Share

Bab 4

Hati Arni tak karuan.

Ia segera masuk ke dalam rumah diikuti oleh Natasha. "Assalamu'alaikum!" seru mereka berdua. Namun dari dalam tak ada jawaban salam.

Ardan keluar dari arah dapur. "Arni! Di mana kemeja biru muda yang semalam ku kenakan?" tanya Ardan tak mengindahkan salam yang tadi diucapkan oleh istri serta anaknya.

"Ayah tumben sekali siang-siang seperti ini sudah pulang? Ayah tidak bekerja?" tanya Natasha dengan lugunya. Namun Ardan malah menatap datar kearahnya tanpa menjawab pertanyaan putrinya itu.

"Iya Mas, tumben sekali tengah hari begini kamu sudah pulang?" Arni menanyakan hal yang sama. Membuat Ardan menampakkan rasa tidak suka. "Alah! Kamu tidak usah banyak tanya, Arni! Dimana kemeja biru muda yang semalam ku kenakan?" Ardan kembali bertanya, namun kali ini terdengar lebih kasar dan penuh penekanan.

"Ada, Mas. Ku taruh didalam mesin cuci tadi pagi." jawab Arni membuat Ardan langsung melotot. Arni tahu apa yang dipikirkan oleh Ardan, ia pasti merasa takut kalau kemeja itu sudah dicuci sehingga kertas tisu lusuh itu rusak.

"Ah, sial!" umpat Ardan. Lalu segera pergi ruang mencuci untuk mencari kemejanya itu. Ardan terlihat tergesa-gesa dan tidak sabar. Sesampainya diruang mencuci, ia mengeluarkan seluruh pakaian kotor didalam mesin cuci. Ia buang begitu saja dilantai. Setelah menemukan kemeja yang ia cari-cari di bagian paling bawah, Ardan membiarkan pakaian kotor lainnya teronggok begitu saja. Tidak memasukkannya kembali kedalam mesin cuci.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan Ardan, Arni tengah mengintip dari balik dinding. Benar saja dugaannya, Ardan tengah mencari kertas tisu kumal yang pagi tadi ia temukan.

Bahkan wajah Ardan tampak tersenyum puas saat berhasil menemukannya.

Setelah itu, Ardan membiarkan kemeja biru muda itu teronggok menyedihkan dilantai. Sama seperti pakaian kotor lainnya.

"Gimana Mas, ketemu?" tanya Arni yang tiba-tiba muncul dan membuat Ardan terlonjak kaget. Dengan terburu-buru Ardan memasukkan kertas tisu kumal itu kedalam saku celananya. Sementara Arni berpura-pura tidak tahu. "Iya, ketemu!" jawab Ardan cepat.

"Memang ada apa didalam kemeja itu Mas? Sepertinya penting sekali untukmu." tanya Arni berpura-pura tidak tahu. "E, semalam aku lupa menaruh uang untuk membeli bensin didalam saku kemeja ini," jawab Ardan berbohong. Setelah itu, ia langsung pergi. Meninggalkan Arni yang sedang memunguti pakaian kotor untuk dimasukkan kedalam mesin cuci kembali.

Terdengar suara motor Ardan dinyalakan, Arni buru-buru meninggalkan pekerjaannya untuk mengejar suaminya. "Mas! Mas Ardan! Mau kemana lagi?" tanya Arni setengah berteriak setelah sampai di teras. Namun Ardan keburu berbelok ke jalan dan menghilang.

Bahu Arni melorot, ternyata suaminya pulang hanya untuk mengambil tisu lusuh itu. Sementara dirinya berharap, Ardan pulang untuk makan siang bersamanya atau sekadar duduk di rumah menghabiskan waktu dengan keluarga kecilnya. Namun Arni sadar, sejak pertengkarannya dengan mereka dulu, Ardan sering kali tak memiliki waktu di rumah.

***

Ardan masuk ke taman kota. Dia memilih tempat duduk yang tertutup semak bunga, lalu mengeluarkan tisu kumal tadi. Setelah dibuka, ia menyalin nomor telepon dalam tisu kumal itu ke ponselnya. Kemudian mengirim pesan ke nomor tersebut.

"Hai tante, ini aku Ardan. Yang kemarin minta nomor tante di kafe."

Agak lama, Ardan berharap dengan cemas. Meragukan apakah pesannya akan dibalas. Namun pada menit berikutnya, Ardan bersorak senang karena sebuah pesan masuk dari nomor yang baru saja ia hubungi.

"Oh, si ganteng yang kemarin ya? Gimana sayang? Mau, temani tante jalan-jalan? Nanti tante kasih hadiah deh!"

Balasan pesan singkat itu membuat Ardan sumringah. Lalu tanpa berpikir panjang, Ardan menekan tombol hijau untuk menelepon nomor tersebut. Tak perlu menunggu lama, karena pada dering pertama panggilannya langsung dijawab.

"Halo sayang," sapa suara perempuan di seberang sana dengan manja. "Iya tante, kita mau jalan-jalan kemana nih?" tanya Ardan tanpa basa-basi. Membuat perempuan yang berusia lebih tua dari Ardan itu terkikik.

"Kamu semangat banget sih sayang mau diajak jalan-jalan. Tante suka deh!" kata perempuan itu dengan suara manja yang dibuat-buat. "Kita jalan-jalan ke kota sebelah yuk, sayang! Di sana kan dingin, nanti tante kasih yang anget-anget." lanjut perempuan itu.

"Oh, boleh tante, aku nurut saja sama tante." jawab Ardan sambil tersenyum. "Oh iya tante, sekarang kita ketemuan yuk! Aku pingin ketemu lagi sama tante." ucapan Ardan barusan sengaja dibuat semenggoda mungkin. Berharap perempuan itu mau diajak bertemu.

"Kenapa pingin ketemu lagi?"

"Habis tante cantik banget! Jadi kebayang-bayang terus sama tante," jawab Ardan.

"Ah, gombal!" sanggah perempuan itu. Membuat Ardan tertawa kecil. "Nggak tante, aku serius kok!" kata Ardan berusaha meyakinkan perempuan itu. "Tante cantik, kita ketemuan yuk sekarang! Aku sudah kangen banget nih sama tante, pingin lihat wajah cantiknya tante lagi." ulang Ardan.

"Ah, ya. Baiklah. Mau ketemu dimana?" tanya perempuan itu.

"Hm, enaknya ketemu dimana ya tante? Aku nurut saja deh. Atau sekarang tante mau menyusulku? Aku sedang ada di taman kota."

"Baiklah. Kalau begitu, tunggu ya. Sekitar tiga puluh menit lagi aku sampai disitu." kata perempuan itu, lalu memutuskan teleponnya.

Ardan bangkit dari duduknya. Berjalan menuju ke toilet umum untuk membasuh wajahnya, kemudian bersisir untuk merapikan rambutnya yang sudah ia basahi sebelumnya. Tak lupa ia menyemprotkan minyak wangi ke sekujur tubuhnya, dan bersiap jalan ke tempat parkir untuk menunggu kedatangan perempuan yang tadi di teleponnya.

Hampir tiga puluh menit, Ardan yang sudah bersiap sejak tadi merasa berdebar. Takut kalau pertemuan mereka akan gagal. Ia bahkan merasa gelisah, karena jika pertemuan ini gagal, maka satu mangsa barunya akan lolos. Dengan kata lain, tak ada tambahan pemasukan untuk keuangannya.

Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan berwarna hitam metalik memasuki area parkir. Mobil itu memilih mendekati Ardan, lalu berhenti didekat motor Ardan terparkir. Hal itu sempat membuat Ardan kesal, karena mobil itu mengganggu jarak pandangnya dari pintu masuk area parkir. Namun saat kaca mobil depan diturunkan, Ardan senang bukan kepalang. Ternyata mobil itu milik orang yang sedang ditunggu-tunggu olehnya.

Perempuan itu menyapa Ardan sambil tersenyum genit.

"Hai juga, Tante Amy!" balas Ardan sambil berjalan mendekati mobil perempuan itu.

"Masuk saja sini! Kita jangan ngobrol disini. Terlalu ramai." kata Tante Amy sambil membuka pintu penumpang depan dari dalam. Ardan menurut, ia langsung melesak masuk kedalam mobil sedan mewah itu dan menutup pintu serta kacanya. "Kita cari tempat yang nyaman untuk mengobrol ya!" kata Tante Amy sambil menjalankan mobilnya agar keluar dari tempat parkir.

"Tapi Tante," sanggah Ardan, "bagaimana dengan sepeda motorku?" tanya Ardan.

"Ah, tidak apa. Kamu tidak usah khawatir. Tempat parkir ini aman kok, lagian dijaga selama dua puluh empat jam. Jadi tidak masalah kalau harus ditinggal selama dua atau tiga jam." jelas Tante Amy dengan tatapan yang masih fokus pada jalanan.

"Ya, baiklah Tante. Sekarang kita mau kemana?" tanya Ardan lagi yang merasa penasaran.

Mobil yang mereka naiki berhenti karena lampu merah. Tante Amy langsung menoleh sambil tersenyum nakal, tangan kirinya meraba paha Ardan dan meremasnya dengan gemas. "Ada deh! Yang jelas, kita akan bersenang-senang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status