Share

Bab 7

"Maafkan ibu, nak!" bisik Arni sambil mencium kening kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap.

Ia segera mengenakan jilbab dan jaket, lalu mengeluarkan motor yang tadi sore ia pinjam dari paman suaminya. Tak lupa, Arni memakai helm untuk keselamatan, sekaligus guna menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia segera keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintunya dari luar. Meskipun sebenarnya hatinya terasa berat harus meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap.

Arni agak cepat melajukan motornya, karena ia tidak mau tertinggal jauh oleh Ardan. Namun Dewi Fortuna seakan berpihak padanya, Arni melihat Ardan yang berhenti ditepi jalan tidak jauh dari gang kampung mereka.

Arni menjaga jarak sekitar dua meter dari tempat Ardan berhenti, dan ia agak memepetkan motornya ketepian agar tertutup pohon besar dibelakang Ardan. Samar-samar Arni dapat mendengar suaminya tengah berteleponan dengan menyebut nama Tante Amy. Namun suaranya terdengar manja, membuat kening Arni berkerut.

"Apa begitu cara berbicara kepada atasan?" tanya Arni dalam hati. Namun pada detik berikutnya, ia semakin kaget karena Ardan memanggil Tante Amy dengan sebutan sayang. Hal itu semakin menguatkan kecurigaan Arni bahwa suaminya berselingkuh. Meskipun dia belum menyaksikannya secara langsung.

Setelah memutuskan panggilan telepon, Ardan kembali menghidupkan motornya dan melaju membelah keheningan malam. Begitu juga Arni, dia kembali mengikuti Ardan.

Arni tahu betul, suaminya bekerja di kantor distributor pemasok ke pertokoan. Dan jalan yang mereka lalui saat ini, bukanlah jalan menuju kantor tempat Ardan bekerja.

"Ini sebenarnya Mas Ardan mau kemana ya? Jalan ke kantor kan seharusnya berbelok ke kanan tadi, tapi kenapa malah berjalan lurus?" Arni bertanya-tanya dalam hati, sambil tetap melajukan motor yang ia kendarai agar tidak kehilangan jejak suaminya.

Tak lama kemudian, Ardan kembali berhenti. Begitu juga Arni, ia ikut berhenti.

"Bro! Titip motor ya! Besok aku ambil, aku sedang ada urusan disekitar sini," ucap Ardan pada orang yang Arni kenali sebagai teman lama suaminya.

"Iya, siap! Mau kemana malam-malam begini?" tanya orang tersebut.

"Adalah!" jawab Ardan sambil meringis. Membuat teman lamanya itu mengangguk sambil tertawa lebar, seolah memahami maksud Ardan.

Sementara Arni berusaha menyembunyikan dirinya dibalik kegelapan jalan tanpa penerangan.

Setelah menitipkan motor di rumah temannya yang memang terletak ditepi jalan raya, Ardan pergi dengan berjalan kaki. Membuat Arni semakin heran.

Namun setelah berjalan beberapa puluh meter dari rumah temannya itu, Arni melihat sebuah mobil mewah yang terasa tidak asing untuknya berhenti tepat didepan Ardan. Terlihat suaminya itu tengah menyapa seseorang dengan senyuman yang lebar. Lalu, Ardan masuk kedalam mobil tersebut, sang pengendara melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan. Sehingga mau tidak mau, Arni harus ikut menaikkan kecepatan sepeda motornya supaya tidak tertinggal oleh mereka.

***

"Hai, sayang!" sapa Ardan setelah mobil Tante Amy berhenti didepannya dan kaca mobil diturunkan.

"Ayo! Cepat masuk!" rengek Tante Amy dengan manja.

Ardan tersenyum senang, lalu segera masuk kedalam mobil mewah tersebut.

"Istri kamu tidak curiga nih keluar malam-malam seperti ini?" tanya Tante Amy masih dengan mata yang terfokus pada jalanan.

Ardan mengecup tangan kiri Tante Amy yang sedang tidak memegang kemudi, "tadi sempat tanya sih aku mau kemana. Tapi ku jawab saja kalau malam ini aku harus keluar kota, karena besok pagi-pagi sekali ada rapat di kota sebelah." jelas Ardan. Membuat Tante Amy tertawa kecil.

"Lalu, dengan polosnya, istrimu percaya?" tanya Tante Amy memastikan apakah yang ia pikirkan benar.

Ardan tersenyum sambil mengangguk.

"Baiklah, sekarang cukup kita membahas istriku yang mudah dibodohi itu. Karena sekarang, aku maunya membahas tentang hubungan kita. Cup!" ucap Ardan seraya kembali mengecup punggung tangan perempuan yang beberapa tahun lebih tua darinya itu.

Membuat Tante Amy tampak tersipu, namun menikmatinya.

"Hm, kita langsung ke hotel saja ya? Aku capek sekali. Mau istirahat," lanjut Ardan sambil meletakkan punggungnya pada senderan jok yang ia duduki. Kakinya yang panjang diluruskan, lalu ia menutup matanya. Menikmati sensasi bersantai didalam mobil mewah milik kekasih barunya.

"Iya, iya. Kamu istirahat saja, biar aku kemudikan mobilnya dengan cepat." sahut Tante Amy, hanya dijawab dengan ucapan terima kasih yang lirih dari mulut Ardan.

Tanpa mereka sadari, beberapa meter dibelakang mobil yang kemudikan oleh Tante Amy, ada Arni yang dengan gigihnya mengikuti kemana mobil mewah itu melaju. Meskipun dalam hati ia cemas memikirkan kalau-kalau kedua anaknya terjaga, namun dia lebih merasa was-was jika apa yang ia pikirkan tentang suaminya dan Tante Amy berselingkuh benar adanya.

Lima belas menit kemudian, mobil mewah itu memasuki halaman sebuah hotel di kaki pegunungan. Arni mengawasi dari seberang jalan. Setelah mobil Tante Amy terparkir di basemen hotel, barulah ia ikut masuk ke halaman hotel tersebut.

Tapi anehnya, Ardan maupun Tante Amy tidak ada yang keluar.

Sementara Arni dengan tubuh yang bergetar karena amarah dan rasa kecewa tengah menanti di sudut parkiran yang gelap. Dengan tangan berkeringat dingin yang memegang ponsel, siap untuk mengabadikan bukti bahwa mereka berselingkuh.

Dengan putus asa setelah menunggu lebih dari lima menit lamanya, Arni berjalan terseok-seok mendekati mobil Tante Amy untuk mengintip apa yang sedang terjadi didalam sana. Namun kacanya yang gelap, serta lampu dalam mobil yang tidak menyala membuatnya terpaksa harus melihatnya lebih dekat lagi.

"Mas Ardan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status