira. Rambutnya di potong pendek sebahu, berwarna hitam pekat karena terus dicat untuk menutupi uban yang tumbuh di kepalanya. Wajahnya kaku tanpa ada kerutan sama sekali hingga wajahnya yang keras terlihat mengerikan apalagi dengan make up menor yang dia pakai plus alis runcing, tinggi di atas matanya membuat Kaira langsung merasa terintimidasi.

Tapi Kaira mau tidak mau tersenyum padanya, karena perempuan itu adalah ibu mertuanya. Kaira menunduk, mencoba untuk salim, tapi tangannya langsung di tarik saat Kaira baru saja merunduk sebelum sempat mencium tangannya. Tapi sikapnya itu langsung berubah pada Sunny dan langsung mencium pipi kiri kanan, juga dahinya lalu memeluk Sunny dengan erat.

“Anak ibu, kamu baru pulang, Sun?”

“Iya bu, ibu kapan sampai dari Bali? Kok ngga ngabarin aku dulu?” tanya Sunny sambil membalas pelukan ibunya. “Kalau aku tahu ibu mau kesini, aku pasti langsung jemput ibu di bandara.”

“Kalau ibu telpon dan bilang mau kesini pasti istrimu ngga akan suka! Jadi ibu datang aja tanpa pengumuman. Ayo masuk, nak. Ada banyak hal yang ingin ibu bicarakan!”

Ibu mertua Kaira langsung menggandeng Sunny dan mengajaknya untuk masuk ke tempat tinggal mereka tanpa Kaira, dia bahkan langsung menutup pintu dengan kakinya sambil tersenyum sinis pada Kaira.

Kaira mendengus kesal, terpaksa dia memasukkan kembali password. Begitu pintu kembali terbuka, dia melihat Sunny dan ibunya tengah duduk di ruang tamu. Ibu mertuanya bahkan masih memeluk Sunny dengan erat, seakan tidak ingin melepaskan Sunny. Melihat adegan itu, Kaira hampir saja berdecih kesal. Dan karena merasa diabaikan, Kaira yang kesal langsung berjalan melewati mereka.

“Babe, duduk dulu sebentar!” panggil Sunny.

Kaira terpaksa duduk di samping Sunny. Ibu mertuanya masih saja menatap Kaira dengan tatapan tidak suka.

“Mulai sekarang, ibu akan tinggal di sini, bersama kita,” ujar Sunny sambil tersenyum lebar.

“Hah, kenapa?” tanya Kaira kaget.

“Karena ibu harus memastikan kalian berdua punya anak tahun ini!” jawab ibu mertuanya tetap dengan nada ketus. “Kalau kamu tidak mau punya anak bilang saja, karena ibu tidak sabar memperkenalkan Sunny dengan anak dari teman-teman ibu.”

“Ibu, ibu ngga boleh ngomong kayak gitu!” ucap Sunny tegas.

“Ya, mau gimana lagi Sun,” jawab ibu Rina dengan lembut. “Kamu tahu kan kalau lelaki boleh punya dua hingga empat istri? Jadi, kalau istrimu mandul alias ngga mampu punya anak, ya udah ikhlasin Sunny nikah lagi. Gitu aja kok repot!”

Kaira berusaha menahan geramnya. Dia mendelik ke arah Sunny, meminta pembelaan. Tapi Sunny justru hanya mengeleng, meminta Kaira untuk tidak menjawab ibunya lagi. Sayangnya, Kaira tidak bisa menahan emosinya. Dan Kaira bertekat jika Sunny berani menikah lagi maka itu berarti cerai.

“Kamu kenapa ngga jawab, pertanyaan saya? Kamu benaran mandul, makanya sepuluh tahun ini, kamu ngga bisa ngasih anak satupun keanak saya?”

Kaira benar-benar malas untuk menjawab. Dia memutuskan untuk untuk langsung pergi kekamarnya dari pada berbicara dengan ibu mertuanya. Namun satu hal yang jelas, ini ini adalah malam tahun baru terburuk yang pernah dia alami.

“Eh, mau pergi kemana kamu?”

“Ke kamar. Saya permisi!”

 “Eh, enak saja! Kamu siapin dulu kamar tidur untuk saya! Saya mau beristirahat.”

“Ada si mbak yang bisa bantu membereskan kamar.”

“Kamu itu ya, benar-benar keterlaluan! Dikit-dikit pembantu, dikit-dikit pembantu, nanti suami kamu diambil pembantu baru tahu rasa!” jawab ibu Rina.

“Kalau begitu, ibu bisa minta tolong pada Sunny. Aku mau ganti pakaian dan langsung tidur, karena ada banyak deadline yang menunggu.”

Kamu nyuruh anak saya beresin kamar tidur?” ibu Rina bangun dari duduknya. “Kamu fikir anak saya ini pembantu, huh?”

“Ibu, udah. Ngga usah dibesar-besarin!” ucap Sunny. “Biar si mbak yang beresin kamar ibu, ok? Dan kamu babe, kamu langsung aja kekamar sekarang, please!”

Kaira tersenyum kesal, dia menatap Sunny tajam sebagai tanda protesnya tapi Sunny hanya mengelus punggung Kaira. dan meminta ibunya untuk kembali duduk di sofa.

Sorry, babe. Kamu harus maafin ibu lagi dan lagi ya. Sebagai permintaan maaf dariku nanti aku yang masak makanan yang enak untukmu,” bisiknya lembut di telinga Kaira dan mengecup lembut bibirnya.

Kaira tersenyum, dia sedikit luluh dalam pelukan dan ciuman lembut dari Sunny. Setelah mencium pipi suaminya, dia memutuskan untuk segera pergi dari hadapan ibu mertuanya agar dia seluruh energinya tidak terkuras ke hal-hal yang lebih buruk.

Melihat mereka berciuman, ibu Sunny langsung berdecih sinis. Apalagi saat Kaira melewatinya.

“Kaira,” ibu mertuanya menegur Kaira sebelum dia berjalan menuju tangga setengah lingkaran menuju kamarnya.

Kaira menoleh. “Apa lagi?”

Mertuanya tersenyum sinis. “Asal kamu tahu, semua kondom dan alat kontrasepsi kalian sudah saya buang!”

“Ibu masuk ke kamarku dan memeriksa seisi kamar?” tanya Kaira dengan suara bergetar menahan amarah. Dia kembali berbalik, menuju sofa dan ingin melabrak mertuanya tapi Sunny dengan cepat berdiri di tengah kedua perempuan yang tengah berapi itu

“Ya, kenapa? Kamu tidak suka?” tanya ibu Rina dengan wajah meremehkan.

“Ya! Itu kamarku, tidak ada seorangpun yang berhk masuk ke sana tanpa izinku. Apalagi memeriksa seperti itu, itu ruang pribadi!”

“Kai, sayang, please….” Sunny menggeleng. Dia benar-benar tidak ingin ada keributan di malam ini. “Ibu bukan orang lain, ok? Tapi ibu juga, tidak boleh masuk ke kamar kami tanpa izin!.”

“Kenapa tidak boleh? Ibu jadi penasaran, apa yang sebenarnya istri kamu sembunyikan, apa hanya kondom dan pil kontrasepsi atau hal lainnya.”

“Hal lainnya apa bu?” tanya Sunny sebelum Kaira menjawab.

“Ya, misalnya kemandulan itu benar adanya. Makanya, istri kamu tidak mau ibu memeriksa kamar kalian!”

“Bu, sudah! Ibu istirahat dulu,” lerai Sunny sebelum istri dan ibunya bertengkar lebih lanjut. “Kai, kamu juga mau ganti pakaian, kan? Ayo!” ucap Sunny sambil memeluk Kaira, mengajaknya meninggalkan ibunya seorang diri di ruang tamu.

Tapi ibu Sunny belum puas. “Mana bisa ibu istirahat Sun, ibu sebenarnya ingin ngomel dengan istri kamu. Mantan-mantan kamu dulu sudah ada yang punya anak bahkan ada yang anaknya tiga, ada juga yang sudah sekolah dan kamu kamu jangankan menyekolahkan anak, punya anak juga ngga karena ketidak mampuan istrimu berkedok prinsip ingin ngga mau punya anak!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status