Share

6. Silahkan bersenang-senang

Vid, sudah kamu bereskan semuanya? Bereskan jangan sampai ada yang tersisa. Mereka semuanya sudah pergi." El sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.

Sementara suami dan keluarganya serta gundiknya bersenang-senang dan menikmati uang perusahaan milik keluarganya. El berserta tim nya sedang bekerja keras untuk membereskan para benalu yang tidak tahu diri tersebut.

"Kamu serahkan semuanya sama aku. Aku juga sudah konfirmasi sama om Danu perihal masalah yang tengah kamu hadapi ini."

"Terserah kamu, Vid. Semoga om Danu tidak keberatan karena kamu tahu sendiri pernikahan ku dan juga Bara atas perantara nya karena om Danu sangat menaruh harapan pada pria brengsek itu. Tapi syukurlah kalau kamu mau membantu untuk membuka kedok siapa sebenarnya Bara dan keluarganya itu."

Di tempat lain. Tujuan awal Bara dan keluarganya adalah tempat kelahiran Keysa. Di sana mereka sedang menggelar acara pernikahan yang sedang mereka sembunyikan dari El.

"Alhamdulillah sekarang kita sudah sah jadi suami istri mas." Keysa menggelayut manja pada lengan Bara yang baru beberapa menit lalu sah menjadi suaminya.

"Kamu senang sekarang?"

"Tentu saja. Aku sangat senang bisa menjadi sebagian dari hidup kamu. Dan setelah ini kita akan bekerja sama untuk menyingkirkan El dan mengambil kepercayaan penuh dan pak Danu agar menyerahkan perusahaan itu sepenuhnya ke kamu, Mas."

"Iya, sayang. Aku tidak sia-sia memilih kamu perempuan yang cerdas untuk menjadi pendamping ku."

Usai acara pernikahan. Bara dan Keysa berencana untuk berbulan madu ke Barcelona sementara ibu dan saudaranya ingin berlibur ke Pulau Dewata. Keluarga tersebut akan berpisah di bandara dengan tujuannya masing-masing.

Widya, Tamara dan kevin telah sampai terlebih dahulu di tempat tujuan mereka.

Usai dari bandara, tujuan pertama mereka adalah hotel berbintang lima. Mereka tidak mau fasilitas liburan yang nanggung.

"Vin, nanti kalau sudah di hotel kita cari makan dulu, ya. Mama sudah lapar ini."

"Iya, Ma. Tamara juga sudah lapar."

Masalah pembayaran hotel sudah mereka lunasi saat membooking hotel tempat mereka menginap untuk beberapa hari.

Usai membersihan diri di kamar mereka masing-masing. Kevin dsn Tamara segera menyusul ke kamar ibunya. Mereka berniat untuk mencari makan malam sambil menikmati sunset dari tepian laut.

Ketiga sudah sampai di tempat tujuan karena tempat makan yang mereka tuju tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap.

Widya beserta anak dan menantunya segera memesan beberapa menu makanan yang cukup mewah dan mahal yang disediakan di tempat tersebut.

"Ma, banyak banget pesanannya," tegur Tamara pada ibunya karena Widya sengaja memesan beberapa menu makanan yang tidak akan habis untuk mereka bertiga.

"Kamu kampungan banget, Ra. Lagian uang juga bukan uang kamu. Ini mau mama foto-foto dan pajang di sosial media milik mama biar teman-teman mama tahu kalau kita sedang makan di tempat mewah dengan menu spesialnya."

Widya segera mengeluarkan benda pipih milikinya dan segera mengarahkan sorot kameranya di atas meja makan. Tak lupa pemandangan di sekitarnya itu ia abadikan juga di sosial media yang ia unduh di ponsel pribadinya.

Dari tempat lain. El sedang mengawasi gerak-gerik keluarga benalunya. Sengaja dengan mengunakan akun palsu El mengirimkan pertemanan dan akhirnya ia menjadi teman dunia maya dari keluarga suaminya itu. "Dasar kampungan. Tikus got nggak tahu diri. Seperti ini cara kalian menghabiskan uang perusahaan milik orang tuaku," kesal El saat memandangi satu persatu hasil jepretan yang sudah diambil baik oleh ibu mertua maupun saudara iparnya.

"Silahkan nikmati saja detik-detik terakhir kalian. Setelah ini aku yakin kalian akan bersiap untuk meratapi nasib!" gumam yang tersenyum miring melihat setiap slide foto tersebut sambil meremas ponsel miliknya.

Di restoran tepi pantai tempat Widya dan anak menantunya sedang nikmati makan malam mereka sambil ditemani deburan ombak dan kelap kelip bintang yang bertaburan di angkasa.

"Mas!" Tamara memberikan kode pada suaminya karena seorang pramusaji menghampiri meja mereka dengan membawa serta nota pembayaran beserta mesin ATM mini.

"Maaf, mungkin ada kartu lain?" Ketiganya mengerutkan kening dan menoleh ke arah pramusaji tersebut.

"Coba pakai ini." Widya mengeluarkan ATM miliknya dan memberikannya pada pria tersebut.

"Maaf, Ibu. Kartu ibu juga tidak bisa dipakai. Mungkin ada kartu yang lain atau bisa uang tunai."

"Masa nggak ada yang bisa? Mesinnya mungkin yang rusak!" protes Widya karena tidak terima.

"Maaf, Ibu, tapi mesin kami normal semua karena hampir semua pelanggan yang datang ke tempat kami bertransisi dengan kartu mereka menggunakan mesin ATM ini."

"Terus bagaimana kalau semua kartu kita nggak ada yang bisa dipakai. Kita semua kan nggak bawa uang cash. Tas kita juga kita tinggal di hotel. Apa bisa kami ambil uang di hotel tempat kami menginap tidak jauh dari sini," sela Tamara ingin mencari alasan.

"Maaf tidak bisa, Mbak. Semua pelanggan bisa keluar dari tempat kami setelah selesai melunasi seharga nota makanan yang sudah dipesan."

Wajah ketiganya dibuat pucat. Bagaimana tidak jumlah tagihan makanan mereka makan itu tidak main-main. Hampir 4 juta hanya untuk makanan yang tidak semua mereka habiskan.

Di belakang bumi lain. Pesawat yang membawa Bara dan istri barunya itu baru saja mendarat. Setelah keduanya memesan taksi untuk mengantarkan mereka menuju hotel tempat mereka menginap untuk beberapa waktu.

Mobil yang membawa keduanya menuju hotel telah sampai. Setelah melakukan pembayaran. Supir taksi membantu mereka untuk menurunkan barang barang keduanya.

"Akhirnya kita sampai juga, Mas. Aku nggak sabar pengen cepat-cepat rebahan di kamar mana sudah lapar lagi."

"Aku juga sudah penat banget. Buruan kita pesan kamar," ajak Bara pada Keysa untuk segera masuk dan menuju ke meja resepsionis.

Air muka keduanya tiba-tiba berubah setelah Bara mengeluarkan beberapa kartu ATM miliknya untuk melakukan pembayaran namun nihil tidak ada satu dari kartunnya itu bisa dipakai.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status