Share

Ciuman Penutup

“Astaga.” Majandra berdecak pelan. Dia tak percaya, karena pria bernama Damie itu benar-benar seorang pemaksa. Majandra menerima buket mawar berukuran besar, yang disodorkan oleh pegawai penginapan tadi.

Setelah menutup pintu, wanita cantik bermata abu-abu itu meletakkan kiriman yang diterimanya di atas kasur. Dia memandangi beberapa saat, ratusan kuntum mawar merah yang terlihat segar dan indah. Di antara bunga cantik itu, terselip kartu ucapan bertuliskan tangan atas nama Damien Curtis.

[Maaf, aku mengikutimu. Bila makan malam terlalu formal, bagaimana jika minum kopi? Kutunggu di The Sands Cafe sore ini pukul empat. -Damien Curtis-]

Majandra meletakkan kembali kartu ucapan tadi ke dalam buket bunga. Dia mengembuskan napas pelan, lalu kembali mengempaskan tubuh ke kasur. “Astaga. Apa-apaan ini?” Wanita cantik berambut cokelat tembaga itu menggeleng tak mengerti. Belum sempat Majandra beranjak dari tempat tidur, suara dering telepon membuat dia semakin nyaman untuk tetap berada di kasur.

Nama Alexandre tertera di layar sebagai pemanggil. Dengan segera, Majandra menjawab panggilan tersebut. “Hallo,” sapanya sambil duduk di ujung tempat tidur.

“Syukurlah kau sudah bangun,” balas Alexandre.

“Ada apa?” tanya Majandra.

“Aku hanya ingin mengingatkan kembali tentang pesta ….”

“Jangan khawatir,” potong Majandra. “Aku tidak lupa. Aku akan pulang sehari sebelum pesta dilangsungkan. Itu juga jika kau tidak keberatan,” ucap wanita cantik bermata abu-abu itu setengah menyindir.

Alexandre terdiam. Dia mungkin tengah mencerna maksud dari ucapan Majandra. Suara helaan napas berat sang pengusaha yang bergerak di bidang property tersebut begitu jelas di telinga Majandra, sehingga mengingatkannya pada malam panjang yang pernah mereka lalui.

“Aku akan menyuruh Felix untuk menjemputmu ke bandara,” ucap Alexandre setelah terdiam beberapa saat.

“Apa kau begitu sibuk, sehingga tak sempat menjemput istrimu?” Pertanyaan yang terdengar sangat sederhana, tapi terasa berat untuk diutarakan oleh Majandra.

Alexandre kembali mengembuskan napas berat dan dalam. “Akan kuusahakan. Semoga saja sempat, karena aku harus menghadiri rapat penting dengan anggota dewan direksi,” jelas pria berusia tiga puluh empat tahun tersebut.

Kali ini, giliran Majandra yang terdiam. Rasa kecewa itu hadir kembali, mengalihkan segala harapan indah yang selalu dirinya pertahankan selama tiga tahun pernikahan dengan Alexandre. “Baiklah. Aku tidak akan memaksamu,” ucapnya lesu. Majandra beranjak turun dari tempat tidur. “Aku harus ke kamar mandi. Sampai bertemu di Paris, Alexandre.”

Majandra menutup sambungan telepon, tanpa menunggu jawaban dari sang suami. Dia melemparkan ponsel ke kasur. Wanita cantik itu meraup kasar wajahnya. Tiba-tiba, Majandra teringat akan sesuatu. Kembali diambilnya ponsel yang tadi dilemparkan.

Di mesin pencarian, Majandra mengetikkan nama Lea Farez. Tak lama kemudian, muncul foto-foto cantik berambut pirang. Sama persis seperti yang Agathe kirimkan padanya. Majandra mulai menelusuri akun media sosial atas nama wanita, yang disinyalir menjadi teman kencan sang suami.

Lea Farez merupakan salah satu model papan atas Perancis. Dia wanita yang sangat cantik. Lea juga menjadi model dari beberapa brand ternama dunia. Salah satunya adalah produk pakaian dalam terkenal. Satu hal yang membuat Majandra merasa kian terbakar adalah, saat dirinya melihat nama akun media sosial sang suami yang ternyata menjadi pengikut wanita itu. Alexandre bahkan memberikan like untuk beberapa postingan model berambut pirang tersebut.

“Baiklah, Alexandre,” ucap Majandra. Dia bangkit dari duduknya, lalu masuk ke kamar mandi. Majandra membersihkan diri, kemudian bersiap-siap. Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 14.30, saat dirinya selesai berdandan.

Majandra sudah terlihat cantik dalam balutan midi dress hitam polos tanpa lengan. Dia mengeluarkan sandal bertali kecil, dengan hiasan manik-manik yang sangat cantik. Wanita itu menyanggul rambut panjangnya asal-asalan, tapi tetap terlihat modis. Sekarang dia sudah siap pergi berjalan-jalan, sekadar menyenangkan hati yang terasa kacau.

Wanita cantik itu keluar dari area penginapan. Dia berjalan-jalan seorang diri, menikmati angin sore yang menyegarkan. Majandra bukannya tak ingat dengan undangan dari Damien. Akan tetapi, berat rasanya untuk memenuhi ajakan minum kopi bersama pria tampan kharismatik tersebut.

Damien pria yang sangat tampan dan menarik. Dia sama memesona seperti Alexandre. Namun, Majandra ingin melindungi diri dari ketertarikan, yang hanya akan membawanya dalam masalah baru.

Helaan napas panjang, mengiringi rasa gelisah yang menggelayuti relung hati wanita cantik itu. Kembali hadir bayangan sosok cantik Lea Farez dalam balutan pakaian dalam, yang diberi like oleh Alexandre. Seketika, benteng pertahanan yang dibangun Majandra runtuh. Wanita itu beranjak dari duduknya, kemudian berlalu pergi.

Tepat pukul empat sore, Majandra tiba di cafe yang disebutkan dalam kartu ucapan dari Damien. Sebelum masuk, Majandra sempat tertegun beberapa saat. Namun, setelah itu wanita cantik bertubuh tinggi tersebut melanjutkan langkah.

Setibanya di dalam, Majandra mengedarkan pandangan, hingga tatap matanya tertuju kepada seorang pria dengan T-Shirt lengan panjang berwarna dark green. Pria tampan itu melambaikan tangan kepada Majandra, yang tengah melangkah ke arahnya.

“Kupikir kau tidak akan datang,” ucap Damien sambil berdiri, saat Majandra sudah berada di hadapannya.

“Tidak sopan jika menolak undangan seseorang.” Majandra tersenyum, saat menanggapi ucapan Damien.

“Tentu.” Damien memundurkan satu kursi untuk Majandra.

“Terima kasih,” ucap Majandra sambil duduk anggun. “Terima kasih juga untuk kiriman bunga mawar tadi. Kau memang seorang penguntit rupanya.”

“Aku tidak memiliki cara lain,” balas Damien. Sorot mata serta senyuman pria itu dipenuhi kekaguman terhadap Majandra, yang hanya tersenyum simpul saat menanggapinya.

Sore itu, Majandra habiskan dengan berbincang santai bersama Damien. Harus diakui, bahwa dirinya terlupa dengan segala masalah yang tengah mengganggu selama ini. Ada rasa nyaman yang ditawarkan pria tampan berambut gelap tersebut. Hingga malam tiba, Damien mengantarkan Majandra kembali ke penginapan.

“Maaf, aku tidak bisa mengajakmu masuk,” ujar Majandra.

“Tidak apa-apa. Terima kasih untuk sore yang indah.” Damien tersenyum kalem. Dia berdiri di hadapan wanita cantik itu, menatapnya lekat dan penuh arti.

“Ya, sama-sama. Aku sangat menyukainya. Ini merupakan sore yang indah juga untukku,” balas Majandra pelan.

“Kau yakin?” tanya Damien dengan suara berat dan dalam. Helaan napas beratnya terdengar begitu menggoda di telinga Majandra. Membuat wanita cantik dengan midi dress hitam tersebut seperti terhipnotis.

Majandra tidak menolak, ketika Damien menggiringnya mundur, hingga bersandar pada dinding dekat pintu. Istri Alexandre LaRue tersebut juga tak melarang, saat Damien merengkuh pinggang rampingnya hingga tubuh mereka kian merapat. Majandra membalas tatapan menghanyutkan pria yang baru dia kenal kemarin malam.

“Jangan, Damien,” tolak Majandra pelan, seraya menahan tubuh pria itu agar tidak semakin mendekat. Namun, pada akhirnya wanita itu hanya dapat meremas bagian depan T-Shirt yang Damien kenakan.

Hawa panas seketika menyelimuti keduanya.

"Hmmh..."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status