Share

Penguasa Jurus Kitab Bumi

Tetapi Permadi sekarang bukan Permadi dulu, ditangkapnya tangan tuan Margono dan dipuntirnya ke belakang.

Tuan Margono berteriak kesakitan, “Argh ... aduh ... duh, hei pengawal goblok! Cepat bunuh dia!” Kedua penjaga gerbang tadi berlarian ke arah Permadi, belum sampai, Permadi sudah mendahului mereka dengan tendangan yang sangat keras. Tepat mengenai dada penjaga yang berlari di depan, sehingga penjaga itu terpental dan membentur temannya di belakang, dan mereka terguling-guling 2 depa jauhnya.

Tuan Margono terperanjat dengan kehebatan Permadi sekarang. Tangannya masih terpuntir ke belakang, sakitnya bukan main. Tapi sekarang dia sudah tidak berani membentak lagi. “Baiklah aku akan membayar upahmu, lepaskan tanganku” wajah Tuan Margono sudah berkeringat dan meringis menahan sakit.

“Tunjukkan tempat penyimpanan uangmu” Permadi malah semakin mendorong tuan Margono ke dalam rumahnya. Istri Tuan Margono yang keluar untuk melihat apa yang terjadi di depan, terkejut dan berteriak melihat suaminya diancam oleh Permadi bekas pembantunya. Permadi secepat kilat memukul tengkuk istri Tuan Margono hingga pingsan. Tuan Margono membawa Permadi ke dalam ruangan dengan lemari besi di dalamnya. “Buka lemari itu!” perintah Permadi. Dengan tangan kiri yang gemetar Tuan Margono mengambil anak kunci di sakunya, memasukkannya ke lubang kunci di lemari dan memutarnya. Terbukalah lemari besi itu menampakkan isinya. Astaga, Permadi hampir saja meneteskan air liur, emas permata sebanyak ini tidak pernah dilihatnya seumur hidup. Nafsunya untuk memiliki semua harta itu membuatnya gelap mata. Maka dikeluarkanlah ular kuning kecil kesayangannya yang gigitannya sangat beracun, dari saku bajunya yang lebar. Dilemparnya ke arah Tuan Margono sambil menyeringai seram, “Ini pembalasanku setelah selama bertahun-tahun kau siksa.” Tidak butuh waktu lama tubuh Tuan Margono langsung kelojotan dan diam untuk selamanya setelah digigit ular tersebut.

Permadi mengambil kain seprei tempat tidur untuk membungkus semua harta Tuan Margono, lalu keluar dari ruangan itu. Sekali lagi dilemparkannya ular kecil itu ke arah istri Tuan Margono, sambil bergumam, “Mulutmu bertahun-tahun hanya mencaci dan memaki diriku, sekarang rasakanlah mulut ular kesayanganku ini.”

Permadi keluar dari rumah itu dengan hati puas, terbalaslah sudah kebencian yang menumpuk selama ini.

Sejak saat itulah di dunia persilatan muncul seorang tokoh yang terkenal kejam dan ganas, orang-orang memberinya julukan ‘Iblis seribu racun’.

**

Bayu tertarik pada kekuatan Ramos yang diceritakan John, maka dia bertanya, “Apakah Ramos juga mempelajari Kitab Langit?”

“Tidak, Ramos justru sekarang tertarik dengan teknologi, dia banyak bertanya padaku tentang alat-alat kesehatan.”

Bayu mengerutkan keningnya, bila kegemaran seseorang tiba-tiba berubah pasti ada alasan kuat yang melatarinya.

“John bisakah kau membawaku kepadanya, aku ingin minta petunjuknya dalam hal jurus-jurus Kitab Bumi.”

“Bisa saja, akhir-akhir ini hampir setiap hari dia datang ke ruang kerjaku.” John berdiri, mengambil telepon genggamnya dan menelepon Ramos, “Halo Ramos, bisakah besok kau datang ke ruang kerjaku?”

“ ... “

“Ya, aku akan mengenalkan seseorang kepadamu.”

“ ... “

“Baik, sampai bertemu besok.”

Bayu takjub memandang John, “Kau bicara pada Ramos melalui benda itu? Apa itu?”

“Ini disebut telepon genggam, tanyalah pada Myra tentang cara kerjanya,” jawab John.

Keesokan harinya di ruang kerja John, Bayu memperkenalkan diri pada Ramos yang ternyata adalah ayah dari Kirani. Perawakan Ramos sedang-sedang saja tidak sekekar Bayu, tingginya hanya seleher Bayu, wajahnya cenderung bulat dengan rambut tersisir rapi ke belakang. Yang menarik dari Ramos adalah matanya yang bersinar tajam, lebih tajam dari mata Nayaka.

“Namaku Bayu. Aku berasal dari Antakara negeri di permukaan bumi yang didirikan oleh Tuan Martin. Aku tahu Pak Ramos, anda adalah sahabat John dan sekaligus sahabat Tuan Martin yang sebetulnya adalah leluhurku.”

“Halo, apa kabar Bayu?” Ramos dengan hangat menjabat tangan Bayu, “John juga sering bercerita tentang dirimu, luar biasa, badanmu kekar sekali.”

“Berkat John pak Ramos, aku berhutang budi padanya, dan kali ini tampaknya aku akan merepotkan dirimu juga Pak.”

“Ha..ha..ha.. katakanlah! Kau adalah keturunan Martin sahabatku, tidak perlu sungkan, apa yang bisa kubantu.”

Bayu membungkukkan badan sambil memohon kepada Ramos, “Bantulah aku untuk menguasai ilmu dalam Kitab Bumi.”

“Sudah sampai mana engkau menguasainya Bayu?” Ramos bertanya.

“Aku sudah menguasai gerakan jurus dari setiap unsur dalam Kitab Bumi, hanya saja cakraku tersegel, aku tidak memiliki tenaga dalam. Aku berlatih jurus-jurus Kitab Bumi hanya dengan kekuatan fisikku saja.

Ramos menarik nafas panjang dan menghembuskannya, “Hhhhh ... jurus Kitab Bumi tanpa tenaga dalam. Baiklah Bayu besok kita bertemu di tanah lapang dekat mata air di pinggir hutan, akan kutunjukkan perbedaannya.”

Pagi, embun masih menetes dari ujung-ujung daun. Di tanah lapang pinggir hutan rerumputan masih basah menyebabkan cipratan air kecil ketika langkah kaki diseret di atasnya. Mata air sebagai sumber bagi aliran parit kecil mengalir menuju ke sungai yang lebih besar, membuat lingkungan itu menjadi makin basah.

Bayu berdiri tegak dengan hutan di sebelah kirinya. Di hadapannya Ramos baru saja berhenti melangkahkan kakinya, sekarang kedua orang yang tidak seimbang dari postur tubuh ini sudah berhadapan dengan jarak 3 langkah.

“Bagaimana Bayu? Kita mulai saja.” Ramos mempersilahkan. “Seranglah aku! Jangan sungkan.”

Bayu tidak ragu lagi, kaki kanan ditarik ke belakang sementara kaki kiri sedikit ditekuk, kedua tangan dengan posisi seolah akan mendorong, kuda-kuda khas unsur tanah, ketika tangan didorong ke depan mengincar dada Ramos, terbentuk garis percikan air di rerumputan.

Swssshhh!

Suara udara terbelah dorongan tangan Bayu.

Reaksi Ramos sangat santai, dengan sedikit memiringkan tubuhnya serangan Bayu mengenai tempat kosong. Serangan susulan Bayu yang memutar tangannya dengan maksud menggencet dada Ramos, dihindarinya dengan mundur selangkah ke belakang. Lalu Ramos juga membentuk kuda-kuda persis seperti Bayu tadi, sambil mendorongkan tangannya ke bawah, Ramos mengucapkan jurusnya, “Inilah mengguncang bumi dari unsur tanah.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ariyus Ay
bagus dan sangat memuaskan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status