Share

Bab 5

Ardan meraih tangan kiri Tante Amy yang masih meremas pahanya. Lalu mengecupnya.

Hal itu membuat Tante Amy langsung mendekatkan wajahnya, bersiap untuk mencium Ardan. Namun Ardan malah menghindar, kemudian membisikkan sesuatu pada telinga Tante Amy. "Sabar ya, Tante. Sekarang kita jalan dulu, tuh lihat, lampunya sudah hijau lagi." ucap Ardan sambil menunjuk lampu lalu lintas yang sudah berubah menjadi hijau. Membuat Tante Amy tertawa kecil.

"Aku benar-benar menantikan permainanmu, Ardan!" ucap Tante Amy masih sambil tertawa dan kembali menjalankan mobilnya. Melesat membelah hiruk pikuk jalanan yang padat pada jam istirahat makan siang.

Sepanjang jalan, Ardan merangkulkan lengan kanannya pada bahu Tante Amy. Sesekali ia akan mencium wangi yang menguar dari rambut Tante Amy. "Tante harum sekali rambutnya, aku suka!" kata Ardan sambil membelai rambut panjang dan lembut milik Tante Amy.

"Sudah dong sayang!" ucap Tante Amy dengan manja. "Kamu bikin tante nggak tahan ah! Nanti kita lanjutkan lagi kalau sudah sampai ya?" lanjutnya.

Mendengar suara manja Tante Amy, membuat Ardan jadi semakin berani menggodanya. Tangan kanan yang sedari tadi merangkul bahu Tante Amy, perlahan turun menyusuri lengan hingga pinggangnya. Melakukannya dengan lembut untuk mencari titik sensitif wanita yang lebih tua darinya itu.

Ciiiitttt!

Tiba-tiba, di jalanan yang agak lengang, Tante Amy mengerem mendadak. Membuat Ardan terdorong ke depan. Beruntung ia memakai sabuk pengaman, sehingga Ardan tidak sampai jatuh membentur dasbor mobil.

"Ada apa, Tante? Kenapa mengerem tiba-tiba seperti itu?" tanya Ardan yang sebenarnya merasa kesal. Namun Tante Amy bukannya menjawab malah langsung mencium Ardan. Bahkan ia berusaha memasukkan lidahnya ke dalam mulut Ardan, membuat pria beranak dua itu kesulitan bernafas.

Tante Amy tampaknya tidak bisa lagi menahan gairahnya akibat sentuhan-sentuhan lembut dari Ardan sepanjang jalan tadi. Dengan beringas dia terus mencumbu Ardan, tak ada ampun bahkan sekadar untuk bernafas. Tante Amy juga tidak peduli mereka masih berada di tepi jalan raya. Beruntung kaca mobilnya gelap, membuat orang tak dapat melihat menembus masuk ke dalam kalau tidak mendekat.

"Uh, Tante.. pelan dong sayang," ujar Ardan sambil membelai rambut Tante Amy. Sementara perempuan itu masih sibuk menggigit leher Ardan untuk meninggalkan tanda merah.

"Sayang, ini kok ada tanda merah yang lain?" tanya Tante Amy heran saat melongok sisi lain dari leher Ardan. "Siapa yang membuatnya?" tanyanya lagi.

Ardan terlihat gelagapan. Ia langsung memutar otak mencari alasan yang tepat. "Ah, iya Tante. Itu istriku yang buat," ucap Ardan berbohong. Tante Amy mengangguk kecil, tapi raut wajahnya menunjukkan ekspresi tidak suka.

"Kamu sering main dengan istrimu? Kalau begitu, apa aku hanya sebatas pelampiasan saja?" tanya Tante Amy yang merajuk.

Ardan mengusap tengkuknya, tak tahu harus menjawab apa.

"Jawab dong!" rengek Tante Amy.

"Ah, ti.. tidak kok, Tante. Hanya sesekali saja kalau dia lagi minta." jawab Ardan dengan kebohongan yang lain lagi. Pada hal sudah berbulan-bulan dia tidak melakukannya bersama Arni. Entahlah, tapi Ardan merasa kalau dia tidak lagi bernafsu kepada Arni, sekalipun istrinya itu telanjang di hadapannya.

"Benar ya? Nggak main sama perempuan lain kan? Tapi jangan sering-sering main sama istri kamu ya? Kalau lagi pingin, hubungi Tante saja," ucap perempuan berusia empat puluhan tahun itu dengan manja.

"Ah, untung saja Tante Amy percaya." batin Ardan sambil menghela nafas lega.

"Iya sayang, pasti aku akan menghubungi Tante kalau lagi pingin." jawab Ardan sambil tersenyum. Kemudian dia mendekat untuk memeluk perempuan bertubuh montok itu. Namun saat itu, tubuhnya menegang. Tepat di depan mobil Tante Amy, ada motor metik yang berhenti karena bannya bocor. Yang mengendarai adalah seorang wanita, Ardan amat mengenalinya begitu juga dengan motor metik itu.

"Arny," bisiknya, yang tidak sengaja mengucap nama sang istri.

Tante Amy yang masih berada didalam pelukan Ardan langsung menarik diri. "Arni? Siapa lagi itu?" tanya Tante Amy penuh selidik.

Ardan merasa tubuhnya panas dingin. Takut kalau Tante Amy akan marah dan tidak mau lagi bertemu dengannya.

"Jawab Ardan! Siapa Arni?" tanya Tante Amy lagi, kali ini lebih tegas.

"Ah, i.. itu Tante," jawab Ardan dengan terbata-bata. "Dia adalah istriku." lanjutnya sambil menunjuk wanita yang sedang mendorong motor metik didepan mobil Tante Amy.

Jawabannya membuat Tante Amy mengikuti arah yang dia tunjuk, lalu sebelah alis perempuan itu terangkat naik. "Wanita itu? Dia istrimu?" tanya Tante Amy mencoba memastikan bahwa dia tidak salah paham.

Ardan mengangguk.

Sedangkan Tante Amy tertawa. Tawa yang terdengar puas. Setelah itu dia langsung menyalakan mobil untuk mengejar Arni yang sedang mendorong motor dengan ban bocor.

"Tante, kita pergi saja yuk! Istriku mengganggu suasana romantis kita saja!" bujuk Ardan.

Tapi Tante Amy yang sedang fokus pada Arni malah menghentikan mobilnya tepat menghadangnya. Ardan semakin tidak mengerti, "Tante, kenapa kita malah berhenti lagi? Eh, kenapa pintunya malah dibuka?" tanya Ardan terdengar was-was.

"Sudahlah, kamu diam saja disini!" jawab Tante Amy dan keluar dari mobilnya untuk mendekati Arni yang sedang terlihat heran.

Ardan hanya bisa membatu didalam mobil sambil mulutnya berkomat-kamit membaca do'a, berharap Tante Amy tidak mengatakan hal macam-macam kepada istrinya. Ardan hanya bisa memperhatikan diam-diam melalui cermin didepan kepalanya, yang memantulkan bayangan Tante Amy dan istrinya dibelakang mobil.

"Mbak, motornya kenapa?" tanya Tante Amy ramah setelah sampai didepan Arni.

"Oh, ini bu,-" ucapan Arni terpotong.

"Jangan panggil saya 'bu', panggil saja Tante Amy." sergah Tante Amy cepat

"Ah, iya Tante. Motor saya bannya bocor." jelas Arni.

Tante Amy tersenyum. "Tunggu sebentar!" perintah Tante Amy, lalu dia masuk kedalam mobil.

"Ardan, ayo keluar!" ajak Tante Amy sambil tersenyum miring.

"Gila! Ini orang malah mau terang-terangan sama Arni kalau sedang bersamaku?" tanya Ardan dalam hatinya. "Tidak Tante, aku disini saja. Nanti kalau dia curiga sama kita bagaimana?" elak Ardan.

"Alah, nggak akan! Pokoknya ayo, ikut saja!" tutut Tante Amy sambil tersenyum miring, seolah dia telah mempersiapkan sandiwara yang bagus untuk segera ditunjukkan pada berondongnya itu.

Dengan ragu Ardan mengikuti Tante Amy keluar dari mobil, dan berjalan kearah Arni.

"Mas Ardan!" ucap Arni yang terlihat kaget. Melihat suaminya bersama Tante Amy, orang yang baru saja ia kenal. "Apa yang Mas Ardan lakukan disini?" tanya Arni tak bisa membendung rasa penasarannya.

Sementara Ardan hanya melirik kearah Tante Amy, seolah meminta agar Tante Amy memberi jawaban yang masuk akal kepada Arni.

Namun Tante Amy hanya tersenyum ambigu, membuat jantung Ardan berdegup kencang seakan ingin lompat dari tempatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status