Tidak sampai 8 menit Bastian sudah masuk halaman rumahnya, langsung menuju garasi yang sudah terbuka.Bastian bisa membayangkan senyuman manis yang akan tersungging di bibir Almira, pasti dia akan meledeknya habis-habisan, terserah, memang dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menelepon istrinya.Pernah Almira terkejut saat dia menelpon dari lorong rumah sakit padahal hanya 1 menit kemudian dia sudah berhadapan dengan Almira.Mengadopsi bahasa Samuel, Bastian bucin abis. Memang iya..bucin abis, tapi nggak apa-apa kan sama istri sendiri.Biar segera mengambil hp-nya membuka pintu mobil dan keluar ketika dia dikejutkan dengan sosok istri tercinta yang sudah berada di depan matanya."Hai."Almira menyapa Bastian kemudian memeluk pinggang suaminya dengan mesra.Almira mendesakkan tubuhnya, dan Bastian seketika tahu, istrinya hanya memakai gaun bunga-bunga merah maron yang menyamarkan keadaan yang sebenarnya, Almira tidak memakai lapisan apapun di baliknya.Bastian menelan liurny
Mereka sudah selesai bermesraan, sudah selesai mandi bersama, sudah selesai berpakaian, dan sekarang yang mereka lakukan adalah...berpelukan.Berpelukan(?)Bukankah biasanya pasca bercinta, dengan bahagia mereka akan kembali melanjutkan kegiatan mereka? Terlihat seolah mereka 'baru akan mulai' walau sebenarnya 'baru saja selesai'Mereka masih berpelukkan begitu mesra, nampak Bastian tidak mau melepaskan istrinya, dia memeluk Almira seerat yang dimungkinkan dengan kondisi perut Almira yang sudah memasuki tahap akhir."Dad," rengekan manja Almira mengalun di udara.Bastian menarik kepalanya dan memandang Almira, kemudian mengecup bibir Almira sambil bergumam, "what?""Lepasin pelukannya, ayok kita makan Dad, terus anak-anak bobok, terus...Mommy juga bobok!" Almira senang menggoda Bastian, melihat wajah tampannya merajuk tipis-tipis."Terus tengah malam aku bangunin, lalu aku akan membawamu pergi ke tempat yang kamu nggak akan ingin tidur lagi, semalaman kita bersama, aku akan membua
"Ra.." panggil Bastian."Ya, Dad?""Ada telepon!""Dari?""Mom."Almira bergegas mencuci tangannya dan menitip pesan pada budenya Ning yang membantunya."Bude, kalau bisa diterusin, kalau nggak bisa nggak usah dipaksa, besok aja kita kerjain sama-sama.""Baik, Nyonya." Bude Ning menjawab dengan lega, karena sudah cukup tua dia biasa jam segini sudah istirahat."Ya udah saya tinggal dulu ya," pamit Almira.Kemudian Almira bergegas mengikuti Bastian.Rumah sudah lengang karena anak-anak sudah pada tidur, seperti biasa tadi Almira sedang membantu ART-nya di dapur."Dad, Mom teleponnya di mana?" tanya Almira heran karena mereka tidak menuju ke ruang keluarga tempat telepon itu berada."Di kamar, Sayang!" jawab Bastian.Di kamar? Mom menelepon ke ponsel? Almira bingung.'kalau nggak telepon di telepon rumah, teleponnya ke ponsel kenapa nggak ponselnya aja yang dibawa ke dapur,' batin Almira.Kemudian setelah mereka tiba di kamar dengan tenang Bastian berbalik mengunci pintu dan menghad
Kemudian Bastian telentang dan menangkupkan kedua tangannya di belakang kepala.Oke dia akan bertahan, dia pasti bisa, dia akan menunjukkan dia bukan remaja belasan tahun yang dikendalikan hormonnya, dia adalah pria yang nanti malam akan berumur 35 tahun.Almira menutup area penting tubuh Bastian dengan selembar handuk kecil yang sudah disiapkannya.Kemudian Almira mendekati ujung tempat tidur, duduk di samping Bastian, agak mencondongkan badannya dan mulai memijat bagian bahu dan lengan suaminya.Gerakan tangan Almira begitu lembut dan menenangkan seolah-olah dia memang seorang terapis profesional.Yang tidak menenangkan adalah goyangan dua buah bukit ranum yang hanya ditutup oleh secarik kain sutra, jangankan Bastian, Dewa sekalipun pasti akan tergoda.Sambil memijat bahu suaminya, Almira memandang dan mendapati ekspresi yang tak bisa diuraikan, mata Bastian bergantian melihat wajah Almira, turun ke dada, naik lagi ke mata, dan begitu seterusnya, dengan catatan terlalu lama berhen
Bastian memandang istrinya dengan mata sayu, mata penuh cinta, dia merasa telah mati dan masuk surga. Ralatt! Nyaris mati..tapi masuk surga!Wanita yang telah membuat Bastian mampu kembali memaafkan, mampu kembali percaya, mampu kembali bahagia."Ra, honeymoon lagi ya." Bastian berbicara sambil menatap mesra istrinya."Kapan Daddy pengen honeymoon?" tanya Almira."Kalau jagoan sudah berumur 1 tahun.""Terus kita honeymoon, pulang-pulang hamil lagi, anak ke 4! Hmm.. luar biasa!""Kalau mau kembar aja biar bisa segera 5, jadi impian terwujud terus nggak usah hamil-hamil lagi, bisa kemana-mana, Ra!""Terus siapa yang jaga anak-anak dan jagoan kita?" Kembali Almira bertanya sambil berpikir sepertinya ini bukan permintaan spontan yang baru saja terpikir oleh suaminya."Kita tambah pengasuh anak nanti mom yang akan bantu awasi... tunggu Ra! Kamu setuju?" tanya Bastian heran."Yah setujulah Dad, kenapa heran begitu?" tanya Almira sambil menatap suaminya.'memang dikira aku nggak suka saya
Tok tok tok..."Daddy..Mommy bangun, ayok bangun, udah besal (sudah besar) dak boleh bangun siang!""Daddy..Daddy." Saras mempermainkan nadanya seolah sedang mengejek Daddynya."Mommy...bangun dong, udah siang Mommy," kata Binta yang sangat kalem persis mommy-nya.Sedang kedua anak itu sibuk membangunkan orang tuanya, di dalam kamar beda lagi suasananya.Bastian menggeliatkan badannya kemudian membuka matanya, karena Bastian mendengar ada suara orang mengetuk pintu kamarnya.'memangnya ini sudah jam berapa,' kata Bastian dalam hati.Perlahan sambil mengucek matanya Bastian mencari ponselnya, setelah membuka ponselnya Bastian terkejut setengah mati ternyata ini sudah siang, biasa jam sekian Bastian sudah selesai sarapan pagi.Bastian membalikkan badan, dan menemukan istrinya yang masih tertidur lelap. Memang istrinya adalah orang yang gampang tidur, gampang terlelap dan tidak gampang terbangun, luar biasa berdamai dengan diri dan sekitarnya. Bastian mengamati wajah istrinya yang m
"Aku masih tidak mengerti kenapa kau menolak untuk ikut denganku hari ini?" Tanya Bastian, yang ingin sekali mengajak istrinya ke kantor."Aku sudah terlalu mengabaikan anak-anak dalam 2 hari ini, Dad," jawab Almira memberikan alasan."Tapi sebenarnya kamu di rumah pun anak-anak disekolah kan, Ra?""Iya sih, tapi ada alasan lain...sebenarnya aku ada janji hari ini, Dad!"Mendengar jawaban istrinya, Bastian mengernyitkan dahinya."Dengan siapa kau akan keluar hari ini?""Boleh tapi nanti ya, Dad! Nanti sore aku beritahu semuanya, lengkap.""Ra, sejarah panjang yang ku lalui membuatku tidak lagi bisa tenang jika tidak tahu kau di mana, apa yang kau kerjakan, apalagi aku tidak tahu kau keluar dengan siapa!"Mereka saling berpandangan dalam diam hingga akhirnya Bastian yang terlebih dahulu memecahkannya, "Cobalah untuk mengerti posisiku, Ra.""Bagaimana selama 6 bulan aku hanya hidup dalam mimpi, jika ada anak-anak aku akan sedikit normal tapi begitu mereka tidak ada maka aku kembali
Ketika Bastian sedang termenung tiba-tiba Samuel menepuk pundaknya,"Bersiaplah untuk berpesta, Bos!" Bastian mengikuti Samuel menuju ke ruang rapat besar yang biasa mereka gunakan saat mereka mengadakan pertemuan akbar.Mereka mendekornya seolah-olah semua yang datang akan terlempar ke Prancis Selatan.Diawali dengan tarian pembuka yang yang bernuansa pantai, makin Bastian perhatikan, Bastian mengenalinya sebagai tarian tradisional masyarakat setempat yang saat itu sempat ditarikan oleh Almira dan Ryan.Melihat dekorasi, melihat tarian, Bastian semakin yakin bahwa sebenarnya Almira ikut andil dibalik perayaan hari ini.Jadi mungkin sebenarnya Almira hanya dijemput untuk datang ke tempat ini ikut bersama-sama merayakan hari ulang tahunnya.Bastian tersenyum samar.Leganya hati Bastian setelah dia berpikir bahwa analisanya masuk akal, berarti istrinya tidak sedang berada di tempat lain.Bentar lagi pasti dia akan menemukan jawabannya.Tampillah Samuel membuka acara."Hari ini