Nyonya Lance terus-menerus memikirkan siapa yang dimaksud oleh Tuan Wagner itu. Perlahan dia mengingat satu-persatu anak-anak yang ada di Bar itu. Nyonya Lance langsung teringat gadis yang dimasukkan oleh Deff.
"Mungkinkah Catharina?" Nyonya Lance sudah bisa menduganya.
Di hari berikutnya, Nyonya Lance memanggil Catharina ke ruangannya. Gadis cantik itu tampak bingung. Dia mengetuk pintu dengan pelan. Setelah terdengar sahutan suara dari dalam sana, Catharina pun membuka pintu dan masuk.
"Duduklah!" perintah Nyonya Lance. Catharina menuruti perintah Nyonya Lance yang terkenal galak. Cat duduk berhadapan dengan Nyonya Lance dan dibatasi oleh sebuah meja.
Catharina begitu takut dan gugup, dia bertanya-tanya dalam hatinya. Nyonya Lance menarik napas dan menatap Catharina. Gadis itu langsung menundukkan kepalanya, dia merasakan aneh ditatap seperti itu oleh Nyonya Lance.
"Aku tahu kau sedang ada masalah keuangan dalam keluargamu. Terlebih lagi soal Ayahmu dan Ibumu."
Catharina mengangkat kepalanya dan menatap Nyonya Lance. Catharina menangkap senyuman aneh pada wajah wanita yang ada di hadapannya ini.
"Kau memang terbilang baru di Bar-ku ini, tapi aku melihat cara kerjamu juga sangat bagus." Nyonya Lance memainkan matanya memberi kode pada Catharina, akan tetapi gadis tersebut tidak memahaminya.
"Ma-maksud Nyonya apa?" tanya Cat.
"Aku akan memberimu sebuah tawaran. Aku rasa tawaran ini akan sangat membantu keuangan keluargamu dan bisa untuk biaya pengobatan Ibumu serta biaya sekolah adikmu. Bagaimana? Apa kau menyetujuinya?" tanya Nyonya Lance.
~•••~
Beberapa bulan kemudian.
Suasana kota Berlin di pagi hari begitu cerah. Di mana banyak orang berlalu lalang untuk melanjutkan aktivitasnya. Berlin adalah tempat di mana seorang gadis cantik harus menjalani kehidupannya yang keras. Dia mulai menjalani hidupnya yang keras sebagai wanita bayaran. Pertama kalinya karena uang, dia harus melayani nafsu dari seorang pemuda yang baru dia kenal.
Siang itu, Catharina memakai celana denim pendek berwarna cream dan high heel yang lumayan tinggi. Dia berjalan ditemani oleh Nyonya Lance masuk ke dalam sebuah apartemen yang dihuni oleh orang-orang elit. Nyonya Lance, si pemilik bar di mana Catharina bekerja menggandeng tangan Catharina, membawanya masuk ke dalam lift. Catharina hanya diam tak berdaya sembari menahan sedih karena jalan sesat yang diambilnya.
Pintu lift tertutup. Nyonya Lance menekan angka 9, yang artinya si penyewa ada di lantai tersebut. Gadis itu mulai merasa sangat gugup, sesekali pandangannya mengarah pada kaca di dalam lift untuk memperhatikan penampilannya. Setelah sampai pintu lift terbuka. Nyonya Lance menggandeng tangan Catharina menuju kamar apartemen dengan nomor pintu 9 C.
Nyonya Lance tanpa ragu menekan bel. Tidak lama setelah beberapa kali bel berbunyi, seseorang membukakan pintu apartemen itu. Dia seorang pemuda tampan dengan memakai kaos warna merah dan celana jeans biru. Pemuda itu tersenyum menatap Catharina.
"Aku sudah membawanya," ujar Nyonya Lance, mendorong tubuh Catharina agar mendekati pemuda tampan itu.
"Oke. Ini imbalan untukmu. Pergilah!" perintah pemuda tampan tersebut sembari memberikan amplop yang lumayan tebal untuk Nyonya Lance.
"Terima kasih, Tuan Wagner," tegas Nyonya Lance, lalu pergi meninggalkan Catharina.
"Ayo masuk," ajak pemuda itu menarik tangan Catharina masuk ke dalam apartemennya. Rumah yang tidak cukup luas, hanya terdapat tiga ruangan dan satu ruang tamu bersebelahan dengan dapur. Elegan dan mewah menandakan kesan high-class si empunya apartemen.
Pemuda itu terus menggandeng Catharina masuk ke dalam kamar. Catharina sangat terlihat gugup dan takut karena lirikan tajam pemuda tersebut. Cat terlihat sangat tertekan. Kamar yang berukuran sangat luas dengan kamar mandi di dalamnya. Pemuda itu melepas genggaman tangannya dan duduk di atas sofa, sedangkan Cat masih terkesima dengan keadaan dan desain kamar tersebut.
"Siapa namamu?" Pemuda itu menatap Cat dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan penuh nafsu.
"Oh, namaku Catharina," ujarnya lirih. Setelahnya pemuda itu bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Catharina yang tengah berdiri. Dia tampak mengendus leher belakang Cat dan membisikan sesuatu.
"Namaku Mischa Wagner." Tersenyum menatap Cat. Tangannya membelai rambut Catharina, membuat jantung Cat berdegup tidak beraturan
"Ma-maaf, Tuan. Aku belum mencuci rambutku." Cat memundurkan tubuhnya.
"Tidak masalah. Kau bisa mandi dan mencuci rambutmu dulu," saran dari Mischa. Pemuda itu melangkah ke arah lemari dan mengeluarkan handuk. "Pergilah mandi!" perintah Mischa. Cat menuruti perintah pemuda itu. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya.
Catharina berdiri terpaku menatap wajahnya di pantulan cermin yang ada di dalam kamar mandi. Dia mulai merasa sangat gugup dan mual seketika. Catharina terdiam terus menatap ke depan, seolah pandangannya kosong. Lamunannya buyar karena sebuah suara ketukan.
"Kau bisa memakai sabun dan shampo-ku," teriak Mischa dari luar.
"I-iya ...," jawab Cat gugup.
"Kau tidak perlu gugup dan aku akan membiarkanmu mandi dengan leluasa," teriaknya kembali.
Cat tidak merespon ucapan Mischa, dia sibuk melepas pakaiannya dan membasahi tubuhnya dengan air yang keluar dari shower. Airnya sangat hangat, Cat membersihkan dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Hmm ... Shampo ini wangi sekali," beo-nya. Karena keasikan mandi, Cat jadi melupakan kegugupan yang dirasakannya. Mendadak dia diam dan menghentikan aktivitasnya.
"Apa keputusanku ini sudah tepat?" lirihnya. "Apakah aku akan menyesal di kemudian hari?" lanjutnya mematikan shower dan mengeringkan badannya. Kembali dia menatap dirinya sendiri di cermin.
"Aku melakukan ini demi uang. Aku tidak sanggup melihat Ibu menderita dan aku ingin masa depan Celine lebih baik dariku," tegas Cat meyakinkan dirinya sendiri.
"Tapi—aku benar-benar gugup," ujarnya. Lama Cat berdiri di depan cermin hingga untuk kedua kalinya Mischa mengejutkan dengan mengetuk pintu kamar mandi.
"Kenapa kau sangat lama berada di dalam kamar mandi? Kau baik-baik saja, kan?" teriak Mischa memastikannya. Tidak lama pintu terbuka dan muncul-lah Cat dengan balutan pakaian yang dia kenakan tadi serta handuk yang melingkar di kepalanya.
Mischa menarik tangan Catharina dan mendudukkannya di sofa. Lalu pemuda tersebut membuka laci dan mengeluarkan hair-dryer. Mischa dengan lembut membuka handuk yang melingkar di kepalanya dan tergerai-lah rambut blonde milik Catharina. Mischa menyalakan hair-dryer tersebut dan mengeringkan rambut Catharina dengan telatennya. Catharina hanya diam dan memperhatikan wajah pemuda itu.
Tampan. Sangat tampan dan bibir itu— batinnya saat itu. Cat terus memperhatikannya dari pantulan cermin yang ada di depannya. Sesekali dia mencuri pandang, melirik Mischa. Cat begitu sangat mengagumi ketampanan pemuda tersebut.
"Kenapa kau terus-menerus mencuri-curi pandang?" Mischa menatap Cat dan alhasil membuat Cat gugup dan salah tingkah.
"Rambutmu sangat indah. Wajahmu juga sangat cantik—sepertinya aku tertarik padamu," bisik Mischa mendekatkan wajahnya dan menggigit telinga Catharina. Hal itu membuatnya terkejut akan keagresifan seorang Mischa.
Apa yang akan terjadi setelah itu?
TO BE CONTINUE
Hai ... Hai, jangan lupa mampir di ceritaku yang lainnya ya (2.59, Brittleness, dan My Adorable CEO)
"Bagaimana bisa dia tertidur, sedangkan aku belum melakukan apa-apa," keluh Mischa yang melihat Catharina sudah tertidur lelap. "Ya sudah, mungkin dia lelah menungguku." Mischa melangkah masuk ke dalam kamar dan keluar membawa selimut, kemudian menutupi tubuh Catharina. Empat jam sebelumnya. Getaran ponsel milik Mischa menghentikan aktivitasnya yang hendak mencumbu Catharina. Pemuda itu segera meraih ponsel yang tergeletak di atas lemari dan melangkah sedikit menjauh dari Catharina. Mischa segera menjawab panggilan masuk tersebut. Dia begitu sangat serius mendengarkan suara dari seberang sana. Lantas setelah menutup sambungan telepon tersebut, Mischa menatap Catharina yang sedang duduk. "Malam ini sepertinya aku harus meninggalkanmu," ucap Mischa. "Tidak masalah!" jawab Catharina singkat. "Aku pergi dulu. Selesai menyelesaikan urusan kantor aku
Pertama tiba dan sampai detik ini juga, belum terjadi apa-apa dengan Catharina. Dia belum sama sekali disentuh oleh si penyewanya yang tidak lain adalah Mischa Wagner. Ya, Catharina masih perawan. Selama bekerja menjadi pemandu karaoke, Catharina masih terlindungi. Untung saja Nyonya Lance jarang melirik Catharina. Mungkin Nyonya Lance tidak begitu memperhatikan bentuk tubuh Catharina, bahkan Nyonya Lance terkejut saat seorang pengusaha muda justru menolak tawaran wanita pilihan darinya. Justru pria itu memilih pilihannya sendiri. Catharina Berntsen dipilih sendiri oleh Mischa Wagner untuk menjadi partner bayarannya. Mischa menyewa Catharina selama beberapa hari. Dihari pertama Catharina belum disentuh sedikit pun oleh Mischa. Malam itu tiba, Mischa yang pulang lebih awal dari kantornya tampak sedang santai duduk di balkon membaca sebuah buku ditemani dengan secangkir teh hangat. Catharina yang saat itu baru selesai man
Suasana kian panas, walaupun di luar sana hujan turun dengan lebat. AC tidak bisa menandingi panasnya cuaca saat itu. Gemuruh rintik hujan terdengar dari dalam ruangan. Mischa memang sengaja membuka tirai yang menutupi pintu balkon apartemennya. Pria yang menyewa Catharina menatap intens, begitu dalam dan begitu lekat menusuk hati Catharina. Mischa menyibakkan anak rambut yang menutupi mata sebelah kiri Catharina. Perlahan Mischa menggendong tubuh Catharina ala Bridal Style dan membaringkannya di atas ranjang. Tangan Mischa aktif bergerilya menjamah tubuh putih milik Catharina. Catharina memang mempunyai kulit yang halus hingga membuat Mischa betah menjamah tubuhnya. Jantung Catharina berdegup sangat cepat saat Mischa merangkak di atas tubuhnya dan berhenti tepat di atas wajahnya. "Santai saja. Jangan terlalu gugup." Mischa Melanjutkan aktivitasnya. Dia mendekatkan wajahnya pada daun telinga Catharina. "Kau ben
Hidup memang keras, harus punya pilihan untuk menentukan jalan hidup ke depan. Kadang kita bisa memilih, terkadang kita harus pasrah dengan jalan yang sudah digariskan. Dunia ini menyimpan banyak rahasia yang kita tidak tahu, karena semua sudah diatur oleh Sang Pemberi Hidup. Ini baru awalan dan permainan yang sebenarnya baru akan dimulai. Pemanasan yang membuat Catharina sempat menahan rasa pedih dan rasa tak berdaya saat dia harus mengambil keputusan menjadi wanita bayaran. Hanya karena uang, Catharina harus merendahkan harga dirinya. Sama sekali dia tidak berpikir sampai kesitu. Dia harus menukar semua yang dia miliki termasuk harga dirinya demi uang yakni berhubungan badan dengan pria yang bukan suaminya. Mischa yang sudah menguasai tubuh Catharina, pria itu dapat dengan leluasa melihat setiap lekuk tubuh indah Catharina. Tubuh itu terekspos dengan jelas tanpa sehelai benang pun. Kini Mischa telah siap untuk bertempur, dia mengatur posisi un
Mischa benar-benar melakukannya lagi sehingga membuat Catharina kewalahan. Mischa pun tidak melihat betapa kesakitan Catharina saat itu. Yang ada dalam pikiran Mischa adalah nafsu dan nafsu. Entah apa yang dirasakan oleh Mischa dan Catharina saat ini. Keduanya hanya bermain dalam pusaran yang tidak jelas ujungnya. Mischa membutuhkan Catharina sebagai partnernya. Sedangkan Catharina, gadis itu membutuhkan Mischa untuk menjadi mesin uangnya. Tidak ada ikatan dan tidak ada rasa cinta. Semua terjalin begitu saja akibat ada ketergantungan satu dengan lainnya. Keadaan yang membuat keduanya tidak bisa saling melepaskan dan entah itu sampai kapan. Mungkinkah keduanya akan saling jatuh cinta atau mereka berdua akan bosan dengan sendirinya dan memilih pergi? Suara kicau burung membuat Catharina yang masih tidur dengan cantiknya terbangun. Mata cantik dan lentik itu terbuka berlahan. Dia menggeliat dan tidak menemukan Mischa ada di sana. Ca
Saat Darren berusaha menarik kasar Catharina, gadis itu terus meronta. Dia mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman tangan Darren yang sangat menyakitinya. Kulit putih dan mulus milik Catharina sobek karena kuku Darren. Catharina mencoba menahan rasa sakit. Namun, pada akhirnya Darren melepas cengkeramannya saat sebuah suara mengancamnya akan memanggil polisi dan berteriak agar semua warga mendengar. Darren pun pergi berlalu begitu saja tanpa sepatah kata pun. Akan tetapi dia sempat berbisik pada Catharina bahwa dirinya akan bersungguh-sungguh melukai Mischa ataupun siapapun yang berusaha menghalanginya termasuk pemuda yang baru saja menggagalkan aksinya. Ya. Aaric memang datang tepat waktu. Pemuda itu lantas menghampiri Catharina setelah kepergian Darren. "Kau tidak apa-apa?" tanya Aaric memegang tangan Catharina yang terluka. Catharina menggeleng pelan, walaupun dia tahu jika kuku Darre
Mischa Wagner yang tidak pernah merasa penasaran dalam hidupnya, untuk kali ini dia merasakan penasaran pada suatu hal. Apa karena hal itu menyangkut Catharina? Mischa memang baru pertama kali melihat pria itu, akan tetapi Mischa punya daya ingat yang tinggi. Mischa pun akhirnya menggunakan kemampuannya dalam melukis. Ya, Mischa bisa melukis karena diajari oleh ibunya. Bakat melukisnya pun diturunkan pada Mischa. Dengan keahlian yang dimilikinya Mischa akhirnya melukis wajah pria yang membuatnya penasaran. Setelah itu dia menyuruh anak buahnya untuk melacak pria tersebut. Tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang Mischa Wagner dan tak butuh waktu lama Mischa menemukan sosok pria tersebut. "Bagaimana?" tanya Mischa. "Kami sudah menemukan data lengkap dari pria itu." Salah seorang anak buat Mischa menyodorkan sesuatu pada Mischa. Mischa mengambil sebuah amplop yang berisi beberapa data. Dia membaca dan mengerutkan alisnya.
Pernyataan dari Mischa membuat Catharina mengetahui sosok lain dari pria tampan itu. Yang semula Catharina ingin memberitahukan tentang Darren pada Mischa, hal itu dia urungkan karena Mischa sendiri sudah mengetahuinya. Terlebih lagi dengan keadaan keluarganya dan juga Mischa sendiri sudah mengetahui kebiasaan sang ayah. Kini Catharina menjadi bingung. Dia sudah kepalang basah dengan perjanjian yang dia buat sendiri. "Kau tidak perlu takut padaku, karena aku tidak akan mencelakaimu. Aku hanya membutuhkanmu sebagai partner, berbeda dengan Darren. Terlebih lagi pria itu sudah menyakitimu." Mischa berdiri dan membalikkan badannya. "Perlu kau ingat. Untuk saat ini kau adalah milikku, jadi orang lain tidak ada yang boleh menyentuhmu. Jika sampai hal itu terjadi, maka aku akan membunuh siapa saja yang berani mengganggu atau menyentuhmu!" Catharina terkejut dengan perkataan Mischa. Gadis itu hanya bisa menatap punggung Mischa hingga hil