Share

Terimakasih Sheila!

Suara jangkrik malam mengisi kekosongan semua orang. Sama halnya dengan gadis yang tengah duduk di bangku taman mansion, 

dengan nampan berisi nasi dan taburan garam.

Kaisar lagi-lagi menghukum Sheila seperti itu hanya karena dia berbicara dengan Gerry lebih dari 10 menit.

Menghela napas adalah satu-satunya cara yang bisa gadis malang itu lakukan sekarang. Dulu, dimata orang tuanya, Sheila adalah tuan putri yang manja dan sangat disayang. Meskipun jarang berjumpa, tapi Sheila tau jika orang tuanya sangat mencintainya. Dan sekarang? Dirinya diperlakukan dengan buruk oleh seorang pria yang tiba-tiba saja menyandang status sebagai suaminya.

Miris.

Hanya itu yang bisa di ungkapan untuk mencerminkan kehidupan Sheila Sekarang ini.

“Huh, aku akan membiasakan diri dengan kesusahan. Karena Daddy bilang kesenangan hanya bersikap sementara.”

Sheila hanya bisa menghibur diri, menguatkan dan memberikan senyum untuk nasib kehidupan yang kini dia jalani.

Mungkin benar kata pepatah, jika dengan seiring berjalannya waktu kau akan mulai terbiasa dengan kesulitan-kesulitan yang kau alami di masa depan.

Sheila menguatkan diri untuk menelan habis makanannya. Sheila bersyukur, setidaknya dia tak meminum susu rasa air laut hari ini.

“Bagus, jadi kau menghabiskan makananmu?“ Kaisar datang dengan menggandeng seorang wanita. Wanita yang cukup matang dan sangat cantik. Sheila jadi insecure melihat penampilannya sekarang. Lusuh dan lebih mirip gelandang daripada nona muda. 

Pria itu benar-benar tak memiliki hati nurani. Meskipun tak menikah atas dasar cinta, setidaknya dia bisa menghargai sakralnya pernikahan. Tapi sayang, Kaisar sengaja menciptakan kesakitan dihati Sheila demi kepuasan dirinya sendiri

“Oh, Hai Tuan,“ Sheila berusaha menyapa dengan sebaik mungkin, meskipun dalam hatinya dia ingin sekali mengumpati pria ini.

“Sayang, dia siapa?“ tanya wanita itu pada Kaisar 

“Dia bukan siapa-siapa. Hanya segumpal daging yang kehadirannya dikutuk oleh alam semesta dan kemudian berakhir menderita di tempat ini," jawab Kaisar. 

Deg ....

Sheila terpaku dalam diam, kata-kata Kaisar sungguh menohok dan menyakitinya hingga kepermukaan.

“Tuan, apa maksudmu? Aku tidak mengerti," tanya Sheila.

“Tidak ada. Oh ya, kenalkan. Dia Marisa jie, kekasihku. Panggil dia Nyonya. Karena dalam beberapa minggu ke depan kami akan melangsungkan pernikahan. Dan tugasmu adalah memastikan semua keperluannya terpenuhi. Kau mengerti, bukan?“ ucap Kaisar.

Wanita yang menjabat sebagai kekasih Kaisar itu tersenyum puas. Akhirnya dia benar-benar bisa memperbudak Kaisar dengan cinta dan desahan manjanya. Siapa yang tidak iri? Kaisar adalah pengusaha yang masih terbilang baru. Namun, soal kelihaian dalam mengelola bisnis tidak dapat diragukan lagi. Itulah sebabnya keluarga Jie sanggup membiayai semua keperluan Kaisar dalam mengelola kembali bisnis keluarganya. Bahkan mereka menanamkan saham dengan sangat besar-besaran untuk mendomplang kembali kejayaan keluarga Anderson yang pernah hilang bersama dengan meleburnya jasad orang tua Kaisar.

“Baiklah, aku bersedia menjadi apapun yang kau pinta,“ kata Sheila dengan tatapan sendu. Hatinya merasa tercabik oleh kenyataan yang ada.

Sebagai seorang istri, tentu saja Sheila punya hak untuk marah dan merasa geram pada suaminya. Namun, Sheila hanya bisa diam tanpa mau melakukan apapun. Baginya, semua ini hanya akan menjadi hal yang sia-sia.

Gadis itu kemudian berdiri hendak menyingkir dari dua manusia yang membuatnya meradang ini. Namun, detik berikutnya. Tubuh Sheila terasa limbung dan ambruk tepat ke arah tubuh Kaisar. Menyadari istrinya sempoyongan, bukannya menangkap seperti cerita-cerita di film, Kaisar justru menghindari tubuh Sheila yang ambruk hingga jatuh ketanah. Benar-benar manusia tak berhati nurani.

Kau pasti menyesal Kai. 

“Bawa gadis ini ke kamarnya! tidak perlu panggilkan dokter, dia pasti hanya bersandiwara,“ kata Kaisar tanpa belas kasihan.

“Tapi, Tuan. Wajah Nyonya sangat pucat. Apa tidak sebaiknya kita panggilkan dokter?" kata salah seorang bodyguard.

“Aku tidak terima protes apapun. Lakukan atau kau akan tahu akibatnya.“

Ancaman pria kejam itu tentu saja menciutkan nyali semua orang. Siapa yang tidak mengenal Kaisar? Pria dingin yang selalu menginginkan kesempurnaan. Mereka tau, Kaisar tidak akan melepaskan siapa pun yang berbuat kesalahan. Karena bagi Kaisar, hukuman paling ringan adalah mendekam di balik jeruji besi untuk selamanya. 

Dua orang bodyguard mengangkat tubuh Sheila dan membawanya masuk ke dalam kamar. Dalam hati, mereka sangat kasihan terhadap gadis belia ini. Dia harus menjadi korban kebencian yang sudah mendarah daging. Namun, apa boleh buat? Mereka hanya pelayan rendahan yang menggantungkan nasib pada pekerjaan.

Hampir tengah malam, kala Sheila bangun dari pingsan. Tenggorokannya terasa kering. Menatap ke arah teko air yang terletak di atas meja, Sheila pun meraihnya. 

“Yah, airnya kosong. Aku harus mengambil kedapur dulu.“

Gadis itu kemudian beranjak dari posisi berbaring dan berjalan menuju dapur. Tubuhnya masih terasa lemah, meskipun begitu Sheila tidak meminta bantuan pada orang lain. Sebenarnya, Kaisar menempatkan dua bodyguard untuk mengawasi Sheila supaya tidak melarikan diri. Menjadi tahanan di istana yang di sebut dengan Mansion keluarga Anderson.

Di dapur, Sheila bisa melihat ada seseorang yang tengah berkutat dengan peralatan masak. Tubuh tegap dengan punggung lebar itu sangat indah dipandang dari belakang. Sheila tersenyum simpul, Kaisar terlihat sangat keren dengan celemek pink dan spatula di tangannya. 

“Ekhmmm,” Sheila berdehem, mengejutkan Kaisar yang sedang mengaduk bahan masakan. Hampir saja, pria itu melemparkan spatula yang dia pegang. Untung tidak sampai terjadi, karena kemudian Kaisar sadar jika itu adalah Sheila.

“Sedang apa kau disini?“ sarkas Kaisar.

“Um, sebenarnya tadi aku haus. Jadi aku ingin mengambil air. Lalu, apa yang tuan lakukan disini?“ Sheila balik bertanya.

“Aku lapar, tentu saja aku sedang membuat masakan.“

Sheila tersenyum, Kaisar terlihat begitu imut dengan sisa saus di pipi. Sepertinya saat memberikan saus pada nasi goreng, Kaisar tak menyadari jika saus tersebut terciprat ke arah pipi.

Pria itu terlihat salah tingkah kala Sheila menatap dengan begitu dekat. Berusaha menyadarkan dirinya sendiri kala tangan Sheila mengusap lembut pipinya, Kaisar memejamkan mata.

“A-apa yang k-kau lakukan?" kata Kaisar terbata.

Sheila memicing, kemudian berkata, “Aku hanya membantu mengusap pipimu yang terkena saus, suamiku.“

Deg ....

Jantung Kaisar berdetak kencang kala bibir manis Sheila mengucap kata 'Suami' yang di tujukan untuk dirinya. Entah apa yang terjadi. Namun, ada rasa haru yang menyeruak hingga jutaan kupu-kupu dalam perut Kaisar berterbangan dengan liar, menimbulkan rasa bahagia yang belum dia rasakan sebelumnya.

“Mari aku bantu, aku juga bisa memasak loh," kata Sheila menawarkan diri. Tak mendapatkan respon apapun dari Kaisar, Sheila menggidikkan bahunya kemudian mulai mengambil beberapa bahan masakan di dalam kulkas.

Sheila terlihat sangat cekatan dengan bahan dan alat dapur, sampai-sampai Kaisar menatap dengan kagum pada istrinya yang terlihat begitu seksi saat sedang memasak.

Apalagi rambut Sheila digulung keatas sehingga menampilkan leher jenjang putih menggodanya. Kaisar menelan siliva-nya dengan susah payah. Ada rasa aneh kala bayangan Sheila berwarna abu-abu berbaur menjadi satu dengan sosok adiknya. Seperti ...Memory yang hilang.

Rasa pusing tiba-tiba menjalar dikepala Kaisar bersamaan dengan jantungnya yang berdetak tak karuan.

Sheila menyadari Kaisar yang limbung pun segera membimbing pria yang berstatus suaminya itu untuk duduk di kursi bar.

“Apa kau belum meminum obatmu hari ini?" tanya Sheila. Kaisar mengangguk pelan, benar! Dirinya belum minum obat hari ini.

“Dimana kau menyimpan obatmu?“ tanya Sheila lagi.

“Ditempat biasa” kata Kaisar.

Sheila dengan segera berlari menuju sebuah kamar yang tak jauh dari dapur, kamar khusus milik Kaisar yang tak pernah boleh disentuh oleh siapapun. Bahkan memasukinya saja membutuhkan sidik jari dan pemindai retina milik orang-orang tertentu. Namun, bagaimana mungkin Sheila bisa memasukinya dengan mudah?

Persetan! Kaisar tidak perduli. Yang penting gadis itu segera mendapatkan obatnya.

Tak lama kemudian, Sheila keluar dengan terburu-buru mendekati Kaisar yang sudah pucat bak mayat hidup. Pria itu seperti kehilangan taring keganasan kala rasa sakit tiba-tiba mendera. Sheila menyodorkan obat sesuai takaran kepada Kaisar bersama dengan air mineral.

“Terimakasih, Sheila.“

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status