Share

19 A - Tuyul

Waktu terus berlalu. Hampir enam bulan aku berada di kampung. Meski aku belum pernah balik ke Jakarta, tapi Mas Huda sudah dua kali ke sana. Mengurus kontrakan dan showroomnya.

Dia pulang sendiri, karena memang aku tak bisa menemaninya. Anak-anak tak mau ditinggal, lagipula aku juga tak tega. Buat apa ke Jakarta jika anak-anak tak ikut serta. Semoga liburan semester nanti aku dan mereka juga ibu benar-benar bisa berlibur ke sana.

Sejak kabar kesuksesanku itu, para tetangga memang mulai bungkam. Mereka diam dengan sendirinya. Tak ada lagi terdengar ejekan soal motor jadul atau menawarkan pekerjaan kasar untuk Mas Huda.

Sebenarnya aku tak masalah, jika memang ada tawaran pekerjaan asalkan tak dibubuhi dengan hinaan. Apalagi membanggakan diri sendiri karena bisa membuka lapangan kerja buat orang banyak, bisa sukses dan memiliki banyak usaha.

Buat apa dipamerkan segala? Tak ada gunanya, karena pada akhirnya mati pun tak membawa secuil harta benda. Hal itu yang selalu kutekankan pada anak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status