Share

Bab 2

"Apa kau akan ikut dalam perjalanan tour kampus kita?" tanya Maura.

"Tentu."

"Bagus, kita bisa satu kelompok dan akan mencari tahu tentang gadis itu. Semoga kita bisa segera mengetahuinya."

"Mengapa gadis ini begitu tergila gila padamu." ucap Maura lagi.

"Ide bagus."

****

Beberapa hari berlalu, kini tiba saatnya perjalanan tour kampus. Bus hampir saja berangkat, namun Rendra baru sampai. Disaat ia hendak duduk di kursinya lagi lagi ia menemukan sebuah surat disana.

Maura menaiki bus tersebut dan di panggil oleh Rendra.

"Maura."

"Ya, surat lagi?" tanya Maura.

"Bagaimana kau tahu?" Jawab Rendra.

"Dari wajahmu sudah terlihat jelas." jawab Maura enteng.

"Ya Maura, kau benar. Hal ini sangat cepat."

"Permisi, ini tempat duduku." Tiba tiba Susi datang ke arah Maura dan Rendra, karena tempat duduk di samping Rendra adalah milik Susi.

Rendra menoleh sebentar ke arah Susi, seorang gadis gendut berkulit coklat.

"Maaf, saya perlu bicara dengannya. Apakah kamu ingin mengambil tempat duduk sata saja? Biar saya pindah." ucap Rendra.

"Tidak apa apa, biar saya saja yang pindah. Silakan." jawab Susi.

"Terima kasih."

"Sama sama."

Maura dusuk disamping Rendra sambil terus berbincang perihal surat cinta itu lagi. Perjalanan tour ini sangat menyenangkan, semuanya tampak bergembira. Maura dan Rendra semakin dekat satu sama lain.

Sesampainya di penginapan, ternyata Maura satu kamar dengan Susi.

"Apa kita satu kamar?" tanya Maura pada Susi.

"Sepertinya begitu."

"Baiklah."

Maura menyusun baju bajunya dan membereskan tempat tidur yang akan di gunakannya, disana ada dua tempat tidur yang terpisah. Setelah Maura membereskan semuanya, dia berniat untuk mencari tahu dimana kamar Rendra guna melancarkan aksinya menaruh surat cinta kembali.

"Dimana ya kamarnya Rendra." gumam Maura.

Disaat Maura sedang kebingunan mencari tahu kamar Rendra, ia melihat Dio teman Rendra.

"Dio, kamu tahu dimana kamar Rendra nggak?"

"Hah, buat apa?"

"Nggak apa apa cuma tanya saja."

"Oh, kamarnya disebelah sana yang paling ujung." tunjuk Dio.

"Oke, makasih ya."

Dio berlalu pergi menuju taman, dan Maura menghampiri kamar Rendra. Sebelumnya Maura mengirim pesan pada Rendra mengajaknya bertemu di Pantry penginapan.

[Rendra, aku tunggu di pantry ya. Ada yang mau aku obrolin]

[Oke]

Setelah memastikan Rendra pergu dari kamar, Maura diam diam masuk ke dalam kamar Rendra dan mulai menyusun surat cinta itu di tembok balik pintu. Surat cinta yang sangat banyak ia bentuk menjadi bentuk hati.

[Sorry, Ndra. Agak lama, aku masih ada urusan sebentar]

Akhirnya Rendra memutuskan balik ke kamarnya terlebih dahulu karena Maura belum juga datang. Maura masuk ke kamarnya sendiri sejenak kemudian tersenyum, mengingat hal itu. Ia merasa konyol dengan tingkahnya sendiri.

Betapa kagetnya Rendra ketika memasuki kamarnya, ia syok melihat banyak sekali surat cinta di tembok kamar penginapannya. Rendra berteriak keras.

"Maura...."

Rendra dan Maura akhirnya bertemu di Taman.

"Kau harus tahu."

"Kau harus tahu."

ucap mereka bersamaan.

"Apa?" ucap Rendra lagi.

"Tentang identitas gadis itu. Yang mengirim surat cinta romantis padamu." ucap Maura girang.

"Katakan! Apa itu tukang pos? Tidak itu konyol bukan romantis." jawab Rendra.

"Tidak Ndra, bukan begitu. Aku punya ide untuk memgungkapkan identitasnya."

"Bagaimana caranya?" tanya Rendra antusias.

"Besok aku akan memancingnya bertemu di Taman ini. Kita tunggu selama 1 jam, kalau ia muncul kita bisa langsung bertanya padanya."

"Tapi seteluh itu, apa yang akam kau lakukan?" tanya Maura lagi.

Remdra berpikir sejenak.

"Hmmm, akan kupikirkan."

"Apa kau akan berpikir untuk hal itu, untuk menjalin hubungan dengannya?"

"Baiklah, besok jam tiga sore. Oke?" tanya Rendra.

"Tepat pukul tiga."

Rendra pergi menuju kamarnya, Maura terus saja tersenyum sambil melihat punggung Rendra yang semakin menghilang. Maura mulai berpikir untuk rencana selanjutnya. Seertinya ia akan mengerjai Rendra kembali.

****

Keesokan harinya, tepat pukul tiga sore Rendra menunggu gadis itu di taman. Ternyata disana banyak juga mahasiswa lainnya yang sedang bersantai.

Rendra gelisah sendiri menantikan hal iti, ia mondar mandir ditempatnya.

"Ayolah, ayolah. Aku ingin tahu siapa gadis itu." gumam Rendra.

"Jangan bersembunyi, waktunya hampir tiba." Rendra terus saja mondar mandir sambil melirik jam tangannya.

Teman temannya yang melihat Rendra seperti kebingungan menunggu seseorangpun bertanya.

"Kau ini kenapa Rendra, kau sedang menunggu siapa?"

"Aku sedang menunggu seseorang."

"Hey lihat itu ada yang datang." ucap seorang teman, dan mereka langsung bersembunyi kecuali Rendra.

Rendra menoleh, ia kaget karena ternyata yang datang adalah Maura seorang diri. Maura terus saja berjalan menghampiri Rendra, dan pria itu memandang Maura tanpa berkedip.

"Kau." tanya Rendra.

"Ya, saya."

"Maksudku, kau gadis yang..."

"Tidak, tidak. Bukan saya, gadis itu berdiri dibalik pohon besar disebelah sana." ucap Maura menunjuk sebuah pohon.

"Benarkah?" tanya Rendra.

"Ya, pergilah."

"Rendra, katakan jika jatuh cinta berkat surat cinta yang dikirimnya itu." ucap Maura.

"Apa?"

"Ya, jika tidak kau tidak akan tahu apakah gadis itu yang mengirimkanmu surat cinta itu atau bukan."

"Bagaiman?" tanya Maura lagi.

"Hmmm, tidak apa apa."

Rendra pergi menuju pohon yang dimaksud oleh Maura, Maura tersenyum senang karena akan ada hal yang menarik yang akan terjadi selanjutnya.

"Ini akan baik baik saja kan?" tanya Rendra berbalik lagi pada Maura.

"Tentu, ini akan menjadi hal yang sangat indah. Semangat Ndra."

"Oke. Terima kasih." ucap Rendra sambil berlalu.

Maura jingkrak jingkrak sendiri membayangkan hal yang akan terjadi. Rendra sudah berada di pohon tersebut dan menengoknya dengan tersenyum, betapa terkejutnya dia ketika melihat gadis dibalik pohon tersebut. Senyumnya luntur begitu saja melihat Susi di balik pohon.

"Halo, Rendra." ucap Susi sambil tersenyum.

Rendra kaget dan menjerit melihat Susi, dia berteriak.

"Tolong....." teriak Rendra sambil berlari.

Maura tertawa melihat itu, teman teman Rendra yang tadi ngumpetkeluar dari tempatnya menghampiri Maura dan Rendra.

"Bukannya itu Susi?" tanya Rendra.

"Ya, mengapa kau ergi. Kau telah membuatnya jatuh cinta denganmu." ucap Maura.

"Ini tidak mungkin." ucap Rendra.

"Tapi itu kenyataannya, kau harus menerima cintanya.

"Tidak, tidak. Ini tidak mungkin."

"Lihat, dia datang untuk kamu." tunjuk Maura pada Susi.

"Ya Tuhan, tolong aku. Ini tidak mungkin." ucap Rendra sambil berlari meninggalkan semuanya.

Sedangkan Maura dan yang lainnya tertawa melihat hal itu.

"Apapun itu, kamu tetap menjadi idaman saya." gumam Maura.

Rendra terus saja berlari kesana kemari, karena dikejar oleh Susi gadis gendut itu. Akhirnya Rendra bersenandung sambil terus menghindari kejaran Susi.

Ini tidak mungkin

Ini tidak mungkin

Aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya

Rendra berlari menuju Maura, sambil terus menyanyi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status