Suci, Tantri, dan Bagas terdiam dalam kebingungan yang mendalam. Panasnya cahaya matahari yang menyengat tak terasa karena otak mereka sudah mendidih berkat masalah Fajar yang menghilang secara misterius.Dalam kesunyian yang hanya dipenuhi oleh ketegangan yang semakin merayap, mereka saling memandang, mencari jawaban atas misteri yang semakin rumit ini. Fajar yang tidak ada di sekolah, ada perempuan yang mengaku sebagai Suci yang menjemputnya, dan Bagas yang dengan tulus datang untuk menjemput Fajar, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang sulit dipadukan.Suci mencoba untuk merenung sejenak, mencari petunjuk atau ide tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Kita harus segera mencari tahu di mana Fajar berada. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Suci dengan nada prihatin. Cahaya matahari menyilaukan melalui jendela mobil, menciptakan bayangan yang tak menentu di wajah mereka.Tantri setuju, "Benar, kita harus bertindak cepat. Pak Bagas, apakah anda punya ide siapa yang bisa menjemput
Tanpa membuang waktu, mereka bertiga segera kembali ke rumah Tantri. Setelah sampai, mereka bertiga berkumpul di ruang tengah. Hingga akhirnya hp Dimas diisi daya dan video CCTV berhasil diputar.Mereka mulai melihat gambar yang cukup menggemparkan. Di layar, terlihat seorang wanita yang mereka tidak kenal sedang menggandeng Fajar dengan lembut. Bahkan mereka berdua terlihat sedang bercanda di sepanjang koridor sekolah.Tantri langsung menyuarakan kebingungannya, "Siapa dia? Kenapa dia ada di sekolah dan mengambil Fajar? Dan kenapa jika terlihat sangat akrab dengan Fajar? Apa kamu mengenalnya?""Tidak mungkin. Kenapa dia ya Tuhan?" Ucap Suci. Matanya masih terpaku pada layar HP Dimas. Ia masih tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat."Jadi kamu mengenalnya, Ci?" Tanya Tantri lagi."Tentu saja, Tan. Aku sangat mengenalnya." Suci menjawab dengan ekspresi yang penuh emosi. Ia pun menutup wajahnya dengan tangannya. Dan menangis.M
9 tahun yang lalu. Saat aku masih duduk di kelas 1 SMA, disitulah pertama kali aku bertemu dengan Intan. Tepatnya pada semester ke 2. Kala itu Intan menjadi murid pindahan. Yang pindah dari kota lain.Intan adalah seorang gadis yang sangat cantik dan manis. Ia juga sangat lugu. Sepertinya dia adalah gadis yang baik. Tapi entah kenapa Intan selalu menjadi bahan bully-an di kelasku. Sebenarnya saat pertama Intan masuk kelasku, aku ingin menyapanya. Tapi aku malu. Intan sering merasa asing di sekolah ini. Karena kebanyakan siswa di kelas ini memiliki hp, untuk berpartisipasi dalam grup WhatsApp, dan terhubung satu sama lain melalui media sosial. Mereka sering berbicara tentang aplikasi chat terbaru dan membandingkan hp mereka.Namun, Intan adalah pengecualian. Dia satu-satunya siswa yang tidak memiliki hp, dan ini membuatnya merasa semakin terisolasi dari teman-teman barunya. Mereka sering mengolok-oloknya dan membuatnya merasa tidak diinginkanSuatu hari, Intan duduk di kursi belaka
"Hari ini saatnya. Aku harus melakukannya!" kata Suci dalam hati. Suci menghela nafas panjang dan memulai lagi aktivitasnya di sebuah rumah kecil yang ditempati oleh Suci dan keluarganya. Suasananya tampak begitu tenang meskipun panas menyeringai. Fajar, anak laki-lakinya yang berusia enam tahun, masih belum pulang dari sekolahnya, meninggalkan rumah mereka dalam keadaan sepi. Suci menunggu Fajar pulang dengan menyibukkan diri membersihkan dapur.Bagas, suaminya, yang biasanya bekerja di kantor selama hari kerja, tiba-tiba pulang ke rumah untuk makan siang. Dia sudah merasa lapar dan berharap makanan kesukaannya akan menunggunya di meja.Suci tidak memasak apapun. Ia hanya menyiapkan semangkuk mie goreng untuk Fajar nanti. Namun, ketika Bagas melihat meja makan, ekspresinya berubah menjadi masam dan penuh dengan kemarahan. Makanan favoritnya tidak ada di sana. Dia dengan cepat melontarkan pertanyaan dan mengeluarkan kemarahan yang mendalam."Suci, apa ini? Kenapa hanya ada mie insta
Dengan langkah berat, Bagas mendekati pintu depan, mencoba meredakan kecemasan yang mendalam. Ia tahu bahwa situasinya sangat genting. Apa yang telah terjadi dengan Suci, video yang sudah terkirim, dan potensi kedatangan petugas dari yayasan perlindungan perempuan dan anak semuanya menggantung di atas kepalanya. Karir dan reputasi Bagas sebagai seorang PNS berada dalam bahaya besar.Namun, ketika Bagas melangkah keluar dan melihat siapa yang berdiri di depan pintu, perasaan kaget mendalam menyergapnya. Itu bukan orang dari yayasan perlindungan perempuan dan anak, melainkan ibunya sendiri, Farida. Bagas mematung, tidak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan. Kehadiran ibunya di rumah ini saat ini adalah yang paling tidak diharapkan."Ibu? Kenapa Ibu sudah pulang dari rumah Anita? Katanya dia akan lama disana. Aduh, gawat ini jika Ibu tahu," ujar Bagas dengan nada gugup, mencoba menutupi kecemasannya.Farida memandang tajam pada Bagas, menangkap kebingungannya. "Anak ibu yang gant
Dengan langkah berat, Bagas mendekati pintu depan, mencoba meredakan kecemasan yang mendalam. Ia tahu bahwa situasinya sangat genting. Apa yang telah terjadi dengan Suci, video yang sudah terkirim, dan potensi kedatangan petugas dari yayasan perlindungan perempuan dan anak semuanya menggantung di atas kepalanya. Karir dan reputasi Bagas sebagai seorang PNS berada dalam bahaya besar.Namun, ketika Bagas melangkah keluar dan melihat siapa yang berdiri di depan pintu, perasaan kaget mendalam menyergapnya. Itu bukan orang dari yayasan perlindungan perempuan dan anak, melainkan ibunya sendiri, Farida. Bagas mematung, tidak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan. Kehadiran ibunya di rumah ini saat ini adalah yang paling tidak diharapkan."Ibu? Kenapa Ibu sudah pulang dari rumah Anita? Katanya dia akan lama disana. Aduh, gawat ini jika Ibu tahu," ujar Bagas dengan nada gugup, mencoba menutupi kecemasannya.Farida memandang tajam pada Bagas, menangkap kebingungannya. "Anak ibu yang gant
Setelah video bukti kekejaman Bagas diperlihatkan, suasana di rumah tersebut semakin tegang. Farida dan Bagas tidak bisa lagi menghindari kenyataan yang begitu nyata di depan mata mereka. Mereka terdiam, tak bisa berkata apa-apa.Suci tetap merasa takut, tetapi dengan Tantri di sisinya, ia merasa lebih kuat. Tantri, dengan tegas, berkata kepada mereka, "Saya datang ke sini, tidak untuk menghancurkan keluarga Anda, tapi untuk melindungi Suci dari kekerasan yang telah ia alami selama ini. Kami berharap Anda bisa memahami seriusnya situasi ini."Bagas mencoba mempertahankan dirinya, "Ini semua hanya salah paham. Suci pasti memanipulasi video ini untuk merusak reputasi saya. Saya tidak pernah melakukan kekerasan terhadap istri saya.""Saya memiliki bukti yang kuat dan saksi yang telah melihat kekerasan ini terjadi. Saya juga akan membawa kasus ini ke pihak berwenang jika perlu. Yang kita inginkan adalah keamanan dan keadilan bagi Suci," jawab Tantri dengan tenang dan penuh wibawa.Farida
Suci yang hanya mengenakan selimut, melepaskan pelukan Anita. Dengan suara lembut ia menghibur Anita, "Jangan menangis, Anita. Semoga kamu tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Maafkan aku jika selama disini aku pernah melakukan kesalahan kepadamu. Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik, sahabatku."Anita, meskipun terisak, mencoba tersenyum pada Suci, "Suci, aku tahu ini bukan salahmu. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan. Pergilah, raihlah kebahagiaanmu di dunia yang baru di sana."Walaupun Suci sangat menderita, melihat Anita yang sedih seperti itu, hatinya kasihan. Ia tahu selama ini Anita selalu jahat padanya, tetapi bagaimanapun juga, Anita pernah menjadi sahabatnya saat SMA dulu. Entah kesalahan apa yang dilakukan Suci padanya hingga Anita ikut-ikutan keluarganya membenci Suci.Tangis Anita semakin menjadi-jadi seakan tak rela Suci pergi. Tapi ia mendukung Suci untuk meninggalkan rumah yang seperti neraka ini. Agar Suci bisa menemukan kebahagiaannya sendiri di luar