Sampai pagi harinya. El sengaja membiarkan suaminya sampai tertidur di kamar mandi, mungkin karena kecapean bolak balik ke toilet hingga Bara menjadi tidak sadar. El masa bodoh setelah mengetahui fakta bagaimana melakukan orang yang sudah dengan tulus ia berikan kasih sayang dan cintanya namun justru sebaliknya yang ia dapatkan. Penghianatan.
El tidak mengkhawatirkan kondisi dari suaminya karena obat tersebut tidaklah berbahaya. Rara---sahabatnya juga tidak akan mungkin setega itu. Sebelumnya dia juga sudah berkonsultasi dengan petugas penjual obat tersebut."El, sudah jam berapa ini?" Bara keluar dari kamar mandi dengan kondisinya yang kacau. El sengaja pura-pura masih tidur padahal sudah dari tadi perempuan itu terjaga dari tidurnya.El pura-pura mengucek matanya dan mengeluarkan seolah ia memang benar baru bangun dari tidurnya."Mas, kamu kok berantakan seperti itu?"Bara sedikit lebih pucat mungkin karena banyak cairan tubuhnya yang terkuras.Bara segera melihat jam didinding yang tergantung di dinding kamar mereka."Sudah kesiangan, Aku? Kenapa kamu nggak melambungkan aku?" Bara merasa kesal pada istrinya. Sementara El berusaha untuk menahan tawanya. Rasa sakit hatinya sudah coba ia lupakan. El tidak ingin berlarut-larut terpuruk dalam kehidupan yang mana kehidupan rumah tangganya itu adalah merupakan rumah tangga toxic."Aku juga kenapa bisa ketiduran di kamar mandi?"El pura-pura bingung. "Mana aku tahu, Mas? Bukannya kamu yang nyuruh ku untuk tidur duluan tadi malam?" Bara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak itu."Ya, sudah secepat kamu mandi dulu sana! Katanya sudah buru-buru takut kesiangan!" perintah El pada suaminya agar Bara buru-buru masuk dan membersihkan dirinya di kamar mandi. El jijik karena merasa jika suaminya itu kotor dan juga berbau."Aku mau lihat Keysa dulu." Bara berniat untuk melihat kondisi dari gundiknya di kamar yang lain."Apa kamu nggak malu dengan kondisi kamu seperti itu," tunjuk El pada Bara. Bara melihat kondisinya yang memang benar dengan apa yang diucapkan oleh istrinya itu."Lagian pasti jam segini Keysa sudah bangun dan bersiap. Anak itu sudah terbiasa bangun pagi karena hidupnya dulu susah mau tidak mau harus membantu ekonomi keluarganya." El berniat menceritakan kondisi bagaimana kekasih dari suaminya waktu dulu.Bara tidak menanggapi karena memang dirinya tidak mau termakan oleh ucapan istrinya itu.Tok!Tok!Tok!"El, cepat bangun! Sudah siang! Buruan siapkan sarapan untuk kita!" Tidak tahu malu Widya mengetuk dan membangunkan menantunya untuk menyiapkan makanan untuk dirinya."Dasar benalu tidak tahu malu! Memang dia pikir dirinya itu siapa. Menyesal aku pungut dia dan aku pelihara di rumah ini!" gerutu El dalam hatinya.Masa bodoh bagi Ellena. Sudah tidak ada hasratnya untuk melayani keluarga benalunya itu. Lebih baik ia tutupi telinganya dengan banyak dan kembali bergelung di bawah selimut. Kebetulan udara pagi itu sedang dingin-dinginnya karena semalaman hujan mengguyur cukup deras.Di kamar tamu. Keysa baru saja bangun dari tidurnya. Ia Keysa sama halnya dengan Bara. Ia tertidur di dalam bak mandi karena rasa gatal di kulitnya yang sangat gatal dan mengganggunya."Aduh masih gatal banget lagi ini. Mana perut rasanya mules banget. Apa ini ada hubungannya dengan El? Apa El sengaja ingin mengerjai ku? Tapi tidak mungkin? El pasti tidak tahu dan belum tahu hubungan ku dengan Bara." Keysa menggaruk-garuk kulitnya yang masih nampak memerah."Idih, ini bau apa? Busuk banget! Biasa-biasanya aku sampai kelepasan seperti ini." Keysa tidak menyadari jika tubuhnya sudah penuh dengan kotorannya sendiri. Pasti sangat memalukan."Bagaimana dengan penampilan ku nanti. Hari ini adalah hari spesial ku. Sebentar lagi aku akan jadi nyonya di rundh ini dan akan aku pastikan akan segera menendang El dari rumah ini. Maaf kan sahabatmu ini, El. Dunia memang kejam. Aku juga butuh kesenangan dan kenikmatan dunia." Keysa bergidik ngeri. Malu dengan penampilan saat ini. Untung saja Bara tidak melihatnya langsung. Keysa bermonolog dan tersenyum miring di depan cermin membayang ketika nanti dirinya sudah menjadi madu dari El dan berambisi untuk menjadi satu-satunya di hati Bara dan keluarganya."Aku harus bersiap. Sudah siang." Keysa mencari ponsel miliknya dan sialnya ponsel miliknya mati karena batre nya belum ia isi daya."Sial, mati lagi ini ponsel. Aku lupa isi daya gara-gara sibuk menghubungi mas Bara dari semalam tapi nggak diangkat-angkat.""El, baju ku sudah kamu siapkan!""Sudah.""Aku sudah hampir telat ini. Tolong kamu siapkan semuanya. Pastikan dompet dan keperluan penting lainnya masuk ke dalam koper.""Iya."Bara melihat ke arah istrinya yang sibuk dengan ponselnya sendiri. "El, aku lagi ngajak kamu ngomong loh. Kok kamu sibuk sendiri dengan ponsel kamu, sih!" Bara kesal karena tingkah istrinya."Aku juga sudah merespon kamu. Apa yang kamu perintahkan juga sudah aku siapkan. Kurang apa lagi coba?" El melempar ponselnya di atas kasur. El sedang menghubungi seseorang untuk melancarkan aksinya itu tentunya."Aku cuma nggak mau kamu sibuk dengan ponsel kamu sendiri sampai tidak mempertahankan aku, suami kamu." El tersenyum miring dan menatap ke arah suaminya."Apa kamu nggak salah, Mas? Yang selama ini abai siapa? Bukannya kamu sendiri yang super sibuk. Semenjak Keysa jadi sektretaris pribadi kamu kamu sibuk dengan alasan perjalanan dinas padahal dulu-dulu nggak pernah seperti itu." Hati Bara mulai was was takut kecurangannya tercium oleh sang istri.Bara mendekati El termasuk untuk merayunya dan Ek tahu akan hal itu."Ya, sudah itu mungkin memang pekerjaan kamu. Kamu cepat-cepat siap-siap sana. Aku mau turun dulu ke bawah." El memilih melunak karena tidak ingin rencananya untuk memberikan pelajaran dicurigai oleh Bara."El, Mama sudah bangun in kamu dari tadi loh. Sudah jam berapa ini? Mama, Bara, dan juga Keysa butuh sarapan kok kamu malah enak-enakan malas-malasan di kamar." El menahan diri untuk tidak melawan perempuan yang tidak lain adalah ibu dari suaminya itu. Kalau saja bukan karena ingin memberikan pelajaran berharga dan bermain-main dengan mereka sudah pasti El telah menendang mereka jauh-jauh dari rumah itu.Bara dan ibunya sudah menunggu di meja makan.El masih sibuk di dapur. Sibuk memasak nasi yang sengaja masih basi yang hampir saja mau dia buang untuk kemudian ia olah menjadi nasi goreng."Sampah pantasnya makan sampah," kesal El sambil tangannya terus mengaduk-aduk spatula di atas wajan penggorengan berisi nasi yang sudah di bumbui. El hampir saja muntah karena aroma yang sudah tidak sedap."Sayang kamu kesiangan? Bagaimana istirahatnya? Nyenyak?" El tersenyum miring melihat interaksi dua ular berbisa di depannya itu. Ingin sekali ia tertawa lepas. El tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Keysa yang terkena seribu gatal plus obat pencahar yang sudah ia campurkan pada minuman sahabatnya itu.Vid, sudah kamu bereskan semuanya? Bereskan jangan sampai ada yang tersisa. Mereka semuanya sudah pergi." El sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.Sementara suami dan keluarganya serta gundiknya bersenang-senang dan menikmati uang perusahaan milik keluarganya. El berserta tim nya sedang bekerja keras untuk membereskan para benalu yang tidak tahu diri tersebut."Kamu serahkan semuanya sama aku. Aku juga sudah konfirmasi sama om Danu perihal masalah yang tengah kamu hadapi ini." "Terserah kamu, Vid. Semoga om Danu tidak keberatan karena kamu tahu sendiri pernikahan ku dan juga Bara atas perantara nya karena om Danu sangat menaruh harapan pada pria brengsek itu. Tapi syukurlah kalau kamu mau membantu untuk membuka kedok siapa sebenarnya Bara dan keluarganya itu."Di tempat lain. Tujuan awal Bara dan keluarganya adalah tempat kelahiran Keysa. Di sana mereka sedang menggelar acara pernikahan yang sedang mereka sembunyikan dari El. "Alhamdulillah sekarang kita sudah sah jadi
"Ma, coba mama hubungi nomer Bara. Siapa tahu Bara bisa bantuin kita dari pada kita disuruh cuci piring semalaman. Nggak banget dan pasti bikin kita hilang muka." Tamara meminta pada ibunya menghubungi nomer adik bungsunya."Iya, Ma. Benar kata Tamara. Coba mama telepon nomer Bara.""Iya iya sebentar mama mau hubungi ke nomer Bara." Widya segera mencari kontak milik putra semata wayangnya. Setelah menemukan nomer tersebut dari deretan nomer yang tersimpan di aplikasi kontak miliknya.Sudah beberapa kali Widya mencoba untuk menghubungi nomer tersebut namun nihil tidak ada balasan dari seberang."Bagaimana, Ma?" tanya Tamara dengan raut cemasnya karena sedari tadi ia melihat ekspresi ibunya yang berdecak kesal.Widya menggelengkan kepalanya. "Belum nyambung. Apa mungkin pesawat mereka belum sampai atau ponsel mereka masih mati."Tamara terlihat gusar. "Terus nasib kita bagaimana ini? Bagaimana ceritanya kartu ATM mama dan milik mas Kevin barengan nggak bisa dipakai?" Tamara mulai menaru
El sengaja pulang lebih awal karena dirasa semua urusannya telah usai. El sudah mengetahui perihal kepulangan dari ibu mertuanya tinggal suami dan juga madunya yang masih menjadi gelandangan di negeri orang. El tahu semua tentang keluarganya itu karena orang sewaannya yang senantiasa memata-matai suami dan juga keluarganya."El, sepertinya nenek sihir sudah sampai di rumah." Taksi online yang El dan Rara tumpangi sudah memasuki pelataran rumah El."Sepertinya.""Kira-kira mereka bakal curiga kamu datang seperti ini apa tidak? Atau sekalian saja kamu balik ke rumah ini nunggu si ulet bulu dan suami tidak tahu dirimu itu pulang dulu." Rara memberikan pertimbangan pada sahabatnya."Ada benarnya juga. Kurang spesial kalau aku langsung datang seperti ini. Pasti nanti mereka keenakan lagi menghabiskan uangku. Kalau seperti ini kita masih bisa mengerjai mereka.""Aku ada ide." Rara membisikkan sesuatu ke telinga sahabatnya.El mengangguk mengerti apa ide yang diberikan oleh Rara.El segera
Keysa segera berlari keluar kamar. Ia segera mencari Bara yang sedang berada di kamarnya."Mas buka pintunya!" seru Keysa sambil mengetuk pintu kamar tersebut. Wanita itu nekat karena tahu jika El sedang tidak berada di rumahnya."Mas ini, Aku. Cepat buka pintunya!" Keysa yang sudah panik tidak bisa mengontrol emosinya."Kamu ini kenapa sih Key?" desis Bara sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. Pria itu khawatir jika El tiba-tiba saja datang dan memergoki mereka."Kamu itu, Mas! Lihat ini!" Keysa segera mendorong tubuh Bara untuk masuk ke dalam kamar dan segera menunjukkan ponsel miliknya pada pria tersebut."Kamu dapat foto ini dari mana?" "Bukan cuma itu. Tapi, lihat ini juga!" Keysa menunjukkan foto yang lain selain foto mereka berdua.Mata Bara membola sama halnya saat Keysa pertama kali melihatnya. "Ini bukannya foto mama dan juga mbak Tamara? Kenapa mereka bisa seperti ini?""Aku juga mana tahu. Bukan hanya foto tapi ada juga videonya. Video kita juga mama kamu." Bara menatap Ke
Pagi hari di rumah Ellena. Keadaan masih sama. Rumah akan tetep kotor dan berantakan jika bukan dirinya sendiri yang bergerak untuk membersihkannya. Ibu mertuanya hanya ongkang-ongkang kaki di rumah tersebut tanpa ingin sedikit pun membantu menantunya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan rumah tersebut. Sebelumnya, El memperkenalkan dua orang asisten rumah tangga. Tetapi setelah kedatangan Widya, perempuan itu bertindak seolah dialah penguasa di rumah tersebut. Dua asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh El dipecatnya tanpa izin dari Ellena. Ellena tidak keberatan pikirnya ia ingin tulus berbakti untuk melayani suami dan juga ibu mertuanya sebelum dirinya mengetahui belang dari keluarga suaminya tersebut."El kenapa meja makan masih kosong? Kamu juga pagi-pagi sekali sudah rapi. Mau pergi lagi, Kamu?" sungut Widya karena kesal di saat perutnya kosong. Dirinya tidak menemukan satu apa pun di atas meja makan."El sibuk, Ma. Ada urusan penting.""Kamu jangan sok-sokan deh, El.
Bara dan Keysa sudah dalam perjalanan menuju tempat kerja mereka. Keysa bersikap manja pada Bara selama mereka dalam perjalanan. Tangannya tidak mau lepas dari lengan pria yang sekarang menjadi suaminya.Berbeda dengan Keysa. Bara justru pikirannya sedang tidak pada tempatnya. Meskipun raganya bersama dengan Keysa. Pikiran pria tersebut sibuk memikirkan tentang sikap istrinya yang mulai berubah dan seolah berusaha untuk menghindari dirinya. Bara merasa jika ada yang sengaja disembunyikan oleh Ellena."Mas, kira-kira nanti kita akan bulan madu kemana?" Keysa masih bergelayut manja sambil menatap nakal ke arah Bara yang fokus kemudikan kendaraannya. "Aku nanti juga mau ganti mobil baru pokoknya. Oh iya, Mas. Kamu habis beliin El tas baru lagi? Aku baru tas baru yang dipakai El tadi pagi. Itu tas mahal loh, Mas. Kenapa kamu beliin tas untuk El tapi tidak beli untuk aku juga." Keysa mulai protes dan merajuk. Pagi tadi Keysa memang sempat memperhatikan penampilan El yang berubah dari pad
"El ...?" Raut wajah Bara berubah tegang."Kamu nggak usah kaget kaya gitu, Mas. Biasa saja toh kalian juga sudah lama mengkhianati aku. Kalian menikmati hubungan kalian di belakangku." El masih menatap miring ke arah suami dan sahabatnya."Kamu, Key. Tidak sia-sia juga kan usahamu untuk bisa mendekati suamiku. Selamat kamu sudah berhasil dan aku akui kekalahan ku. Kamu menang telak atas suamiku. Dan aku akan serahkan mas Bara sepenuhnya buat kamu. Aku tidak ingin memperjuangkan pasangan yang memang tidak layak untuk diperjuangkan."Bara menatap kalut pada istrinya. "Maksud kamu apa, El?"El segera menepis tangan Bara yang ingin menyentuhnya. "Seperti yang kalian inginkan. Aku akan memilih mundur. Lebih baik kalian berdua siap-siap untuk menghadap ke Om Danu karena beliau sudah menunggu kedatangan kalian."El segera meninggalkan kedua. "El mau kemana kamu?" El tidak lagi mempedulikan suara suaminya. "Mas, jadi selama ini El sudah mengetahui hubungan kita." Keysa menghampiri Bara ya
Mas mau ditaruh mana muka kita, ini. Masa iya seorang direktur tiba-tiba jadi OB!" gerutu Keysa saat mereka keluar dari ruangan Danu."Mau bagaimana lagi. Kamu mau kita masuk penjara? Tapi kita tidak boleh menyerah. Kita harus bisa menyakinkan Ellena agar Om nya itu mau percaya lagi sama aku. Untuk sementara kita jalani saja dulu." Keysa terus memasang wajah masamnya."Wah, ada pegawai baru rupanya," celetuk karyawan yang biasanya bekerja menjadi bawahan Bara juga Keysa."Iya, baru dipecat dari atasan atau baru menjabat sebagai OB maksudnya." "Pasangan serasi juga, Ya.""Itu lah kalau manusia tidak bersyukur dan tidak punya rasa terimakasih.""Benar. Tangan Tuhan langsung bekerja memberikan balasan dengan membuka kedoknya."Bara dan Keysa baru saja muncul dengan seragam baru dan juga pekerjaan yang baru pula. Sementara Bara dengan timba dan tongkat pel di tangannya. Keysa dengan kain lap dan juga sabun pembersih yang menjadi alat tempurnya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai kar