Share

Bab 14

Luna mendorong pintu ruang wawancara Golden Artemis. Dia dibuat terkejut oleh pemandangan yang ada di dalam sana. Bukannya hanya pemeran di video klip? Kenapa ada begitu banyak orang yang tertarik? Bahkan artis nomor satu di Star Kingdom, Yuna dan juga Anna dari Golden Artemis juga turut hadir.

Dengan adanya dua orang itu, maka kemungkinan Luna untuk menang akan semakin kecil. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengulas senyum lebar di wajahnya. Luna mendekati Yuna dan Anna untuk menyapa mereka berdua.

“Halo, aku Luna dari Star Kingdom. Sen-“

“Star Kingdom?” ujar Anna sambil memutar bola matanya. Dia mengabaikan Luna dan melangkah menjauh. Yuna hanya meliriknya dengan tatapan angkuh sambil menganggukkan kepalanya sedikit sebagai tanda balasan.

“Sudah mau dimulai, cari tempat duduk saja,” kata Yuna dengan datar. Tidak ada niat untuk berbincang-bincang dengan Luna.

Luna menatap punggung Yuna dengan tatapan emosi. Kedua kepalan tangan di sisi tubuhnya terkepal erat. Melihat semua orang yang sudah sibuk mencari tempat duduk, dia juga buru-buru melakukan hal yang sama. Di waktu yang sama, pintu di ruang wawancara di dorong terbuka. Empat orang lelaki dan seorang perempuan berjalan masuk.

“Halo, kami adalah juri untuk pemilihan artis pemeran utama dalam video klip. Nanti saat uji coba kamera, urutannya sesuai dengan nomor yang sudah kalian dapat ketika masuk tadi. Kandidat yang mendapatkan nilai tertinggi akan menjadi pemeran utamanya.”

Juri laki-laki yang berbicara tadi berhenti sesaat. Tatapannya mengarah pada pemuda yang ada di sisinya. Dia tertawa dan berkata, “Tentu saja keputusan paling terakhir ada di tangan Martin sendiri. Artinya, dia memiliki keputusan penuh! Kalian harus memanfaatkan kesempatan kali ini dengan baik. Mari kita mulai!”

Kalimat tersebut membuat kedua bola mata Luna berbinar. Kalau dia bisa meluluhkan Martin, maka sudah pasti dia yang akan menjadi pemeran utamanya. Pemikiran tersebut membuat Luna secara otomatis menatap Martin.

Pemuda itu terlihat tampan dengan tubuh proporsional dan aura yang begitu kuat. Selain itu juga ada kesan pembangkang serta lelaki playboy. Martin memiliki kulit putih yang membuatnya terlihat sangat bersih.

Rambut hitam yang membingkai wajahnya serta bola mata yang indah membuat ketampanan lelaki itu semakin meningkat. Di sisi ujung mata kanan terdapat tahi lalat berwarna merah yang membuat Martin terlihat semakin mempesona.

Luna menahan napas karena tidak menyangka Martin jauh lebih tampan dibandingkan di televisi. Lelaki itu benar-benar sangat menarik perhatian. Seperti merasakan tatapan Luna, Martin melihat ke arahnya dan pandangan mereka bertemu. Sebersit sorot penuh kebencian melintas di mata lelaki itu.  Wajah Luna memerah seketika. Dia berencana menyapanya, tetapi pemuda itu sudah duduk.

Senyuman di wajah Luna menjadi kaku. Dia diabaikan terus dan membuatnya merasa luar biasa malu. Perasaan yang timbul pada diri Martin beberapa waktu lalu mendadak lenyap tak tersisa.

Sejak tes kamera dimulai, sudah terlihat para kandidat dari Golden Artemis begitu mementingkan Martin. Sedangkan pemuda itu justru terlihat tidak tertarik dengan pemilihan calon pemeran utama untuk video klipnya.

Waktu terus berlalu, dan untuk saat ini nilai milik Yuna yang paling tinggi. Hanya dia diberikan oleh Martin nilai yang lebih besar dari 6. Melihat nilai semua orang membuat Yuna menghela napas dalam hati. Salah satu syarat menjadi artis dalam video klip Martin adalah harus bisa memainkan piano.

Semenjak Luna dijemput kembali ke rumah keluarga Atmaja, ayahnya mendatangkan seorang guru piano berprofesional untuk mengajarnya. Selain itu Winda juga ikut mengajarinya sehingga membuat kemampuan pianonya jauh di atas para kandidat yang lainnya. Oleh karena itu Luna terlihat tidak khawatir sama sekali.

“Golden Artemis, Luna Atmaja.”

Yuna berdiri dan berjalan naik ke atas panggung. Dia mengulas senyum manis dan berkata, “Halo Para Juri semuanya, nama saya Luna. Saya dari Gold-“

“Jangan cerewet! Langsung saja!” potong Martin dengan tidak sabar.

Senyuman di bibir Luna berubah kaku. Dia mengumpati Marti dalam hati sambil melangkah ke arah piano dan mulai memainkannya. Suara alunan musik dari piano tersebut membuat wajah Martin berubah menjadi raut terkejut. Tatapannya pada Luna berubah menjadi tatapan ingin tahu.

Luna diam-diam melirik ke arah Martin yang tengah memperhatikannya. Dia pikir pemuda itu terpesona dengan dirinya. Luna terlonjak dalam hati dan tiba-tiba jarinya salah menekan tuts piano. Kening Martin berkerut dan dengan nada kesal dia berkata dengan orang yang ada di sampingnya.

“Tingkatan seperti ini perlu suruh aku ke sini? Lagu yang mudah seperti itu saja bisa salah, kalian pikir cocok nggak?”

Suara Martin tidak kecil dan dapat didengar oleh Luna dengan jelas. Wajahnya mendadak berubah keruh. Orang yang ada di samping lelaki itu tertawa masam dan berkata, “Kami sudah menghubungi anaknya Bi Citra, hanya saja masih belum ada jawaban. Karena waktunya sudah mendekati jadwal rilis lagu baru kamu, kamu boleh dengan terpaksa memilih salah satu?”

“Sepertinya Yuna lumayan oke, kamu-“

Martin mengibaskan tangannya dan membuat orang itu langsung mengatupkan mulutnya. Setelah semua orang selesai menampilkan kemampuan mereka, yang ada di urutan pertama adalah Yuna dan Luna. Meski Luna tidak seterkenal Yuna, kemampuan pianonya lumayan bagus. Setidaknya Martin sedikit tertarik. Akan tetapi Yuna merupakan seorang ratu artis nomor satu.

Keempat juri yang ada di sana tidak bisa mengambil keputusan. Mereka menatap ke arah Martin secara bersamaan. Martin hanya melihat daftar nama dan dengan enggan menunjuk nama Luna sambil berkata, “Nggak ada pilihan lagi, dia saja.”

Para juri menghela napas lega. Salah satu dari mereka berdiri dan mengumumkan hasilnya.

“Setelah berdiskusi, pilihan untuk tokoh utama kali ini jatuh pada Lun-“

Sebelum juri itu menyelesaikan ucapannya, terdengar suara pintu terbuka dan menghentikan pengumuman tersebut. Semua orang menoleh dan melihat seorang lelaki tampan dan juga dua orang perempuan berdiri di sana.

Salah satu perempuan itu memiliki wajah yang cantik dan tampak berbeda. Sedangkan yang satu lagi terlihat dingin dan elegan dan membuat semua mata tidak bisa beralih darinya.

“Bu Julia, Bu Luna, silakan,” ujar seorang lelaki sambil membuat gerakan mempersilakan.

“Pak Jason jangan sungkan,” balas Winda sambil tersenyum santun. Dia tidak menyangka salah satu orang penting di Golden Artemis akan menyambutnya seperti itu. Semua staff Golden Artemis jauh lebih tidak menyangka. Mereka menatap Winda dan mendadak tidak bisa mengingat siapa perempuan itu.

Hanya Martin seorang yang matanya berbinar ketika melihat Winda. Sedangkan Luna tampak tegang dengan kedua tangan yang terkepal erat di sisi badannya. Sorot penuh kebencian terlihat jelas di mata perempuan itu.

Dengan susah payah Luna mendapatkan peran utama, tetapi kenapa Winda datang? Dasar perempuan licik!

“Pak Jason, ini siapa?”

“Ini adalah Bu Winda dari Star Kingdom Entertainment. Dia datang ikut seleksi,” kata Jason

Meski Golden Artemis tertarik dengan kemampuan ibunya, tetapi mereka tidak mungkin sembarangan memilih. Harus melihat kemampuan bermain piano Winda dulu baru bisa memutuskan.

Beberapa juri saling berpandangan dengan sebuah tebakan dalam benak mereka.

“Kalau gitu kami persilakan Bu Winda-“

“Tunggu!” seru Luna dari daerah menunggu para kandidat. Perempuan itu berdiri dan berkata lagi, “Tadi bukannya sudah diputuskan siapa yang akan jadi peran utamanya? Dia saja yang terlambat. Kalau gitu sangat tidak adil bagi kami semuanya.”

“Iya, dia datang setelah sudah berakhir. Sikapnya sangat menghargai orang lain.”

“Jangan kencang-kencang. Kamu nggak lihat dia dibawa langsung oleh Pak Jason? Jangan-jangan mereka ada hubungan sesuatu yang nggak mungkin bisa kita tanggung akibatnya.”

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status