Hai-Hai Akhirnya bisa update hari ini meskipun cuma satu bab. Ada kegiatan yang tak bisa di tinggalkan. Buat Readersku terimakasih karena sudah berkenan membaca, semoga suka sampai akhir novel ini. Salam sayang Azitung!!!
Pagi hari mereka pergi ziarah ke makam orang tua Ralin dengan berjalan kaki, karena jarak yang tidak terlalu jauh.Menyapa pria tua penjaga makam lalu masuk ke dalam, makam kedua orang tuanya sedikit jauh ke tengah. Hingga harus melewati beberapa makam untuk sampai ke sana."Ayah, Ibu!" Ralin tak kuasa membendung tangisnya, ia menjatuhkan dirinya di atas keramik yang melapisi gundukan tanah tersebut. Ralin terisak cukup lama sedangkan Kenra hanya menatap sang mommy. Bibi Dora membiarkan Ralin menangis sepuasnya."Ibu, aku datang membawa cucu kalian! Namanya Kenra." Ralin memperkenalkan putrinya."Ayah, kini impian ayah sudah terwujut, memiliki cucu yang lucu dan imut." Ralin juga menyebut ayahnya."Kakek, Nenek! Maafkan kami karena baru datang ke sini. Mommy harus bekerja dulu untuk mengumpulkan uang, karena tempat kakek dan nenek sangaaaat jauh. Kalau Kenra, sudah besar, Kenra akan cari duit yang banyak dan akan membawa mommy ke sini. Kakek dan nenek tahu tidak, mommy sering menangis
Kenzi menggendong Kenra lalu membawanya ke sofa, dia duduk dekat ibunya."Sayang, ini adalah Nenek Rebecca!" Kenzi memperkenalkan ibunya.Rebecca tersenyum menatap Kenra, sedangkan anak kecil itu balas menatap dengan ekspresi tidak mengerti."Kenra hanya punya satu nenek, dan itu adalah Nenek Rose." Kenra bicara jujur karena hanya Rose lah yang ia panggil nenek setiap hari."Sekarang Kenra memiliki nenek lain, karena mulai sekarang Kenra akan tinggal di sini." Rebecca ikut menyahut, pelan-pelan ia akan menjelaskannya pada Kenra. Mendengar hal itu membuat Kenra semakin tidak mengerti, ia minta di turunkan lalu berlari pada mommynya."Mommy, apa kita akan tinggal di sini?" Ia menanyakan langsung pada Ralin.Ralin menatap suami dan ibu mertuanya bergantian, lalu menatap Kenra dalam, "Apa Kenra suka tinggal di sini?" Ralin tidak mungkin mengatakan tidak, lebih baik menanyakannya pada Kenra. Gadis kecil itu menatap ke sekeliling, rumah yang sangat luas, belum pernah ia melihat rumah sebe
Tidak butuh waktu lama, pakaian untuk Kenra sudah tiba di rumah. Rebecca memilihkan dress nerwarna pink untuk di kenakannya, tak lupa ada juga berbagai boneka.Tempat tidur sudah di pasang, juga lemari dengan warna yang sama."Ini semua punya Kenra?" Ia bertanya sangat antusias. Kamar besar dengan pernak-pernik berwarna pink, sangat cantik dimatanya.Rebecca mengangguk, "Kenra menyukainya?" Ia ingin mendengar jawaban langsung dari cucunya."Suka. Terima kasih, Nenek!" Sebahagia apapun dia, Kenra tidak melupakan ucapan itu.Rebecca mencium pipi Kenra yang sudah selesai ia rapikan rambutnya. Kenra mengambil satu boneka winnie the pooh yang kecil lantas membawanya keluar dari kamar."Kenra sayang, sudah selesai mandi?" Kenzi datang menyapa."Ya Paman, Kenra sudah wangi. Nenek membelikan baju dan boneka untuk Kenra." Ia mengadukan hal itu pada Kenzi."Kenra menyukainya?"Hmm, ia mengangguk."Sepertinya Kau mau pergi?" Nyonya Rebecca bertanya, dari penampilan putra sulungnya jelas sekali t
Malam itu, Kenra merasa asing dengan kamar barunya, ia meminta tidur di kamar mommynya saja.Robert dan Rebecca membujuk cucunya agar terbiasa tidur di kamar yang lucu penuh dengan gambar prince dan berbagai boneka lainnya, tetapi justru menatap dinding dan plafon yang penuh lampu membuatnya merasa seram. Ia merengek minta tidur bersama Ralin."Kenra belum pernah berpisah dariku, Bu. Biarkan malam ini dia tidur denganku, mulai besok aku akan memberinya pengertian," kata Ralin sambil mendekap tubuhn Kenra yang berada di gendongannya.Rebecca tersenyum dan mengusap lembut kepala cucunya, "Ibu mengerti, ini hari pertama dia belum terbiasa."Ralin membawa Kenra ke lantai atas, sampai di sana tubuh Kenra di baringkan, di ikuti oleh dirinya tangannya mulai menepuk-nepuk pelan tubuh mungil itu, kebiasan Kenra sebelum tidur.Gadis itu terlelap, tetapi Ralin masih terjaga, ia kembali duduk lalu berjalan menuju balkon untuk menatap rembulan ataupun bintang yang bertaburan.Ada yang berbeda den
Kenra begitu senang saat semua belanjaan mereka di buka. Mulai dari baju sepatu, berbagai aksesoris untuk rambut.Belum selesai dengan itu semua, seorang pelayan pun datang membawakan sepedanya. Kenra, langsung berdiri dan menghampiri sepeda itu.Rebecca tidak kalah bahagia menyaksikan itu semua, sedangkan Ralin memutuskan untuk bangkit dan menyusun barang-barang milik putrinya.Sejenak ia tertegun. Kini Kenra merasakan hidup mewah seperti dirinya dahulu, tetapi Ralin berjanji dalam hatinya akan tetap mengajarkan arti kesederhanaan pada Kenra.Sesuai janji Kenzi menjemput tunangannya, mereka akan memilih gaun pernikahan di tempat desainer ternama.Setelah kepergiannya seseorang memasuki perusahaan, dia memakai seragam seperti karyawan pada umumnya dengan masker menutupi bagian bawah wajahnya.Tidak ada yang curiga, mereka berpikir dia karyawan. Pria itu masuk ke dalam dan naik ke lantai atas. Dia sengaja memakai lift karyawan untuk menghindari kecurigaan.Setelah sampai di tempat yang
Luke menatap tak berkedip pada sosok kecil di atas sepeda. Wajahnya mirip dengan almarhum adiknya. "Li-ly!"Tuan Robert menepuk bahu Luke, "Dia Kenra putri Kenzi," katanya.Timbul keryitan di dahi Luke, putri Kenzi? Bagaimana bisa? Apa diam-diam dia punya anak dengan Violin? Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya."Kenra!" Suara Ralin terdengar membuat mereka menoleh padanya, tak terkecuali Kenra."Yes, Mom!" jawabnya seraya memutar sepeda kembali ke arah samping rumah."Oh, di sini ternyata, mommy cari ke belakang tadi." Ralin menyambutnya. "Mom, Kakek!" Kenra melihat ke arah kakek dan pria yang ia kira Kenzi tadi.Ralin tentu mengenali adik iparnya tersebut, karena Luke turut andil dalam membantunya keluar dari rumah ini."Kakak ipar!" Wajah Luke tampak berseri, ia menghampiri Ralin dan ingin memeluknya karena tidak menyangka bisa bertemu lagi.PlukSebelum tangannya sampai, satu tangan sudah mendorongnya hingga Luke hampir terjerembab ke bawah."Bajingan, berani Kau pulang ke ru
Nyonya Rebecca menyuruh pelayan untuk memanggil Kenzi ke kamarnya. Tidak berapa lama putranya itu datang.Makan malam telah disiapkan dan mereka semua telah mengelilingi meja makan, tinggal satu orang lagi."Panggilkan Ralin untuk makan!" perintah Nyonya Rebecca pada pelayannya."Baik Nyonya!"Violin yang sedang memainkan ponselnya mendadak jadi berubah ekspresinya, Kenzi tidak mengatakan apapun padanya mengenai Ralin. Kini wanita itu ternyata ada di rumah ini.Ralin turun dari atas, dia tampak cantik meski tanpa polesan dan dengan baju sederhana. Inilah yang Violin tidak suka, dia tidak senatural Ralin."Ha-hai Ralin!" Ia memaksakan diri agar terlihat ramah dihadapan orang tua Kenzi, menyapa lebih dulu demi menarik simpati. Tatapi, Nyonya Rebecca tidak akan tertipu dengan akting Violin barusan. Ralin hanya membalas uluran tangan, tetapi tidak menyapa, wajahnya juga tidak mengulas senyum.Mereka makan dalam diam, setelah makan Ralin langsung pamit dengan alasan Kenra, dia hanya menja
Dokter keluar dari dalam, di ikuti oleh suster yang mendorong brankar Kenra.Kenzi dan Ralin langsung menyambut berdiri. Terlihat Kenra memejamkan matanya, Ralin langsung mengikuti dengan menyentuh tangan mungil itu."Apa pasien sering seperti ini?" Dokter bertanya, kini Kenra sudah berada di ruangan khusus."Iya, Dok. Bila dia cemas akan demam tinggi, tetapi saya selalu menyediakan obat di rumah," jawab Ralin."Begini, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan pada Tuan dan Nyonya terkait kondisi pasien. Saya ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Saya harap Tuan dan Nyonya mengijinkan!" tutur dokter. Dia mencurigai ada penyakit Kenra yang mungkin bawaan dari lahir.Pikiran Ralin langsung melayang entah kemana, apa putrinya punya penyakit lain?"Lakukan yang terbaik, Dok," kata Kenzi memberi keputusan."Baiklah, besok akan kami lakukan pemeriksaan lanjutan, untuk sementara, pasien harus di rawat di sini."Kenzi mengangguk. Dokter dan suster pun keluar dari ruangan.Ralin langsung t