Share

5. Pemanasan dulu

Sampai pagi harinya. El sengaja membiarkan suaminya sampai tertidur di kamar mandi, mungkin karena kecapean bolak balik ke toilet hingga Bara menjadi tidak sadar. El masa bodoh setelah mengetahui fakta bagaimana melakukan orang yang sudah dengan tulus ia berikan kasih sayang dan cintanya namun justru sebaliknya yang ia dapatkan. Penghianatan.

El tidak mengkhawatirkan kondisi dari suaminya karena obat tersebut tidaklah berbahaya. Rara---sahabatnya juga tidak akan mungkin setega itu. Sebelumnya dia juga sudah berkonsultasi dengan petugas penjual obat tersebut.

"El, sudah jam berapa ini?" Bara keluar dari kamar mandi dengan kondisinya yang kacau. El sengaja pura-pura masih tidur padahal sudah dari tadi perempuan itu terjaga dari tidurnya.

El pura-pura mengucek matanya dan mengeluarkan seolah ia memang benar baru bangun dari tidurnya.

"Mas, kamu kok berantakan seperti itu?"

Bara sedikit lebih pucat mungkin karena banyak cairan tubuhnya yang terkuras.

Bara segera melihat jam didinding yang tergantung di dinding kamar mereka.

"Sudah kesiangan, Aku? Kenapa kamu nggak melambungkan aku?" Bara merasa kesal pada istrinya. Sementara El berusaha untuk menahan tawanya. Rasa sakit hatinya sudah coba ia lupakan. El tidak ingin berlarut-larut terpuruk dalam kehidupan yang mana kehidupan rumah tangganya itu adalah merupakan rumah tangga toxic.

"Aku juga kenapa bisa ketiduran di kamar mandi?"

El pura-pura bingung. "Mana aku tahu, Mas? Bukannya kamu yang nyuruh ku untuk tidur duluan tadi malam?" Bara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak itu.

"Ya, sudah secepat kamu mandi dulu sana! Katanya sudah buru-buru takut kesiangan!" perintah El pada suaminya agar Bara buru-buru masuk dan membersihkan dirinya di kamar mandi. El jijik karena merasa jika suaminya itu kotor dan juga berbau.

"Aku mau lihat Keysa dulu." Bara berniat untuk melihat kondisi dari gundiknya di kamar yang lain.

"Apa kamu nggak malu dengan kondisi kamu seperti itu," tunjuk El pada Bara. Bara melihat kondisinya yang memang benar dengan apa yang diucapkan oleh istrinya itu.

"Lagian pasti jam segini Keysa sudah bangun dan bersiap. Anak itu sudah terbiasa bangun pagi karena hidupnya dulu susah mau tidak mau harus membantu ekonomi keluarganya." El berniat menceritakan kondisi bagaimana kekasih dari suaminya waktu dulu.

Bara tidak menanggapi karena memang dirinya tidak mau termakan oleh ucapan istrinya itu.

Tok!

Tok!

Tok!

"El, cepat bangun! Sudah siang! Buruan siapkan sarapan untuk kita!" Tidak tahu malu Widya mengetuk dan membangunkan menantunya untuk menyiapkan makanan untuk dirinya.

"Dasar benalu tidak tahu malu! Memang dia pikir dirinya itu siapa. Menyesal aku pungut dia dan aku pelihara di rumah ini!" gerutu El dalam hatinya.

Masa bodoh bagi Ellena. Sudah tidak ada hasratnya untuk melayani keluarga benalunya itu. Lebih baik ia tutupi telinganya dengan banyak dan kembali bergelung di bawah selimut. Kebetulan udara pagi itu sedang dingin-dinginnya karena semalaman hujan mengguyur cukup deras.

Di kamar tamu. Keysa baru saja bangun dari tidurnya. Ia Keysa sama halnya dengan Bara. Ia tertidur di dalam bak mandi karena rasa gatal di kulitnya yang sangat gatal dan mengganggunya.

"Aduh masih gatal banget lagi ini. Mana perut rasanya mules banget. Apa ini ada hubungannya dengan El? Apa El sengaja ingin mengerjai ku? Tapi tidak mungkin? El pasti tidak tahu dan belum tahu hubungan ku dengan Bara." Keysa menggaruk-garuk kulitnya yang masih nampak memerah.

"Idih, ini bau apa? Busuk banget! Biasa-biasanya aku sampai kelepasan seperti ini." Keysa tidak menyadari jika tubuhnya sudah penuh dengan kotorannya sendiri. Pasti sangat memalukan.

"Bagaimana dengan penampilan ku nanti. Hari ini adalah hari spesial ku. Sebentar lagi aku akan jadi nyonya di rundh ini dan akan aku pastikan akan segera menendang El dari rumah ini. Maaf kan sahabatmu ini, El. Dunia memang kejam. Aku juga butuh kesenangan dan kenikmatan dunia." Keysa bergidik ngeri. Malu dengan penampilan saat ini. Untung saja Bara tidak melihatnya langsung. Keysa bermonolog dan tersenyum miring di depan cermin membayang ketika nanti dirinya sudah menjadi madu dari El dan berambisi untuk menjadi satu-satunya di hati Bara dan keluarganya.

"Aku harus bersiap. Sudah siang." Keysa mencari ponsel miliknya dan sialnya ponsel miliknya mati karena batre nya belum ia isi daya.

"Sial, mati lagi ini ponsel. Aku lupa isi daya gara-gara sibuk menghubungi mas Bara dari semalam tapi nggak diangkat-angkat."

"El, baju ku sudah kamu siapkan!"

"Sudah."

"Aku sudah hampir telat ini. Tolong kamu siapkan semuanya. Pastikan dompet dan keperluan penting lainnya masuk ke dalam koper."

"Iya."

Bara melihat ke arah istrinya yang sibuk dengan ponselnya sendiri. "El, aku lagi ngajak kamu ngomong loh. Kok kamu sibuk sendiri dengan ponsel kamu, sih!" Bara kesal karena tingkah istrinya.

"Aku juga sudah merespon kamu. Apa yang kamu perintahkan juga sudah aku siapkan. Kurang apa lagi coba?" El melempar ponselnya di atas kasur. El sedang menghubungi seseorang untuk melancarkan aksinya itu tentunya.

"Aku cuma nggak mau kamu sibuk dengan ponsel kamu sendiri sampai tidak mempertahankan aku, suami kamu." El tersenyum miring dan menatap ke arah suaminya.

"Apa kamu nggak salah, Mas? Yang selama ini abai siapa? Bukannya kamu sendiri yang super sibuk. Semenjak Keysa jadi sektretaris pribadi kamu kamu sibuk dengan alasan perjalanan dinas padahal dulu-dulu nggak pernah seperti itu." Hati Bara mulai was was takut kecurangannya tercium oleh sang istri.

Bara mendekati El termasuk untuk merayunya dan Ek tahu akan hal itu.

"Ya, sudah itu mungkin memang pekerjaan kamu. Kamu cepat-cepat siap-siap sana. Aku mau turun dulu ke bawah." El memilih melunak karena tidak ingin rencananya untuk memberikan pelajaran dicurigai oleh Bara.

"El, Mama sudah bangun in kamu dari tadi loh. Sudah jam berapa ini? Mama, Bara, dan juga Keysa butuh sarapan kok kamu malah enak-enakan malas-malasan di kamar." El menahan diri untuk tidak melawan perempuan yang tidak lain adalah ibu dari suaminya itu. Kalau saja bukan karena ingin memberikan pelajaran berharga dan bermain-main dengan mereka sudah pasti El telah menendang mereka jauh-jauh dari rumah itu.

Bara dan ibunya sudah menunggu di meja makan.

El masih sibuk di dapur. Sibuk memasak nasi yang sengaja masih basi yang hampir saja mau dia buang untuk kemudian ia olah menjadi nasi goreng.

"Sampah pantasnya makan sampah," kesal El sambil tangannya terus mengaduk-aduk spatula di atas wajan penggorengan berisi nasi yang sudah di bumbui. El hampir saja muntah karena aroma yang sudah tidak sedap.

"Sayang kamu kesiangan? Bagaimana istirahatnya? Nyenyak?" El tersenyum miring melihat interaksi dua ular berbisa di depannya itu. Ingin sekali ia tertawa lepas. El tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Keysa yang terkena seribu gatal plus obat pencahar yang sudah ia campurkan pada minuman sahabatnya itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status