Duar!
Suara ledakan besar itu membuat para prajurit dewa dan juga pasukan iblis yang lain menatap ke arah pertempuran pribadi antara Raja Iblis dengan kesembilan ksatria dewa itu.
“Apa ... kita akan menang?” ucap salah seorang prajurit dewa, dengan luka di perutnya.
Asap yang mengepul banyak itu tiba-tiba saja menghilang dan terlihatlah Raja Iblis yang masih melayang di udara dengan sayap yang berada di punggungnya.
Sosok Raja Iblis pun agak berbeda dari sebelumnya, karena sekarang dia mengeluarkan kekuatan penuhnya untuk melawan para ksatria dewa yang mengepungnya tadi.
“Kalian tidak akan bisa melawanku!” ujar Raja Iblis, menatap para ksatria dewa yang terpental cukup jauh akibat serangan dari Raja Iblis itu.
Asta Dewa mendecih pelan sambil meludahi sedikit cairan merah di dalam mulutnya itu. “Ternyata benar kalau tadi dia belum mengeluarkan kekuatan penuhnya,” ucap Asta Dewa.
Agni Bagaswara dan Lodaya sudah ikut bergabung bersama dengan para ksatria dewa lain yang terpental cukup jauh akibat ledakan yang disebabkan oleh mengeluarkan kekuatan dari Raja Iblis tersebut.
“Kita harus kembali menyerangnya secara bersamaan. Setidaknya sedikit serangan kita menggores tubuh kerasnya itu,” ujar Lodaya, sambil mengusap sudut bibirnya yang terluka.
“Kamu benar, Lodaya. Setidaknya kita harus melawannya dengan seluruh kemampuan kita juga sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Sang Hyang Mahaguru kepada kita,” ujar Anantasena, menimpali ucapan Lodaya tersebut.
“Ayo kita serang lagi!” teriak Agni Bagaswara, yang memang bukan tipe yang menyerah begitu saja meskipun tubuhnya sudah penuh luka juga akibat serangan dari Raja Iblis.
Semua ksatria dewa tergerak mendengar teriakan dari Agni Bagaswara.
Mereka kembali mengeluarkan kekuatan penuh mereka untuk menyerang Raja Iblis yang sudah menunggu mereka. Ausra gelap di sekitar Raja Iblis juga semakin menguat sehingga mereka semua tahu kalau Raja Iblis jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Duar!
Satu serangan Raja Iblis arahkan ke arah Asta Dewa dan Braja Dharma.
Mereka berdua sempat menghindar namun sayangnya ternyata serangan itu bukan hanya dari satu arah saja, melainkan dari belakang mereka juga ada.
Asta Dewa mengumpat dalam hati saat tubuhnya terkena serangan dari Raja Iblis itu, begitu juga dengan Braja Dharma yang sudah tergeletak di atas tanah dengan punggungnya yang terluka.
“Dua sudah aku habisi, tinggal tujuh lagi,” ucap Raja Iblis, menoleh ke arah para ksatria dewa yang lain.
Mereka terbagi menjadi tiga bagian yang akan menyerang Raja Iblis dari posisi yang berbeda.
Ananjaya dan Antari Kusuma berada di bagian belakang Raja Iblis. Mereka berdua menggabungkan kekuatan angin dan air yang sudah dikumpulkan oleh mereka.
Sedangkan dari arah kiri, ada Lodaya dan Agni Bagaswara yang sudah bersiap dengan kekuatan gabungan mereka juga, yaitu binatang buas yang diselimuti oleh api milik Agni Bagaswara. Binatang buas kali ini seukuran Raja Iblis yang bisa langsung menumbangkan siapapun itu lawannya.
Sementara di bagian kanan, terdapat Baruna, Anantasena, dan juga Surya diva Sekha, yang juga menggabungkan ketiga kemampuan mereka itu menjadi satu dan diarahkan oleh mereka tepat ke arah Raja Iblis.
“Serang!” teriak Agni Bagaswara.
Semuanya langsung melesat ke arah Raja Iblis dengan menyerangnya menggunakan kekuatan gabungan yang sudah mereka persiapkan itu.
Raja Iblis masih melawan mereka dengan tenang meskipun kali ini para ksatria dewa jauh lebih kuat dari sebelumnya dengan kekuatan penuh yang mereka keluarkan tersebut.
‘Lumayan juga mereka. Tidak heran Sang Hyang Mahaguru menobatkan mereka menjadi sang penguasa di kerajaan langit,’ batin Raja Iblis, agak kesusahan melawan balik para ksatria dewa yang menyerangnya sekaligus itu. ‘Tapi aku tidak akan kalah hanya dengan melawan mereka saja.’
“Percuma kalian menyatukan kekuatan kalian satu sama lain, karena bagaimanapun itu aku tidak akan tumbang hanya karena kekuatan lemah kalian ini!” ucap Raja Iblis, memprovokasi para ksatria dewa itu.
Lalu di saat para ksatria dewa itu terpancing dan agak menunjukkan kelengahan mereka, di saat itu juga Raja Iblis mengeluarkan lingkaran bola hitam dan diserangkan para ksatria dewa yang sudah mengepungnya lagi itu.
Semuanya terpental jauh dengan rasa sakit yang mereka terima dari lingkaran bola iblis yang menjadi salah satu kekuatan andalan dari Raja Iblis.
“Hahaha! Dasar lemah!” ejek Raja Iblis, merasa puas karena dirinya berhasil menumpangkan para ksatria dewa itu. “Kalau begitu saatnya untuk menghabisi kalian sampai kalian tidak akan menjabat jadi seorang penguasa lagi di sini!”
Raja Iblis mengangkat tangannya ke atas langit. Kondisi langit yang awannya sudah menggelap, sekarang makin menggelap lagi dengan terdapatnya pusaran di atasnya.
“Aku akan menyingkirkan dan menyapu rata sekaligus kerajaan langit ini,” ucap Raja Iblis, dengan senyuman licik di wajahnya. “Dengan begitu yang akan menjadi penguasa sesungguhnya pada seluruh kerajaan di sini adalah kerajaan iblis!”
“Raja Iblis!”
Suara berat itu membuat Raja Iblis mengurungkan niatnya untuk langsung menghabisi para ksatria dewa yang tadi sudah dia kalahkan itu.
Dilihatnya Sang Hyang Mahaguru yang sudah berdiri di depan gerbang perbatasan kerajaan dewa dengan tatapannya yang menyorot tajam ke arah Raja Iblis.
“Hentikan sekarang juga,” ujar Sang Hyang Mahaguru tegas.
Raja Iblis tertawa keras sambil menurunkan tangannya itu. Dengan cepat dia melesat hingga berdiri tepat di hadapan Sang Hyang Mahaguru.
“Akhirnya kamu keluar juga, Sang Hyang Mahaguru. Aku sudah menunggu untuk melawanmu, asal kamu tahu itu,” ujar Raja Iblis.
Sang Hyang Mahaguru tiba-tiba menghilang dari hadapannya Raja Iblis yang membuat Raja Iblis agak kaget dibuatnya.
Lalu dia menoleh ke belakang dan terlihatlah Sang Hyang Mahaguru yang sudah berkumpul bersama dengan para ksatria dewa yang masih terlihat kesakitan dengan luka yang mereka terima setelah melawan Raja Iblis tadi.
“Apa kalian sudah kalah?” tanya Sang Hyang Mahaguru kepada para ksatria dewa itu.
“Tidak!” teriak para ksatria dewa itu, dengan sekuat tenaga mereka.
Sang Hyang Mahaguru tersenyum puas. Dia masih bisa melihat kobaran api semangat di setiap mata yang terpancar dari para ksatria dewa tersebut. “Bagus kalau begitu.”
Sang Hyang Mahaguru akhirnya kembali menghadap pada Raja Iblis. “Sekarang aku akan membantu kalian. Jadi, satukan kekuatan kalian semua dan kumpulkan menjadi satu untuk menyerang Raja Iblis!” perintah Sang Hyang Mahaguru kepada para ksatria dewa tersebut.
Semuanya pun saling pandang lalu mereka mengangguk mengerti. Semuanya berdiri dengan tegap sambil menahan rasa sakit di tubuh mereka.
Sambil menutup mata mereka, mereka mengeluarkan seluruh kekuatan yang ada di dalam tubuh mereka itu dan disatukan menjadi sebuah lingkaran cahaya yang besar dan terang di atas mereka.
Raja Iblis mengernyitkan keningnya melihat cahaya yang terang itu. Dia berdecak pelan sambil mengeluarkan kekuatannya juga untuk menahan serangan dari para ksatria dewa yang digabungkan dengan Sang Hyang Mahaguru itu.
“Aku tidak akan kalah!” teriak Raja Iblis.
Sang Hyang Mahaguru ikut menyalurkan kekuatannya lalu kemudian mereka semua langsung mengarahkan cahaya terang yang terkumpul dari kekuatan mereka itu, ke arah Raja Iblis.
Cahaya itu melesat dengan begitu cepatnya dan dihadang oleh Raja Iblis menggunakan kekuatan besarnya juga.
Namun sayangnya kekuatannya ternyata tidak setara dengan gabungan kekuatan para ksatria dewa dan Sang Hyang Mahaguru tersebut.
“I-Ini tidak mungkin!” seru Raja Iblis, ketika pelindungnya mulai retak dan cahaya dari kekuatan besar itu akhirnya mengenai tubuhnya. “Arghhh!!!” jerit Raja Iblis.
Sang Hyang Mahaguru bersama dengan para ksatria dewa itu terus mengarahkan kekuatan mereka sampai akhirnya mereka melihat Raja Iblis yang terjatuh dengan kondisi tubuhnya yang sudah terluka sangat parah.
“Kita berhasil!” pekik Agni Bagaswara.
Asta Dewa dan yang lainnya tersenyum senang meskipun kekuatannya harus terkuras habis karena serangan terbesar yang sudah mereka lakukan tadi.
Saat mereka sedang merayakan keberhasilan serangan mereka itu. Sang Hyang Mahaguru masih menatap ke arah tubuh Raja Iblis yang semakin menghilang seakan menjadi debu.
“Aku belum kalah, Sang Hyang Mahaguru! Aku bersumpah akan bangkit kembali 1000 tahun dari sekarang untuk membalaskan semuanya!” ujar Raja Iblis, sebelum akhirnya dia menghilang sepenuhnya menjadi debu.
Bahkan seluruh pasukan iblis yang lain juga ikut menghilang.
-o0o-
Setelah pertempuran mereka dengan raja iblis, ke 9 dewa yang juga masih luka dan lelah itu beristirahat. Sebenarnya luka yang mereka alami tidak begitu parah bahkan mereka bisa menyembuhkannya sendiri namun karena pertempuran yang sengit telah terjadi membuat mereka kehabisan tenaga.Terhitung sudah selama dua hari mereka terbaring di atas ranjang yang dilapisi emas. Asta Dewa tersadar terlebih dahulu, dihirupnya aroma teh yang menyejukkan indra penciumannya.“Hah! Akhirnya sudah selesai juga, kira-kira sudah berapa lama aku beristirahat?” Asta Dewa bergumam. Biasanya mereka jarang melakukan pertempuran yang sungguh menguras tenaga, namun kemarin keadaanya benar-benar membuat mereka kelelahan.Asta Dewa berjalan menuju kamar Lodaya dan Baruna. Terlihat mereka yang masih tertidur.“Hey kalian! Cepat bangun! Sudah berapa lama kedua mata itu terpejam?! Apa kalian tidak ingin menghadap kepada Shang Hyang Mahaguru?”Tidak mendapatkan sahutan dari keduanya, membuat Asta Dewa langsung menyir
Sebenarnya Shang Hyang Mahaguru sudah mengetahui jika ke-9 ksatria dewa saat itu sedang kepikiran tentang sumpah raja iblis yang diucapkan sebelum raja iblis itu gugur dalam pertempuran mereka kemarin.“Kami hanya takut jika dia kembali dan raja iblis memiliki kekuatan yang lebih besar daripada kemarin. Shang Hyang Mahaguru juga mengetahui bukan tanda tanya jika kekuatan raja iblis kemarin tidak bisa dianggap enteng, jika nanti 1000 tahun lagi dia akan kembali —”“Tapi aku memiliki pertanyaan untuk Shang Hyang Mahaguru, apakah raja iblis akan benar-benar kembali dengan kurun waktu 1000 tahun?”“Tentu saja,” ucap Shang Hyang Mahaguru yang menanggapi pertanyaan dari Baruna.“Kau jangan memotong ucapanku terlebih dahulu, ada yang ingin aku tanyakan kepada Shang Hyang Mahaguru.”Lodaya terlihat geram dengan apa yang dilakukan oleh Baruna, dia masih merasa penasaran namun justru memotong ucapannya.“Apa yang membuat kalian penasaran saat ini? Apa karena raja iblis yang akan bangkit itu? It
A Few Moments Later (Seribu Tahun Kemudian)LANGIT MALAM tebarkan bintang dan rembulan di sudut mega. Warna cerahnya menggiurkan pasangan muda-mudi untuk taburkan kasih kemesraannya. Bahkan pasangan tua berhati muda pun tak segan-segan lepaskan rayu dan canda menggelitik di sela-sela hati mereka. Mendadak kabut berjingkat dari celah bongkahan tanah perbukitan. Kabut tipis itu merayap makin menebal, lalu membungkus setiap celah tanah berdaun rumput. Bukit mulai diselimuti kabut. Langit sedikit dipulas rona hitam awan. Rupanya tadi telah melesat cahaya hijau berekor. Cahaya hijau di langit itu bagaikan berudu terbang yang melintasi perbatasan langit bermega hitam. Warna hijaunya terang dan mencolok mata para penghuni bumi. Wuusshh...! Angin mulai menunjukkan keperkasaannya, hembusannya tiba-tiba saja menjadi cepat dan berat. Warna hijau cerah berekor panjang di langit bagai semakin dilemparkan dari sisi satu ke sisi lainnya. Gerakannya mengikuti lengkung langit hingga menuju perbatas
Ketika dia membungkuk hendak mengambil Jimat Hati Iblis yang masih berada dalam genggaman tangan kiri Rawana Baka. Tiba-tiba tidak disangka-sangka kaki kanan orang yang diduga telah menemui ajal itu melesat ke arah dada si kakek.Bukkkk!“Uggghhh!”Sang Utusan Para Dewa menjerit keras. Tubuhnya terpental tiga tombak, terbanting jatuh punggung pada sebuah batu besar dan dari mulutnya menyembur darah kental!"Mengapa aku bertindak lengah! Belum mati jahanam itu rupanya!” keluh si kakek. Memandang ke depan dilihatnya Rawana Baka terbungkuk-bungkuk berusaha bangkit berdiri.Walau dadanya serasa hancur si kakek cepat bangun. Tangan kirinya digerakkan. Tongkat api kembali berubah menjadi cambuk menyala. ”Kali ini harus kuputus lehernya! Harus kutanggalkan kepalanya!”Si kakek berkomat kamit sambil putar pergelangan tangan kirinya. Cambuk api bergetar, meliuk-liuk laksana sosok ular hidup. Begitu dia menyentak maka cambuk api itu melesat ganas ke udara, mengeluarkan suara menggidikkan disert
Gunung Asmoro terlihat berdiri dengan angkernya malam itu, sebuah gerobak yang ditarik kuda berbulu putih belang coklat itu berhenti di depan bangunan besar yang mirip candi diatas puncak gunung asmoro. Saat itu di penghujung malam menjelang pagi. Perempuan tua yang duduk di samping pemuda sais gerobak melompat turun. Gerakannya gesit dan enteng. Di pinggangnya tergantung satu bungkusan besar. Di depan pintu bangunan dia hentikan langkah, memandang pada lelaki yang keluar menyambutnya.Perempuan tua itu ludahkan gumpalan sirih dan tembakau di dalam mulutnya lalu bertanya."Apa aku datang terlambat Yudha?""Belum mak. Keadaannya gawat sekali. Aku khawatir”Perempuan tua itu tidak menunggu sampai lelaki bernama Yudha menyelesaikan ucapannya. Dengan cepat dia masuk ke dalam bangunan, langsung menuju ke sebuah kamar dari dalam mana terdengar suara erangan berkepanjangan.Di ambang pintu kamar si nenek mendadak hentikan langkah. "Yudha! Kegilaan apa yang aku lihat ini! Siapa yang mengikat
Pada saat sang jabang bayi hendak nongol dari rahim sang ibu, hujan deras disertai dengan amukan badai cukup dahsyat. Lebih dari tiga puluh pohon tumbang, puluhan batu menggelinding dari ketinggian, kilatan cahaya petir ikut menghujani gunung itu. Badai mengamuk hanya di puncak gunung, sedangkan di kaki Gunung Asmoro hanya terjadi angin kencang biasa-biasa saja. Bahkan hujannya tak terlalu lebat.Kabutpun hadir membungkus puncak Gunung Asmoro. Tebal sekali, seperti selimut domba. Puncak Gunung Asmoro bagai lenyap ditelan langit. Kilatan cahaya biru menggelegar menyambar-nyambar puncak gunung itu."Oaaa...! Oaaa.. ! Oaaa. !"Akhirnya, suara tangis bayi itu pun terdengar melengking tinggi. Seakan ingin mengalahkan deru badai dan ledakan guntur di sana-sini. Tangis sang bayi menggetarkan dinding-dinding batu, seolah-olah bangunan candi itu akan runtuh karena getaran suara si jabang bayi. Bahkan dari puncak hingga kaki gunung terjadi getaran hebat, sepertinya gunung itu akan meletus atau
SEMILIR ANGIN MALAM menghembuskan udara yang terasa sangat dingin ketika seorang wanita cantik tengah membuka pakaian warna merah yang dikenakannya. Rambutnya yang semula digelung dengan tusuk konde, dilepas hingga terurai. Hal itu membuat kecantikan Dewi Salindri kian bertambah nyata.Tanpa sepengetahuannya, seseorang dengan mata tak berkedip mengintip tubuhnya yang kuning langsat dan menggairahkan. Lelaki itu berulang kali menelan ludah serta menahan napas dengan mata jalang."Ck, ck, ck.... Pantas saja kalau Wasesa sampai mabuk kepayang kepadanya. Tidak kusangka, kalau sang Dewi benar-benar mempesona," gumamnya dengan gairah yang bergejolak.Ketika ia tengah asyik mengintip tubuh mulus dan mempesona itu, kakinya yang tak mampu menahan getaran birahi tanpa disengaja membentur sesuatu.Krak!Kegaduhan kecil itu membuat Dewi Salindri yang tengah mengganti pakaian tersentak dan terburu-buru mengenakannya kembali. Mata cantiknya memandang lekat pada dinding bilik rumahnya, sedangkan pen
Orang yang memanggul harpa tertawa. Wajahnya yang sesungguhnya tampan, dengan tajam memandang Sepasang Pendekar Golok Sakti yang juga kakak-kakak seperguruannya. Kemudian, pandangannya diarahkan pada Dewi Salindri yang semakin sengit melihat tatap mata nakal itu, sehingga napasnya turun-naik. Matanya melotot penuh kebencian."Wasesa, masih belum jerakah kau?" tanya Dewi Salindri dengan bentakan marah.Ucapan itu tidak menjadikan Wasesa takut. Malah, lelaki berpakaian serba merah itu tergelak-gelak hingga matanya berlinang air mata."Ah, mana mungkin aku jera sebelum mendapatkan Kitab Inti Golok Sakti?"Usai berkata demikian, Wasesa memandang taman-temannya sambil tergelak-gelak. Sehingga teman-temannya turut tertawa."Kau benar-benar keras kepala, Sudah kukatakan, bahwa kitab itu tidak ada pada kami Lagi pula, jangan bermimpi untuk mendapatkan kitab itu" bentak Dewi Salindri gusar. Kemarahannya sudah tidak dapat lagi dibendung.Dibentak begi