Penculik ini mengenal istrinya...."Kita harus cerdik berhadapan dengan orang gila itu, bisa jadi dia menyewa sebuah agent luar negeri, atau dia ingin mengarahkan kita semakin jauh dari fakta yang sebenarnya."Bastian menyampaikan pendapatnya sambil termenung, karena dari pesan ancaman yang dulu Almira teruskan, bisa disimpulkan si pengacau ini mengenal istrinya dengan baik.Pengacau itu bisa memprediksi dengan tepat apa yang akan dilakukan oleh Almira.Jadi bisa saja dia mengarahkan penyelidikan ke Amerika, agar semakin menjauhi keadaan yang sebenarnya."Jangan terlalu fokus dengan WNA nya, yang penting cari dan temukan dia, yang akan menuntun kita kepada siapapun yang berada di balik layar."Bastian sudah mengeluarkan banyak sekali uang untuk penyelidikan ini tetapi dia sama sekali tidak keberatan dia akan mengeluarkan lebih banyak lagi uang agar semuanya segera menjadi jelas.Saat ini ini keadaan masih lebih terkendali karena Almira masih belum masuk, belum kembali bekerja tap
"Kalau sudah mulai bahas Sang Bidadari setelah itu biasanya kamu udah nggak nyambung Bos, jadi mending aku keluar aja, Mr Navarell," ujar Samuel."Sebenarnya aku juga dari tadi sudah pingin ngobrol sama istriku tersayang, cuma nggak enak kan mengakhiri diskusi kita.""Ciee, pake alasan segala, kalau mau telepon, telepon aja nggak usah pakai prolog, Bos."Kemudian Samuel meninggalkan sahabatnya yang sedang cengar-cengir sendirian sambil menekan tombol di ponselnya.Sepeninggal Samuel, Bastian yang masih menekan tombol di ponselnya, menghentikan gerakannya dia membatalkan menelepon istrinya.Sisa hari itu hanya diisi Bastian dengan memeriksa email yang masuk.Ya Bastian ingin segera mengakhiri hari itu dan pulang ke pelukan istri yang sungguh sangat dirindukannya.Dia tahu besok hari ulang tahunnya dan tidak ada yang lebih dinantikannya selain kejutan manis dari istrinya.Tadinya dia menyangka dia akan melalui hari ulang tahunnya sendirian... dengan bermuram durja, berduka karena is
Tidak sampai 8 menit Bastian sudah masuk halaman rumahnya, langsung menuju garasi yang sudah terbuka.Bastian bisa membayangkan senyuman manis yang akan tersungging di bibir Almira, pasti dia akan meledeknya habis-habisan, terserah, memang dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menelepon istrinya.Pernah Almira terkejut saat dia menelpon dari lorong rumah sakit padahal hanya 1 menit kemudian dia sudah berhadapan dengan Almira.Mengadopsi bahasa Samuel, Bastian bucin abis. Memang iya..bucin abis, tapi nggak apa-apa kan sama istri sendiri.Biar segera mengambil hp-nya membuka pintu mobil dan keluar ketika dia dikejutkan dengan sosok istri tercinta yang sudah berada di depan matanya."Hai."Almira menyapa Bastian kemudian memeluk pinggang suaminya dengan mesra.Almira mendesakkan tubuhnya, dan Bastian seketika tahu, istrinya hanya memakai gaun bunga-bunga merah maron yang menyamarkan keadaan yang sebenarnya, Almira tidak memakai lapisan apapun di baliknya.Bastian menelan liurny
Mereka sudah selesai bermesraan, sudah selesai mandi bersama, sudah selesai berpakaian, dan sekarang yang mereka lakukan adalah...berpelukan.Berpelukan(?)Bukankah biasanya pasca bercinta, dengan bahagia mereka akan kembali melanjutkan kegiatan mereka? Terlihat seolah mereka 'baru akan mulai' walau sebenarnya 'baru saja selesai'Mereka masih berpelukkan begitu mesra, nampak Bastian tidak mau melepaskan istrinya, dia memeluk Almira seerat yang dimungkinkan dengan kondisi perut Almira yang sudah memasuki tahap akhir."Dad," rengekan manja Almira mengalun di udara.Bastian menarik kepalanya dan memandang Almira, kemudian mengecup bibir Almira sambil bergumam, "what?""Lepasin pelukannya, ayok kita makan Dad, terus anak-anak bobok, terus...Mommy juga bobok!" Almira senang menggoda Bastian, melihat wajah tampannya merajuk tipis-tipis."Terus tengah malam aku bangunin, lalu aku akan membawamu pergi ke tempat yang kamu nggak akan ingin tidur lagi, semalaman kita bersama, aku akan membua
"Ra.." panggil Bastian."Ya, Dad?""Ada telepon!""Dari?""Mom."Almira bergegas mencuci tangannya dan menitip pesan pada budenya Ning yang membantunya."Bude, kalau bisa diterusin, kalau nggak bisa nggak usah dipaksa, besok aja kita kerjain sama-sama.""Baik, Nyonya." Bude Ning menjawab dengan lega, karena sudah cukup tua dia biasa jam segini sudah istirahat."Ya udah saya tinggal dulu ya," pamit Almira.Kemudian Almira bergegas mengikuti Bastian.Rumah sudah lengang karena anak-anak sudah pada tidur, seperti biasa tadi Almira sedang membantu ART-nya di dapur."Dad, Mom teleponnya di mana?" tanya Almira heran karena mereka tidak menuju ke ruang keluarga tempat telepon itu berada."Di kamar, Sayang!" jawab Bastian.Di kamar? Mom menelepon ke ponsel? Almira bingung.'kalau nggak telepon di telepon rumah, teleponnya ke ponsel kenapa nggak ponselnya aja yang dibawa ke dapur,' batin Almira.Kemudian setelah mereka tiba di kamar dengan tenang Bastian berbalik mengunci pintu dan menghad
Kemudian Bastian telentang dan menangkupkan kedua tangannya di belakang kepala.Oke dia akan bertahan, dia pasti bisa, dia akan menunjukkan dia bukan remaja belasan tahun yang dikendalikan hormonnya, dia adalah pria yang nanti malam akan berumur 35 tahun.Almira menutup area penting tubuh Bastian dengan selembar handuk kecil yang sudah disiapkannya.Kemudian Almira mendekati ujung tempat tidur, duduk di samping Bastian, agak mencondongkan badannya dan mulai memijat bagian bahu dan lengan suaminya.Gerakan tangan Almira begitu lembut dan menenangkan seolah-olah dia memang seorang terapis profesional.Yang tidak menenangkan adalah goyangan dua buah bukit ranum yang hanya ditutup oleh secarik kain sutra, jangankan Bastian, Dewa sekalipun pasti akan tergoda.Sambil memijat bahu suaminya, Almira memandang dan mendapati ekspresi yang tak bisa diuraikan, mata Bastian bergantian melihat wajah Almira, turun ke dada, naik lagi ke mata, dan begitu seterusnya, dengan catatan terlalu lama berhen
Bastian memandang istrinya dengan mata sayu, mata penuh cinta, dia merasa telah mati dan masuk surga. Ralatt! Nyaris mati..tapi masuk surga!Wanita yang telah membuat Bastian mampu kembali memaafkan, mampu kembali percaya, mampu kembali bahagia."Ra, honeymoon lagi ya." Bastian berbicara sambil menatap mesra istrinya."Kapan Daddy pengen honeymoon?" tanya Almira."Kalau jagoan sudah berumur 1 tahun.""Terus kita honeymoon, pulang-pulang hamil lagi, anak ke 4! Hmm.. luar biasa!""Kalau mau kembar aja biar bisa segera 5, jadi impian terwujud terus nggak usah hamil-hamil lagi, bisa kemana-mana, Ra!""Terus siapa yang jaga anak-anak dan jagoan kita?" Kembali Almira bertanya sambil berpikir sepertinya ini bukan permintaan spontan yang baru saja terpikir oleh suaminya."Kita tambah pengasuh anak nanti mom yang akan bantu awasi... tunggu Ra! Kamu setuju?" tanya Bastian heran."Yah setujulah Dad, kenapa heran begitu?" tanya Almira sambil menatap suaminya.'memang dikira aku nggak suka saya
Tok tok tok..."Daddy..Mommy bangun, ayok bangun, udah besal (sudah besar) dak boleh bangun siang!""Daddy..Daddy." Saras mempermainkan nadanya seolah sedang mengejek Daddynya."Mommy...bangun dong, udah siang Mommy," kata Binta yang sangat kalem persis mommy-nya.Sedang kedua anak itu sibuk membangunkan orang tuanya, di dalam kamar beda lagi suasananya.Bastian menggeliatkan badannya kemudian membuka matanya, karena Bastian mendengar ada suara orang mengetuk pintu kamarnya.'memangnya ini sudah jam berapa,' kata Bastian dalam hati.Perlahan sambil mengucek matanya Bastian mencari ponselnya, setelah membuka ponselnya Bastian terkejut setengah mati ternyata ini sudah siang, biasa jam sekian Bastian sudah selesai sarapan pagi.Bastian membalikkan badan, dan menemukan istrinya yang masih tertidur lelap. Memang istrinya adalah orang yang gampang tidur, gampang terlelap dan tidak gampang terbangun, luar biasa berdamai dengan diri dan sekitarnya. Bastian mengamati wajah istrinya yang m