"Bagaimana bisa dia tertidur, sedangkan aku belum melakukan apa-apa," keluh Mischa yang melihat Catharina sudah tertidur lelap. "Ya sudah, mungkin dia lelah menungguku." Mischa melangkah masuk ke dalam kamar dan keluar membawa selimut, kemudian menutupi tubuh Catharina.
Empat jam sebelumnya.
Getaran ponsel milik Mischa menghentikan aktivitasnya yang hendak mencumbu Catharina. Pemuda itu segera meraih ponsel yang tergeletak di atas lemari dan melangkah sedikit menjauh dari Catharina. Mischa segera menjawab panggilan masuk tersebut. Dia begitu sangat serius mendengarkan suara dari seberang sana. Lantas setelah menutup sambungan telepon tersebut, Mischa menatap Catharina yang sedang duduk.
"Malam ini sepertinya aku harus meninggalkanmu," ucap Mischa.
"Tidak masalah!" jawab Catharina singkat.
"Aku pergi dulu. Selesai menyelesaikan urusan kantor aku akan langsung pulang." Mischa meraih jaket dan kunci mobilnya. Setelah itu dia bergegas pergi.
Catharina menatap kepergian pemuda itu. Sedikit ada rasa lega yang dia rasakan, mengingat malam itu dia selamat. Setidaknya dia masih bisa bernapas lega karena si penyewa pergi. Catharina menarik napas dan memperhatikan keadaan rumah itu.
"Sekarang aku harus melakukan apa?" Cat bangkit dari duduknya dan melangkah menyusuri tiap tempat.
"Rumah ini begitu sangat indah. Jauh berbeda dengan rumahku yang kecil dan sempit," gumamnya terkesima dengan ornamen-ornamen yang ada di sana. Catharina duduk di sofa sesaat, setelah itu dia memegang lehernya.
"Aku harus ...." Manik mata indah itu menoleh ke arah dapur. Tatapannya tertuju pada sebuah lemari es. Di langkahkan kaki itu menuju ke sana. Jemari lentik nan indah terulur memegang gagang pintu lemari es. Catharina menariknya dan hawa sejuk menerpa wajahnya.
Catharina melihat isi lemari es dengan ekspresi takjub. Lemari es yang penuh dengan beberapa macam buah-buahan. Mendadak rasa lapar langsung menyerah Catharina.
"Kenapa tiba-tiba aku merasa lapar?" Catharina mengambil sebuah apel merah. "Dia tidak akan marah 'kan, jika aku memakan apel merahnya sebuah. Ya, hanya sebuah saja." Senyuman mengembang di wajahnya. Dia segera menutup pintu lemari es setelah menuangkan air mineral ke dalam sebuah gelas. Gadis itu melangkah kembali duduk di sofa, kemudian dia menikmati apel tersebut.
Satu jam berlalu, Catharina mulai merasa bosan. Dia ingin menonton televisi tapi Catharina tidak tahu cara menyalakan televisi tersebut. Catharina menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Cat menatap langit-langit ruang tengah. Dia teringat sesuatu.
"Ibu dan Celine sedang apa? Apa mereka sudah makan? Aku harap uang yang aku tinggalkan untuk mereka cukup sampai aku kembali pulang ke rumah. Aku hanya akan melewati seminggu tinggal di sini." Beberapa menit setelahnya, Catharina mulai diserang rasa kantuk yang sangat dahsyat. Gadis cantik itu tertidur di sofa.
Empat jam setelah itu, Mischa pulang. Pemuda itu terkejut saat melihat gadisnya tertidur di sofa. Walaupun ada rasa kecewa yang terlihat di wajah Mischa, akan tetapi pemuda itu membiarkan Catharina untuk malam ini. Dia pun segera berganti pakaian dan pergi tidur.
~•••~
Mischa memilih tinggal di apartemen elit karena sebuah alasan tertentu. Alasan yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Bukan masalah dia anak terbuang atau apa, tapi Mischa hanya ingin tenang terlebih dahulu. Namun, kadang dia juga merasakan kesepian dan rindu akan kehangatan di rumah.
Tidak heran karena dia kaya, dia mampu melakukan apa saja, termasuk menyewa wanita panggilan. Kini apartemen Mischa kedatangan seorang tamu yang menemani Mischa.
Menjadi wanita bayaran memang bukan keinginan Catharina. Namun, keadaan yang mengharuskan si cantik Cat mengambil keputusan sesat itu. Hal ini dia lakukan karena beberapa alasan, salah satunya adalah karena sang Ayah sama sekali tidak menafkahi keluarganya.
Kini Catharina menjadi wanita bayaran seorang pemuda yang sangat kaya raya. Catharina harus mulai belajar menyesuaikan diri. Semalam memang tidak terjadi apa-apa.
Hari pertama dilalui oleh Catharina dengan sangat mulus. Kini tibalah hari kedua. Pagi menyambut dengan semburat sinar mentari yang hangat menerobos masuk dari celah-celah pintu balkon. Catharina yang semalam tidur di sofa perlahan membuka matanya. Hal pertama yang dia lakukan adalah menggeliat pelan.
Catharina menurunkan kedua kakinya ke lantai. Nyawa memang belum terkumpul semuanya, gadis itu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan yang tampak sepi.
"Di mana dia? Apa dia belum pulang dari semalam?" lirihnya. Catharina melirik jam yang menempel di dinding. "Ah, sudah jam tujuh ternyata." Catharina bangkit dari sofa dan melangkah ke dapur, dia membuka pintu dan mengambil sebuah botol air. Di tegaknya pelan-pelan dan air itu membasahi tenggorokannya yang kering.
Catharina kembali menaruh botol ke tempat semula, kemudian dia menutup pintu lemari es. Saat itu manik mata Catharina menangkap sebuah tulisan yang menempel di pintu lemari es bagian depan. Cat meraih kertas tersebut dan membacanya, lalu dia kembali membuka pintu lemari es. Cat melihat dua buah roti isi dan sebotol susu. Cat kembali membaca tulisan tersebut.
"Masak?" pikir Cat memegang dagunya. "Aku kan tidak bisa memasak," lanjut Cat. "Ah, masa bodoh. Lebih baik aku sarapan pagi terlebih dahulu." Cat mengambil piring berisi roti isi dan sebotol susu, lalu dia duduk di kursi meja makan sambil menikmati sarapan paginya.
Sementara itu di sebuah ruangan, rapat telah berlangsung dengan lancar. Mischa tersenyum puas dengan hasil rapat kali ini. Mischa berharap semoga ke depannya perusahaannya semakin maju pesat. Setelah rapat selesai semua pegawai kembali ke meja kerja masing-masing dan Mischa pun kembali ke ruangannya.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Mischa saat itu. Membuyarkan semua yang sedang dia lamun-kan. Kembali ketukan pintu itu terdengar.
"Masuk!" ujar Misha mengizinkan si pengetuk pintu untuk masuk ke ruangannya.
"Maaf, Pak. Ada beberapa berkas yang harus ditandatangani." Jasmine menyerahkan berkas pada Mischa. Jasmine adalah sekretaris Mischa. Dia berambut coklat gelap dengan tinggi 170 cm. Jasmine mempunyai perawakan tubuh yang sexy. Namun, Mischa sama sekali tidak melirik Jasmine walaupun wanita itu berdandan cantik dan sexy. Kadang Jasmine juga suka mencuri pandang memperhatikan Mischa. Akan tetapi semua yang Jasmine lakukan sama sekali tidak membuat Mischa melirik kepadanya.
Mischa langsung menanda tangani semua berkas dan mengembalikannya pada Jasmine. Sekembalinya Jasmine ke meja kerjanya. Mischa menoleh menatap kaca besar di samping meja kerjanya. Mischa berdecak senang, kemudian dia tersenyum sumringah atas apa yang dia dapatkan hingga detik ini. Semua yang dia lakukan karena kerja kerasnya. Apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan. Kini Mischa semakin sukses, kekayaannya semakin melimpah. Tapi kenapa dia masih saja hidup sendirian? Lalu di mana keluarga Mischa tinggal?
TO BE CONTINUE
Hallo readers, jangan lupa mampir di karyaku yang lainnya. 1. 2.59 2. Brittleness 3. My Adorable CEO
Pertama tiba dan sampai detik ini juga, belum terjadi apa-apa dengan Catharina. Dia belum sama sekali disentuh oleh si penyewanya yang tidak lain adalah Mischa Wagner. Ya, Catharina masih perawan. Selama bekerja menjadi pemandu karaoke, Catharina masih terlindungi. Untung saja Nyonya Lance jarang melirik Catharina. Mungkin Nyonya Lance tidak begitu memperhatikan bentuk tubuh Catharina, bahkan Nyonya Lance terkejut saat seorang pengusaha muda justru menolak tawaran wanita pilihan darinya. Justru pria itu memilih pilihannya sendiri. Catharina Berntsen dipilih sendiri oleh Mischa Wagner untuk menjadi partner bayarannya. Mischa menyewa Catharina selama beberapa hari. Dihari pertama Catharina belum disentuh sedikit pun oleh Mischa. Malam itu tiba, Mischa yang pulang lebih awal dari kantornya tampak sedang santai duduk di balkon membaca sebuah buku ditemani dengan secangkir teh hangat. Catharina yang saat itu baru selesai man
Suasana kian panas, walaupun di luar sana hujan turun dengan lebat. AC tidak bisa menandingi panasnya cuaca saat itu. Gemuruh rintik hujan terdengar dari dalam ruangan. Mischa memang sengaja membuka tirai yang menutupi pintu balkon apartemennya. Pria yang menyewa Catharina menatap intens, begitu dalam dan begitu lekat menusuk hati Catharina. Mischa menyibakkan anak rambut yang menutupi mata sebelah kiri Catharina. Perlahan Mischa menggendong tubuh Catharina ala Bridal Style dan membaringkannya di atas ranjang. Tangan Mischa aktif bergerilya menjamah tubuh putih milik Catharina. Catharina memang mempunyai kulit yang halus hingga membuat Mischa betah menjamah tubuhnya. Jantung Catharina berdegup sangat cepat saat Mischa merangkak di atas tubuhnya dan berhenti tepat di atas wajahnya. "Santai saja. Jangan terlalu gugup." Mischa Melanjutkan aktivitasnya. Dia mendekatkan wajahnya pada daun telinga Catharina. "Kau ben
Hidup memang keras, harus punya pilihan untuk menentukan jalan hidup ke depan. Kadang kita bisa memilih, terkadang kita harus pasrah dengan jalan yang sudah digariskan. Dunia ini menyimpan banyak rahasia yang kita tidak tahu, karena semua sudah diatur oleh Sang Pemberi Hidup. Ini baru awalan dan permainan yang sebenarnya baru akan dimulai. Pemanasan yang membuat Catharina sempat menahan rasa pedih dan rasa tak berdaya saat dia harus mengambil keputusan menjadi wanita bayaran. Hanya karena uang, Catharina harus merendahkan harga dirinya. Sama sekali dia tidak berpikir sampai kesitu. Dia harus menukar semua yang dia miliki termasuk harga dirinya demi uang yakni berhubungan badan dengan pria yang bukan suaminya. Mischa yang sudah menguasai tubuh Catharina, pria itu dapat dengan leluasa melihat setiap lekuk tubuh indah Catharina. Tubuh itu terekspos dengan jelas tanpa sehelai benang pun. Kini Mischa telah siap untuk bertempur, dia mengatur posisi un
Mischa benar-benar melakukannya lagi sehingga membuat Catharina kewalahan. Mischa pun tidak melihat betapa kesakitan Catharina saat itu. Yang ada dalam pikiran Mischa adalah nafsu dan nafsu. Entah apa yang dirasakan oleh Mischa dan Catharina saat ini. Keduanya hanya bermain dalam pusaran yang tidak jelas ujungnya. Mischa membutuhkan Catharina sebagai partnernya. Sedangkan Catharina, gadis itu membutuhkan Mischa untuk menjadi mesin uangnya. Tidak ada ikatan dan tidak ada rasa cinta. Semua terjalin begitu saja akibat ada ketergantungan satu dengan lainnya. Keadaan yang membuat keduanya tidak bisa saling melepaskan dan entah itu sampai kapan. Mungkinkah keduanya akan saling jatuh cinta atau mereka berdua akan bosan dengan sendirinya dan memilih pergi? Suara kicau burung membuat Catharina yang masih tidur dengan cantiknya terbangun. Mata cantik dan lentik itu terbuka berlahan. Dia menggeliat dan tidak menemukan Mischa ada di sana. Ca
Saat Darren berusaha menarik kasar Catharina, gadis itu terus meronta. Dia mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman tangan Darren yang sangat menyakitinya. Kulit putih dan mulus milik Catharina sobek karena kuku Darren. Catharina mencoba menahan rasa sakit. Namun, pada akhirnya Darren melepas cengkeramannya saat sebuah suara mengancamnya akan memanggil polisi dan berteriak agar semua warga mendengar. Darren pun pergi berlalu begitu saja tanpa sepatah kata pun. Akan tetapi dia sempat berbisik pada Catharina bahwa dirinya akan bersungguh-sungguh melukai Mischa ataupun siapapun yang berusaha menghalanginya termasuk pemuda yang baru saja menggagalkan aksinya. Ya. Aaric memang datang tepat waktu. Pemuda itu lantas menghampiri Catharina setelah kepergian Darren. "Kau tidak apa-apa?" tanya Aaric memegang tangan Catharina yang terluka. Catharina menggeleng pelan, walaupun dia tahu jika kuku Darre
Mischa Wagner yang tidak pernah merasa penasaran dalam hidupnya, untuk kali ini dia merasakan penasaran pada suatu hal. Apa karena hal itu menyangkut Catharina? Mischa memang baru pertama kali melihat pria itu, akan tetapi Mischa punya daya ingat yang tinggi. Mischa pun akhirnya menggunakan kemampuannya dalam melukis. Ya, Mischa bisa melukis karena diajari oleh ibunya. Bakat melukisnya pun diturunkan pada Mischa. Dengan keahlian yang dimilikinya Mischa akhirnya melukis wajah pria yang membuatnya penasaran. Setelah itu dia menyuruh anak buahnya untuk melacak pria tersebut. Tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang Mischa Wagner dan tak butuh waktu lama Mischa menemukan sosok pria tersebut. "Bagaimana?" tanya Mischa. "Kami sudah menemukan data lengkap dari pria itu." Salah seorang anak buat Mischa menyodorkan sesuatu pada Mischa. Mischa mengambil sebuah amplop yang berisi beberapa data. Dia membaca dan mengerutkan alisnya.
Pernyataan dari Mischa membuat Catharina mengetahui sosok lain dari pria tampan itu. Yang semula Catharina ingin memberitahukan tentang Darren pada Mischa, hal itu dia urungkan karena Mischa sendiri sudah mengetahuinya. Terlebih lagi dengan keadaan keluarganya dan juga Mischa sendiri sudah mengetahui kebiasaan sang ayah. Kini Catharina menjadi bingung. Dia sudah kepalang basah dengan perjanjian yang dia buat sendiri. "Kau tidak perlu takut padaku, karena aku tidak akan mencelakaimu. Aku hanya membutuhkanmu sebagai partner, berbeda dengan Darren. Terlebih lagi pria itu sudah menyakitimu." Mischa berdiri dan membalikkan badannya. "Perlu kau ingat. Untuk saat ini kau adalah milikku, jadi orang lain tidak ada yang boleh menyentuhmu. Jika sampai hal itu terjadi, maka aku akan membunuh siapa saja yang berani mengganggu atau menyentuhmu!" Catharina terkejut dengan perkataan Mischa. Gadis itu hanya bisa menatap punggung Mischa hingga hil
Darren tampaknya terkejut dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Mischa. Pria itu menatap sengit pada Mischa. Darren tidak menyangka jika Mischa akan mengetahui setiap detail masalah yang sedang dihadapinya.Bahkan Darren bisa melihat dari sorot mata Mischa, jika Mischa itu bukan orang biasa. Darren menebak jika sosok Mischa ini orang yang sangat berpengaruh.Tawaran yang diberikan oleh Mischa pada Darren tidak serta merta langsung diterima oleh Darren. Pria itu belum menyetujui tawaran itu. Memang tawaran diberikan oleh Mischa sangat menggiurkan, tapi Darren sepertinya tidak tertarik. Darren begitu dingin menanggapi tawaran Mischa. Dengan tatapan dingin dan tajam Darren terus menatap Mischa."Bagaimana? Apa kau tidak tertarik?"Kedua netra itu saling pandang. Tatapan mereka saling beradu dengan ekspresi yang berbeda. Mischa masih terlihat sangat ramah dengan memberi seny