Apa-apaan pria ini?
Mengajak kencan orang yang bahkan belum mengetahui identitas masing-masing?
Tunggu! Tapi ia tahu namaku? Pikir Nayra, setelah mengingat saat pria itu memanggil namanya.
“Mengapa Anda tiba-tiba mengajak saya.. berkencan? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda.. Tapi, bagaimana Anda tahu siapa saya..?” tanya Nayra, sedikit tergesa karena terlalu banyak pertanyaan memenuhi otaknya.
“Kau hanya boleh menjawab ya atau tidak,” ujar pria itu dengan dingin.
Ini pertama kalinya Nayra diajak kencan oleh orang asing, dengan cara yang begitu dingin.
Siapa pria ini sebenarnya?
Mungkin Nayra memang bukan wanita kaya ataupun cantik yang akan menarik banyak pria. Tapi ia masih cukup menawan, dengan tinggi semampai dan otak cerdas serta penuh wibawa, walau sudah melewati banyak kesulitan hidup, yang tidak bisa dibayangkan orang-orang pada umumnya.
Dalam 30 tahun hidupnya yang sebatang kara dan sibuk mencari nafkah ini, Nayra memang sudah diajak kencan puluhan orang. Meskipun ia tahu, tidak banyak yang benar-benar tulus dan justru lebih banyak yang bermaksud mempermainkannya.
Jadi, ajakan kencan pria itu termasuk kemana? Apakah ia tulus, atau hanya untuk bermain-main?
Ah. Tentu ia tidak mungkin tulus, karena ia bahkan tidak mau menjawab pertanyaan yang sangat mendasar untuk berkencan.
“Kalau begitu..” Nayra sudah mengambil keputusan, “..jawaban saya.. tidak.”
Pria itu tersentak.
“Saya tidak tahu apa yang Anda pikirkan tentang saya, hingga Anda mengajak berkencan. Tapi saya tidak akan berkencan, dengan orang yang tidak saya kenal,” tegas Nayra.
Sekilas, Nayra mungkin tampak sangat miskin dibanding pria yang berpakaian mewah layaknya seorang kaya raya. Apalagi pria itu membawa tas kantong besar merek mewah Hermes ini –padahal ia belum melihat, apakah isinya benar-benar tas Hermes. Tapi, Nayra tetaplah seorang wanita yang punya harga diri dan tidak akan sembarangan menerima ajakan kencan pria asing.
“Baiklah..” balas pria itu, lebih dingin.
Oh?
Nayra pikir, mungkin jika ia benar-benar tulus, maka sikapnya akan sedikit berubah. Ternyata tidak.
“Ambil saja hadiahku,” dengan dingin, pria itu sudah pergi tanpa mengatakan identitasnya, meninggalkan Nayra yang kebingungan atas semua sikapnya hari ini.
Masih melongo dengan apa yang baru saja terjadi, beberapa menit kemudian pintu rumah penatunya lagi-lagi terbuka. Nayra sedikit berharap, bahwa pria itu datang kembali untuk menjelaskan semuanya. Tapi justru ibu pemilik rumah ini yang datang dengan wajah masam.
“Nayra!” teriak wanita tua 60-an, dengan riasan lengkap dan pakaian mencolok seolah baru menghadiri acara penting, padahal itu adalah penampilan kesehariannya.
“Berapa lama lagi kau akan menunggak?!”
Nayra tertegun.
Bukankah tenggatnya masih satu bulan lagi? Setelah ia diberi kesempatan lain olehnya beberapa waktu lalu.
“Tapi..” belum sempat Nayra membalas, wanita tua itu sudah mengayun-ayunkan tangannya dengan wajah ketus.
“Aku tidak bisa memberimu kesempatan lain! Kau harus membayarnya besok juga!” teriak wanita itu lagi, padahal tanpa berteriak pun suaranya sudah cukup keras.
Nayra menghela napas, tidak tahu apa yang terjadi.
Ketika wanita tua yang bahkan tidak membiarkan Nayra berbicara hendak berbalik pergi, tiba-tiba ia berhenti dengan mata terbelalak dan mulut menganga.
Matanya tertuju pada sebuket bunga dan beberapa tas kantong bermerek Hermes, di meja tempat Nayra berada. Dalam sekejap, ia sudah berada di depan Nayra, menyentuh bunga dan tas kantong Hermes itu.
“I..ini.. bunga.. mawar juliet.. yang harganya lima juta.. dolar..? Bagaimana bisa.. ada di sini..? Apa ini asli..?”
Ibu itu tergagap, membuat Nayra mengernyit heran.
Mawar juliet yang harganya lima juta dolar? Apakah semahal itu?
“Hermes.. Oh.. tidak mungkin!”
Tanpa basa-basi lagi, ia langsung membuka isi tiga tas kantong Hermes yang diberikan pria asing itu, satu persatu. Setiap kali ia melakukannya, ia menjerit heboh.
“Kelly Rose Gold! Birkin!” jerit wanita tua bernama Milla itu, dengan wajah paling berseri yang belum pernah Nayra lihat, sepanjang ia mengenalnya.
“Bagaimana kau bisa mendapatkan semua ini?! Semua tas Hermes dan bunga mawar juliet berharga jutaan dolar?!” tanya Nyonya Milla, setelah beberapa menit terkesima dengan barang-barang di depan mereka.
Nayra tidak pernah tertarik dengan kemewahan apapun, karena tahu ia tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Jadi, sejak awal ia memutuskan untuk mengabaikan informasi apapun tentang itu. Tapi sekarang, tiba-tiba kemewahan datang padanya melalui orang asing yang ia tolong. Mengapa?
“Tas-tas ini tampak asli.. tapi.. tidak mungkin kau memilikinya! Kau ‘kan hanya wanita mis..” Nyonya Milla terhenti. Nayra tahu, apa yang akan wanita tua itu ucapkan.
Ya.. ia memang hanya wanita miskin yang tidak mungkin memiliki uang jutaan dolar, karena total tabungannya saja kurang dari 100 dolar.
Nyonya Milla masih mengamati dengan seksama, ketiga tas Hermes dan sebuket mawar juliet itu. Sementara Nayra masih bingung dengan semuanya, sebuah tayangan televisi dari toko elektronik di seberang rumah menarik perhatian.
Seorang pria berjas mewah, dengan wajah yang sama persis seperti pria asing yang memberikan semua hadiah di depannya, muncul di televisi bersama headline “REHAN CARVER, CEO CARVER GROUP DISERANG BEBERAPA HARI LALU”
CEO Carver Group? Pria itu?
Nayra terbelalak.Carver Group adalah perusahaan ritel dan teknologi terbesar di dunia, dengan penghasilan di atas 600 miliar dolar pertahun. Perusahaan ini memiliki belasan ribu toko, dengan karyawan lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia. Bahkan di tengah kondisi ekonomi yang terpuruk, Carver Group tetap menjadi yang teratas.Lalu sekarang mereka bilang, pria yang ia tolong dan mengajaknya berkencan dengan memberi hadiah-hadiah mewah ini adalah CEO Carver Group? Mengapa Nayra tidak menyadarinya?“Hei!” Nyonya Milla menepuk pundak Nayra, menyadarkannya sejenak dari keterkejutan.
“Mengapa aku harus menjadi budakmu?!” tanya Nayra, terkejut dengan kesempatan yang Rehan maksud. “Padahal, kau yang mengajakku berkencan lebih dulu?”Rehan tertawa lagi. “Karena kau telah menolakku! Dan sekarang, kau menyita waktu berhargaku untuk ajakan yang kau tolak. Jadi, tentu saja kau harus menerima konsekuensinya, Nona..”Nayra tak habis pikir. Rehan ternyata jauh lebih dingin dan kejam dari yang ia kira. Pria itu tidak lebih baik dari iblis!“Baiklah..” Nayra tidak mau kalah. “Aku akan menerima ‘kesempatan’ itu.. karena aku hanya perlu memastikan, untuk tidak berakhir menjadi budakmu ‘kan,
Mengapa Rehan datang ke sini?“Apa Anda tahu bahwa Anda bisa dihukum, karena menaikkan harga sewa secara sepihak?!” teriak Rehan.Semua mata memandangnya dengan takjub, meskipun teriakan Rehan cukup tidak sopan, terutama terhadap ibu-ibu yang mungkin seumuran dengan ibunya.“A..Anda s..si..apa?” tanya Nyonya Milla tergagap, mendengar suara teriakan Rehan, yang lebih keras dibanding dirinya.“Apa saya perlu mengatakan siapa saya, untuk didengar Anda?” Rehan sedikit mengecilkan suaranya, tapi masih dengan gayanya yang angkuh. “Saya akan membeli rumah ini!
Sudah berapa kali mulutnya ternganga hari ini? Nayra tidak bisa menghitungnya lagi. “TIDAKKKKK!!!” Jeritan itu bukan berasal dari Nayra, melainkan dari Nyonya Milla yang meraung-raung ingin masuk ke dalam rumah yang terbakar, tapi dengan keras dihentikan orang-orang di sekitarnya. “MILENA!!!” jerit Nyonya Milla lagi, lebih parau. Milena? Bukankah itu nama anak keduanya? “ITU DIA!” seru salah seorang di kerumunan, sambil menunjuk Nayra yang masih tercengang bingung. Nyonya Milla yang riasannya telah luntur karena air mata, segera berlari menghampiri Nayra dengan geram. “APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA ANAKKU?!!!” Nyonya Milla menarik kerah baju Nayra, dengan teriakan histerisnya yang tidak bisa ia mengerti. Mengapa Nyonya Milla menanyakan itu padanya? Di tengah suara-suara ribut yang menyalahkan Nayra, ia pun akhirnya tahu bahwa Milena ada di rumah Nayra yang sedang terbakar. Tapi, mengapa itu menjadi kesalahan Nayra? Belum sempat pertanyaannya terjawab, mobil pemadam kebaka
Semua orang sontak memandang David Roland yang masih bisa berjalan dengan gagah, meskipun harus bertumpu pada tongkatnya, terutama di tengah keterkejutan mereka.“Apa maksudmu Ayah?!” tanya wanita itu, sambil mendekati Tuan David dengan ekspresi seperti Kevin McCallister di film Home Alone.“Anakku ‘kan hanya Brian, jadi tidak mungkin ia cucumu!”Brian?Nayra yang masih mencoba memproses ucapan Tuan David terhadapnya, tiba-tiba merinding.Tunggu! Apa ini yang dimaksud perkataan terakhir ibu
“A..Apa yang kau..?”Sebelum Nayra menyelesaikan kalimatnya, Brian sudah berjalan cepat dengan satu telunjuk tangan di depan bibirnya.“Syut! Aku harus diam-diam datang ke sini!” bisiknya, membuat Nayra lebih tidak mengerti.
“Justru ia harus segera dilatih agar siap mewarisi perusahaan kita!” teriak Kakek David dengan suara seraknya, membuat semua orang terdiam, kecuali Brian yang masih sibuk dengan makanannya. Wajah ibu Brian tampak sangat kesal. “Lalu bagaimana dengan Brian? Dia ‘kan cucu Ayah juga!” Nayra melirik Brian yang sama sekali tidak peduli, dengan apa yang dibicarakan para orang tua ini. Sedetik kemudian, sebelum Nayra mengalihkan pandangannya, Brian membalas tatapan Nayra dengan mengangkat kedua alisnya seolah bertanya ‘Apa?’. Nayra pun menggelengkan kepala, heran. “Apa kau tidak suka dengan itu, Nayra?” tanya Kakek David, mengejutkan Nayra yang sempat kehilangan fokus. Apa ia melihat Nayra menggelengkan kepalanya dan salah paham dengan itu? “Ah..” Nayra tidak tahu harus berkata apa, sampai Brian tiba-tiba berbicara. “Dia mungkin hanya merasa tidak nyaman, jika Ayah yang harus mengajarinya tentang perusahaan,” ucap Brian dengan santai, sambil mengunyah steak tenderloin-nya. Nayra melir
“Brian..” bisik Nayra, setelah menoleh pada Brian lagi yang belum menyadari kehadiran wanita muda itu di kantornya.Brian mulai tersadar dan menatap wanita itu, mengikuti tatapan Nayra.“Ah.. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Brian setengah terkejut. Sementara wanita muda yang baru saja membuka pintu, langsung berjalan menghampiri Brian dan menariknya menja