Empat tahun sebelumnya.
Sheila Arthana, gadis ceria dengan sikap sopan dan sedikit bar-bar itu tengah membereskan sisa sampah makan dan beberapa jajanan hasil kawan-kawannya yang baru saja pulang.
Mengerjakan tugas kelompok di apartemen Sheila adalah oase tersendiri bagi kawan-kawannya.
Merekaka sangat bersemangat seperti pejuang kala mendengar tugas kelompok dikerjakan di kediaman Sheila.
Selain banyak makanan, di Apartemen Sheila juga bebas dan luas. Tidak ada orang tua, atau orang lain yang akan memarahi mereka ketika mengacak-acak isi apartemen tersebut. Karena Sheila akan selalu bersikap biasa-biasa saja.
“Aisshh, mereka ini benar-benar! Sudah menghancurkan apartemenku, meninggalkan sampah sebanyak ini dan juga menghabiskan camilanku. Untung saja aku tidak akan bangkrut dalam seketika,” rutuk Sheila.
“Jangan banyak mengeluh, nanti kau jadi keriput,“ ucap seseorang mengejutkan Sheila yang tengah sibuk membereskan sisa pertempuran absurd kawan-kawannya.
“Kak Raya? Kapan kau datang?“ ucap Sheila matanya berbinar bahagia.
“Aku baru saja tiba, kau tau? Aku punya satu kabar untukmu!“ kata Raya.
“Apa?“
“Um, sebenarnya ibumu menitipkan salam dan sepucuk surat ini untukmu.” Raya memberikan sebuah lembaran kertas berwarna merah muda kepada Sheila.
Menjadi hal biasa jika Sheila dan ibunya bertukar kabar melalui surat dan itu bukan hal aneh bagi Raya yang notabene adalah sepupu Sheila sendiri.
Sheila mulai membaca dari kalimat sapa yang ditulis ibunya paling atas.
Dear Sheila,
Putriku Sheila, apa kabar? Mommy harap kau dalam keadaan baik.
Mommy ingin memberi sebuah informasi, bahwa nanti ketika pulang dari London, kau akan segera kami nikahkan dengan pangeran berkudamu.
Mom dan daddy sudah menyiapkan segalanya!
Tinggal menunggumu kembali dari London dan bersiap memberi kami cucu.
Nak? Boleh mommy meminta tolong?
Bisakah kau menerima apapun keadaannya nanti? mommy dan daddy mungkin tidak akan bisa menemanimu hingga pelaminan.
Love mommy untuk Sheila.
Sheila menghela napas berat. Pikirannya selalu saja seperti ini, tahun lalu mommy tidak datang di pesta ulang tahunnya karena jadwal meeting yang padat dan sekarang? Dia yang mengatur pernikahan Sheila dia sendiri yang tidak datang.
Sheila benar-benar sudah hafal dengan ayah dan ibunya ini.
“Mom dan daddymu memiliki perusahaan baru di Nigeria, Jadi dalam kurun waktu yang lama dia tidak akan kembali. Kemungkinan ayahku nanti yang akan menjadi walimu,” kata Raya.
“Aku ini sebenarnya anak siapa? Kenapa selalu paman Joshua yang menjadi waliku.” Sheila memberengut kesal.
“Sudahlah, kau ini seperti tidak biasa saja,” cibir Raya.
Keduanya pun bersama-sama membersihkan apartemen Sheila hingga jam makan malam tiba.
Sheila kemudian meraih ponselnya dan memesan makanan online, di London akan cukup sulit mendapatkan makanan makanan Asia seperti kesukaannya. Jadi lebih baik order via kurir saja! Jauh lebih mudah bukan.
“Kau mau makan apa, Kak?“ tanya Sheila pada Raya yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
“Rica-rica kemangi sama ayam goreng,” jawab Raya.
“Baik, aku sudah pesankan.”
Setelah menyelesaikan pesanan. Kurir pasti memerlukan waktu untuk mengantar pesanannya. Cukup waktu bagi gadis cantik itu untuk mandi. Sheila bergegas membersihkan diri di kamar mandi.
Tubuhnya terasa lengket, apalagi kegiatan bersih-bersih tentu saja juga meninggalkan debu di pakaian dan tubuhnya.
Ritual mandi berjalan selama hampir satu jam.
Jika bell tidak berbunyi berulang kali, Sheila bisa menghabiskan sisa hidupnya dalam bak mandi untuk berendam.
“Kenapa Kak Raya tidak membuka pintu? Apa Kakak tidak dengar bell terus berbunyi?“ teriak Sheila sambil menuruni tangga.
'Raya benar-benar kelewatan, padahal dia yang berada di bawah tapi mengapa tidak mau membukakan pintu? Apa dia tidak lapar?' monolog Sheila.
“Eh, kemana Kak Raya?“ Sheila menoleh kanan kiri mencari keberadaan Raya yang tidak terlihat batang hidungnya.
“Kebiasaan. Dia selalu pergi setelah aku memesan makanan. Pada akhirnya aku akan makan sendiri dengan porsi berdua. Terus-terusan saja seperti ini setiap hari. Aku yakin, setelah tiga tahun aku akan menjadi bulat seperti bola volly,” gerutu Sheila.
Ting ... tong ....
Bell pintu kembali berbunyi dengan tak sabaran.
Orang di luar bahkan lebih mirip dengan perampok daripada seorang kurir.
Dengan sedikit menggerutu, Sheila akhirnya membuka pintu.
“Iya, sebentar dong. Sab--.” Sheila menggantungkan ucapannya kala melihat orang yang berdiri di depan pintu bukanlah kurir pengantar makanan. Melainkan sosok tampan yang menatapnya dengan begitu dingin.
“Maaf, cari siapa, ya?“ kata Sheila gugup. Bagaimana tidak? Orang setampan ini bisa nyasar di apartemennya. Entah ini musibah atau bahkan berkah.
“Nona Sheila. Akhirnya aku menemukan tempat persembunyianmu,“ kata pria itu menyeringai.
Sheila hanya mengerjapkan mata beberapa kali, Tak mengerti dengan ucapan yang pria ini keluarkan barusan.
“Maaf, maksud anda apa, ya? Saya tidak merasa punya hutang dengan Debtcolector.“ Sheila membeo bodoh.
Pria itu menaikkan alisnya heran. Bisa-bisanya dia dikatakan penagih hutang.
“Apa aku terlihat seperti itu di matamu? “
“Um, sebenarnya di mataku kau sangat tampan.” Sheila terkekeh geli. Otaknya benar-benar nakal sekali.
“Bagus, Kalau begitu ikut aku.”
Tanpa menunggu jawaban Sheila, pria misterius itu menarik paksa gadis bermata biru itu seperti binatang.
“Tunggu, kau mau membawaku kemana? Lepaskan aku. Aku mohon.” Sheila berteriak kencang.
“Berteriaklah sesukamu, karena di tempat ini tidak akan ada satu orang pun yang akan membantumu. Takdirmu adalah aku. Dan aku adalah kematianmu,” ancam pria itu.
Sheila benar-benar tak mengerti, berusaha memberontak pun sudah Sheila lakukan. Namun dirinya yang wanita tentu saja kalah dengan pria berbadan tegap ini.
“Masuk!” Pria itu mendorong tubuh Sheila kedalam mobil dengan paksa, kemudian meminta supir melajukan mobilnya secepat mungkin.
“Tolong ... tolong, lepaskan aku dari sini, tolong.” Sheila kembali berteriak dan bahkan menendang-nendang pintu mobil dengan kakinya yang pendek itu. Tak menghiraukan ucapan pria di samping, Sheila hanya berharap akan ada pangeran berkuda yang datang menyelamatkannya hari ini. Maka dirinya akan berhutang seumur hidup.
“Berteriaklah sampai kau lelah, dan setelah itu kau bisa tidur, karena perjalanan kita masih panjang,“ kata pria itu.
“Sebenarnya siapa kau? Apa maumu, hah?“
“Nona, turunkan nada bicaramu,” sahut sang sopir. Jika dari penampilannya, sopir ini lebih mirip dengan asisten CEO daripada seorang supir.
“Kau, sebenarnya siapa kalian. Kenapa kalian menculikku? Apa salahku, ha?“
“Salahmu hanya satu, Kau hidup dan terlahir dari seorang penjahat.”
Detik berikutnya, Sheila tidak bisa lagi mendengar atau melihat apapun. Karena pria itu menutup hidung gadis malang itu dengan menggunakan sebuah sapu tangan.
Sheila pingsan dalam pengaruh obat bius dosis tinggi. Tujuannya adalah, supaya gadis ini tidak menyusahkan mereka selama perjalanan.
Dari sinilah semuanya bermula. Hal-hal indah Sheila, kebebasannya, waktunya? Semua akan terbuang sia-sia ....
Ini adalah kehidupan Sheila, neraka yang diciptakan oleh seorang KAISAR ANDELON.
#Selamat berjuang Sheila#
Seorang gadis cantik tengah duduk di sebuah hamparan rumput hijau yang begitu luas nan indah.Nuansa rumput dan bunga-bunga yang mekar menambah aksen pemandangan semakin menyejukkan. Namun, kenapa gadis manis itu malah terlihat murung?Seorang wanita dewasa menghampiri, mengusap lembut rambut indah itu dengan penuh kasih sayang.“Nak, Kenapa kau bersedih? Apa kau sedang memikirkan pangeran berkudamu?“ goda wanita itu, yang tak lain adalah ibunya.Mereka berdua terlihat benar-benar seperti grub marawis yang memakai pakaian serba putih dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.Balutan warna putih dalam hamparan hijaunya pemandangan terlihat begitu bersinar di bawah sang surya yang memancarkan cahaya kekuningan di ufuk barat.“Kenapa? Kalian meninggalkan aku tanpa kabar? Aku ini sebenarnya anakmu atau apa? “ teriaknya pada sang ibu. Emosinya seolah s
Sheila berlari dengan tergesa-gesa kala suara seseorang yang mulai mengucapkan ijab-qobul terdengar hingga ke kamar yang dia tempati."Jangan-jangan," desis Sheila.Tak menghiraukan teriakan Matt yang memintanya berhati-hati, Sheila berlari sekencang mungkin berharap semuanya belum terjadi.Dalam otak mininya, dia takut jikalau dirinya yang cantik, ternyata dinikahkan dengan bandot tua yang sudah bau tanah. Sheila menggelengkan kepala dengan cepat.Ya, Sheila berlari sekencang mungkin ketika mendengar nama dirinya disebutkan sebagai seorang mempelai wanita.Sheila bahkan tidak memiliki rencana untuk menikah sebelumnya, lalu kenapa sekarang dia justru menjadi seorang mempelai.Menapaki tangga dengan gaun yang menjuntai, Sheila akhirnya tiba di dasar anak tangga.Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang hadir dan memperhatikan, gadis itu segera berteriak.“Tidak!”Beberapa orang te
Bagai tersambar petir di siang bolong. Sheila merasa hatinya seperti dihujam dengan ribuan jarum. Kata 'PERNIKAHAN KARENA DENDAM' membuat Sheila sedikit paham tentang alur dari jalan kehidupannya kelak. Kaisar menikahinya karena alasan dendam."Apa mungkin? Aku dengan tak sengaja sudah menabrak calon mempelai Kaisar hingga tewas, seperti di novel-novel yang sering kubaca?" batin Sheila.Sepertinya otak Sheila sudah tercemar dengan kisah-kisah para tuan muda.“Tuan, apa maksudmu?“ tanya Sheila bingung.“Dengar! Meskipun sekarang kau adalah istriku, tapi statusmu di rumah ini sama dengan pembantu. Jangan pernah berpikir untuk menjadi seorang putri, karena disini kau hanyalah upik abu,” sentak Kaisar."Tuan, aku tidak ...."Plakk ....Sebuah tamparan dari Kaisar mendarat sempurna di pipi.
Pagi menyapa, cahaya matahari sudah menelusup memasuki area kamar mini yang terlihat begitu tak layak pakai dengan sang pemiliknya yang masih betah bergulung di atas kasur.Kaisar berkacak pinggang melihat Sheila yang tertidur seperti mayat. Berulang kali pria itu sudah memanggil Sheila. Namun, gadis itu seolah tuli dan tak bergeming sama sekali.Kehabisan akal untuk membangunkan Koala pemalas peliharaannya, Kaisar pun keluar kamar dan kembali dengan seember air dingin. Byur.... Kaisar mengguyur tubuh Sheila dengan air tersebut hingga si gadis pemalas itu terlonjak kaget dan bangun dengan gelagapan. “Bangun kau pemalas! “sentak Kaisar.Berusaha Mengumpulkan nyawa yang masih tercecer dialam mimpi, Sheila mengerjap beberapa kali dan baru menyadari dirinya diguyur dengan tak manusiawi oleh Kaisar, suaminya sendiri. “Tuan, “kata Sheila. “Sudah cukup kan tidurmu? Sekarang bersihkan Mansion sa
Suara jangkrik malam mengisi kekosongan semua orang. Sama halnya dengan gadis yang tengah duduk di bangku taman mansion,dengan nampan berisi nasi dan taburan garam.Kaisar lagi-lagi menghukum Sheila seperti itu hanya karena dia berbicara dengan Gerry lebih dari 10 menit.Menghela napas adalah satu-satunya cara yang bisa gadis malang itu lakukan sekarang. Dulu, dimata orang tuanya, Sheila adalah tuan putri yang manja dan sangat disayang. Meskipun jarang berjumpa, tapi Sheila tau jika orang tuanya sangat mencintainya. Dan sekarang? Dirinya diperlakukan dengan buruk oleh seorang pria yang tiba-tiba saja menyandang status sebagai suaminya.Miris.Hanya itu yang bisa di ungkapan untuk mencerminkan kehidupan Sheila Sekarang ini.“Huh, aku akan membiasakan diri dengan kesusahan. Karena Daddy bilang kesenangan ha
Atas kebaikan Sheila hari ini, Kaisar mengijinkan Sheila untuk menemani dirinya memasak dan makan malam. Keduanya terlihat sangat harmonis saat saling duduk berdampingan di taman Mansion, menikmati makan malam dibawah terangnya cahaya bintang.“Tuan, boleh aku bertanya sesuatu padamu?“ tanya Sheila.Kaisar hanya berdeham menanggapi pertanyaan itu dan melanjutkan acara makannya. Entah mengapa, nasi goreng buatan Sheila yang di padukan dengan omlet sederhana terasa begitu nyaman di lidah.“Jika kau menganggap aku sebagai anak seorang pembunuh seperti yang kau katakan waktu itu, kenapa kau tidak membunuhku dan malah menikahiku?“ celetuk Sheila.Kaisar menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Sheila, “Aku ingin melihat orang tuamu menangis darah kala putri tercintanya hidup dengan sangat menderita di tanganku.“She
Rasanya benar-benar aneh, kala Sheila tiba-tiba digandeng dengan begitu lembut oleh suami jahatnya. Sampai-sampai Sheila menepuk pipinya berkali-kali untuk menyadarkannya dari mimpi yang terasa begitu indah dan mengagumkan.Kapan lagi Kaisar bisa bersikap lembut padanya. Selama perjalanan dari paviliun menuju ruang tamu Mansion, Kaisar dan Sheila saling lirik dengan tatapan yang... Penuh kerinduan.Mata bulat dengan manik biru milik Sheila yang ditatap hari ini, membuat Kaisar seperti mengulang kembali kejadian di masa lalu. Atau mungkin dirinya hanya berhalusinasi?“Tuan, aku tau kau ini sangat ingin menggandengku dihadapan orang asing. Tapi tidak bisakah kau sedikit pelan-pelan jalannya, “gerutu Sheila.Bagaimana tidak menggerutu? Keduanya sudah seperti orang yang tergesa-gesa untuk mengantre beras gratis.Kaisar berdecak sebal, gadis ini terlalu percaya diri. Jika saja dia tak ingin cari muka untuk kesan yang baik dihadapan kawan men
Kaisar tengah menemani Marisa berbelanja. Sesuai keinginan wanita itu, merekapun akhirnya shopping dan membeli tas yang diinginkan oleh Marisa di salah satu mall terbesar di pusat kota.Walaupun menggerutu, Kaisar tetap mengikuti kemana kekasihnya itu pergi. Barang belanjaan sudah menumpuk seperti anakan gunung sampai Kaisar kuwalahan membawanya seorang diri. Sedangkan Marisa, wanita itu hanya berlari kesana kemari mengambil apapun yang dia suka. Tentu saja apapun. Karena, semua yang dia beli akan dibayar oleh Kaisar.Huh ....Kaisar menghembuskan napas kasar. Dirinya benar-benar lelah mengikuti kemauan Marisa. Membeli ini dan itu, berjalan ke sana kemari hingga Kaisar kelelahan.Pria itu akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah kafe dan tak memerdulikan kekasihnya yang sibuk dengan acara foya-foya.Sibuk berdiam diri sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang, mata Kaisar menangkap siluet tubuh seseorang yang sangat dia ken