Suasana makin sore, Zoe belum juga selesai. Tapi lebih baik daripada sebelumnya. Ia juga tidak ingin mengabaikan tanggung jawabnya.“Aku lelah, kenapa kau harus setuju,” keluh Azil yang tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Zoe Azil harus membersihkan sisa akar yang terpotong-potong setelah pertarungan, itu bukan hal yang mudah dan membutuhkan banyak waktu. Sedangkan matahari sudah semakin tinggi. Ia bahkan tidak bisa melanjutkan perjalanan.“Sudah aku jelaskan tadi. Kau bahkan bisa saja kalah melawan kakek itu,” kata Zoe memperingati Azil agar tidak terlalu mengeluh, ia takut hal yang merupakan terjadi lagi dan ia mencoba sebisa mungkin untuk tidak mengecewakan dan juga memberikan yang terbaik untuk bisa melindungi temannya.Suasana hutan yang begitu tenang, membuat Zoe menikmati pekerjaannya. Meski ia harus membersihkan kembali bekas pertandingan tadi. Ia tetap tak mengeluh seperti Azil.“Iya aku tahu, tapi ini bukan salah kita,” kata Azil yang sepertinya masih belum mau menerim
“Bagaimana menurutmu?” tanya Zoe pada Azil sebelum memutuskan. Ia tak ingin mengambil keputusan sepihak. Jadi ia butuh pendapat dari Azil.Azil terdiam cukup lama tak langsung menanggapi. Ia tahu Kakek itu memang hebat. Tapi mereka punya tanggung jawab mencari kitab pedang. Mendengar penjelasan kakek itu memang masuk akal. Bukit asap yang penuh misteri. Mereka jelas akan menghadapi kesulitan. Melihat Zoe yang masih sering melakukan kesalahan membuat Azil juga jadi kurang waspada.“Berlatih saja dulu, masalah nanti telat tak masalah asal kau bisa makin kuat,” jawab Azil yang akhirnya memutuskan untuk berlatih di sana terlebih dahulu.Zoe menganggukan kepala tanda ia setuju. Ia juga tahu jika Kakek itu buka. kakek sembarangan. Kekuatan cukup tinggi hingga keberadaannya saja sulit di deteksi.“Baik Kek, aku setuju untuk berlatih di sini, apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Zoe yang baru saja selesai sudah menanyakan tugas lain.Aku“Istirahatlah dulu, besok pagi kalian bisa melanj
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari sudah mulai malam. Zoe benar-benar lelah, untung saja tenda sudah terpasang. Untuk malam ini ia terpaksa menginap dekat danau.Tanaman air yang merepotkan, entah apa yang membuat Zoe di serang, dalam hati banyak Pertanyaan yang bahkan tidak ada jawaban.Kakek itu menghilang setelah siang tadi, perjalanan yang masih jauh membuat ia harus terhenti. Rasa bimbang harus menetap atau pergi jadi hal yang ia pikirkan sepanjang malam.“Kenapa kau belum tidur?” tanya Azil yang melihat Zoe masih terjaga sedari tadi. Meski keduanya sekarang tak bergantian berjaga. Tapi jelas Zoe tidak bisa tidur.Kegelisahan terlihat jelas dari Zoe yang masih saja terjaga, sebagai teman tentunya Azil tak bisa mengabaikannya. Ia coba bertanya untuk sekedar meringankan beban Zoe.“Banyak hal yang sedang aku pikirkan, aku ingin belajar. Tapi jelas itu akan mengganggu perjalanan ku,” jawab Zoe yang masih belum pasti ingin belajar atau melanjutkan perjalanan.Zoe sendiri sa
Pagi menyapa, sinar mentari bersinar terang. Suasana hutan sudah ramai oleh burung riang bernyanyi.Zoe yang sudah lebih tenang daripada sebelumnya memutuskan untuk melakukan perjalanan. Perjalanan yang mungkin akan mengubah hidupnya. Ia tak boleh terus bergantung maka ia akan maju “Kakek, maaf sebelumnya. Saya tetap menghormati kakek. Tapi saya punya tugas mencari kitab pedang kedua,” kata Zor yang akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan. Ia benar-benar tidak bisa mengabaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, apalagi dia harus segera menemukan pedang pusaka langit dan harus bisa menguasai jurus tersebut. Ia benar-benar tidak bisa egois maka dari itu pun Ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan apa yang bisa ia lakukan sekarang ini.Semalaman Zoe terus bimbang dan terus mencari jawaban atas apa yang harus ia lakukan, iya benar-benar dalam pilihan yang sulit saat itu. Tapi dia sekarang sudah memiliki keputusan yang sudah bulat.“Baiklah Nak, aku tidak memak
Hujan reda, pelmagi menyapa. Jalan jadi licin membuat Zoe berhenti. Ia sadar tak bisa memaksakan diri melanjutkan perjalanan.“Kita bermalam di sini,” ucap Zoe tanpa beban. Karena tahu melanjutkan perjalanan sama saja membahayakan nyawanya.Azil mengangguk pelan, i juga setuju. Meski ditempat yang kecil tapi celah bagi itu mempunyai menghalangi air.“Aku tak mengira jika akan begitu sukity,” kata Azil sambil melihat sisa air di daun yang masih basah. Udara yang masih dingin dan angin yang masih membawa sisa air. Tetesan air masih menetes walau tak lagi besar.Udara di sekitar sedikit demi selidiki kembali menghangat. Mentari menampakan wajahnya, saat senja menyapa.Suasana hutan yang ramai oleh burung. Membuat Zoe tak pernah kesepianan. Perjalanan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.“Sebaiknya kita membuat makanan dulu,” saran Azil yang menginginkan untuk istirahat terlebih dahulu. Karena itu penting lagi hujan sudah reda aku mah mereka juga tidak mungkin melanjutkan perjalanan
Zoe mencoba mencari Azil, iya Terus Udah jualan sesuai dengan insting. Sambil terus memanggil nama Azil.Ada perasaan panik takut jika terjadi sesuatu kepada Azil, lagi temannya hanya dia seorang untuk melakukan perjalanan yang cukup menyulitkan itu. Zoe terus berjalan benar-benar mengelilingi arena di mana mereka beristirahat, tak ada tanda-tanda sedikitpun. Saat dia mulai putus asa Saya melihat jejak kaki yang sepertinya milik Azil, karena hujan maka masih terlihat jelas sejarah kaki tersebut. “Pasti ini Azil,” ucap Zoe terus mengikuti jejak kaki itu. Ia tidak tahu akan sampai dimana.Zoe akhirnya sampai di sebuah gubuk kecil, suara tawa terdengar dari dalam. Sepertinya Azil sedang bicara dengan seseorang, tapi melihat dari nada bicara keduanya terlihat begitu akrab.“Azil, apa kau ada di dalam?” Tanya Zoe arab-arab cemas meminta izin untuk masuk ke dalam, karena dia tidak tahu gubuk tersebut milik siapa. “Iya, aku di sini,” jawab Azil kembali keluar membukakan pintu titik hal i
Zoe panik, ia tak bisa mengabaikannya saat ia ditolak. Dengan cepat ia berlutut di hadapan Kakek Ling “Angkat aku jadi muridmu guru.” Zoe yang berharap jika Kakek ling mau mengubah pemikirannya.Zoe benar-benar menyesal. Ia tak pernah menyangka jika orang yang menawarinya untuk jadi murid adalah orang yang sedang ia cari.“Kenapa sekarang kau inginkan itu?” tanya Kakek Ling melihat keseriusan yang ditunjukkan oleh Zoe, mengingat segala kemarin iya benar-benar menolak tawaran untuk menjadi muridnya. Kali ini yang melihat saya benar-benar ingin berlatih pedang tersebut, membuat kakek Ling juga tak bisa mengabaikannya.“Karena saya sudah tahu, jika kakek adalah orang yang ku cari,” jawab Zoe yang masih terus berlutut meminta agar kakek Ling mau mengangkat dirinya sebagai murid. Tetaplah sia-sianya perjalanan ini jika dia tidak bisa mengambil hati kakak Ling bahkan tidak bisa berarti pedang di sana. Cara tujuannya untuk naik ke bukit asap adalah bisa berlatih dan juga mendapatkan kitab
Zoe sudah bersiap penu semangat. Melihat Azil yang juga tak mau. Kalah. Dengan sarata yang di berikan oleh kakek Ling jelas hal itu membuat Zoe tak bisa menghindari pertarungan.Zoe mulai menyerang lebih dulu, ia terus berusaha untuk bisa mengalahkan Azil, tapi sayang Azil begitu hebat hingga membuatnya kualahan.“Kau hebat aku salut,” ucap Zoe terus berusaha melawan Azil sesuai dengan yang diperintahkan oleh kakek Ling. Karena Zoe m jadi murid sang Kakak di mana dia ingin belajar tentang ilmu pedang kedua titik sesuai dengan apa yang dikatakan oleh gurunya.Karena jangan menyempurnakan ilmu gudang langit kedua ia akan lebih hebat lagi, sebelum dia mulai melakukan balas dendamnya. Zoe juga tidak menyangka jika dia harus melawan Azil, yang merupakan tempat perjalanannya di mana hal itu jelas membuat Ia juga merasa kesulitan titik iya dari awal mengetahui kekuatan hasil yang begitu hebat dan luar biasa.“Jangan banyak bicara kalahkan dulu aku,” kata Azil memperingati saya untuk tidak