Sementara itu di saat George baru sampai di Markas besarnya. Seorang Pengawal seketika membukakan pintu mobil dan menyambut kedatangan Sang Jenderal. Di depan kantor, telah berjejer rapih para prajurit penjaga. "Kepada Panglima besar, hormat gerak!" seru seorang prajurit di ujung barisan. Mereka serentak melakukan penghormatan militer. George membalas memberikan penghormatan. Lalu melangkahkan kaki menuju ke pusat halaman markas. Secara tak sengaja, Veronica mengendarai mobil di depan markas. Ia tak sengaja melihat suaminya yang tengah disambut oleh puluhan prajurit. "Loh, itu kan George? benarkah dia?!"Lalu Ia mengucek matanya untuk memastikan. "Tidak mungkin. Dia tidak mungkin memiliki pangkat setinggi itu! dia kan cuma pengangguran ..." Ucap Veronica dengan memandang penuh keheranan.Di halaman kantor, Seorang Letnan Kolonel menyodorkan tangan kepada George. "Selamat Siang Jendral, kami sangat senang anda telah kembali lagi ke dalam kesatuan," ucap Letkol Herry. "Terima k
Semua mata tertuju pada selembar surat yang dibawa oleh sang Menteri.Lalu Menteri pertahanan berkata, "Jendral George. Ini adalah surat penyerahan kekuasaan atas semua perusahaan milik anda. silahkan ditandatangani,"Sang Menteri menyodorkan surat itu ke hadapan George.Lantas ia menerima surat tersebut dan membacanya secara seksama.Mata George pun berbinar. Merasa tak percaya. Seakan semua adalah mimpi yang terwujud jadi nyata dalam sekejap mata.Setelah penandatangan selesai, seluruh pejabat di ruangan itu bertepuk tangan. Menandakan kini George telah kembali menjadi pemilik perusahaan yang sah."Selamat Jenderal, kini kepemilikan Harvest Group telah kembali ke tangan anda. Semoga kejayaan perusahaan anda senantiasa bersinar kembali," ucap Menteri pertahanan, seraya berjabat tangan dengan George.George tampak tersenyum sumringah menerima jabat tangan dari sang Menteri seraya berkata, "Terima kasih banyak sudah memberitahukan saya. Saya sangat mengapresiasi atas kejujuran Bapak da
"Pergi kamu dari rumah ini! saya tidak sudi punya menantu sampah sepertimu!" seru Jenny, seorang wanita paruh baya yang merupakan istri mendiang Konglomerat ternama di Negeri Rein bernama William Roger. Ia dikenal sebagai seorang pemilik perusahaan besar bernama HM company yang bergerak di bidang obat-obatan. Di hadapan Jenny, berdiri seorang lelaki bertubuh tegap. Namun wajahnya tampak pucat dan kebingungan. Ia terus berfikir mengapa tiba-tiba dia berada di sebuah ruangan bersama seorang wanita. Yang merupakan adik istrinya sendiri.George hanya ingat saat ia terakhir meminum kopi di ruang keluarga. Dan setelah itu, ia baru tersadar di sebuah ruangan gelap bersama Amel yang merupakan iparnya sendiri.Tiba-tiba lampu ruangan menyala dan telah berkumpul seluruh keluarga mendiang William. Seakan semua adalah jebakan yang telah direncanakan matang-matang.Istri George, Veronica tiba-tiba berlari menghampirinya yang tengah dikerumuni oleh keluarga. Dan seketika sebuah tamparan melayang k
Saat ia akan melangkah mengikuti firasatnya, tiba-tiba sebuah suara teriakan terdengar memanggil namanya."Jendral George!" Sontak George tersentak dan teralihkan perhatiannya. Seseorang yang gagah terlihat menghampiri dirinya. Pria dengan tinggi 195 cm dengan tubuhnya yang atletis dan berbalut sebuah seragam loreng. George mengerutkan keningnya memandang seseorang tersebut."Jendral George, Kami sudah mencarimu selama 1 tahun ini. Saya sangat senang bisa menemui anda di sini," ucap Seseorang tersebut, seraya menyodorkan tangan ke hadapan George."Jendral? saya bukan seorang Jendral. Mungkin anda salah orang, saya bukan George yang anda maksud," ucap George. Tatapannya begitu heran memandang seseorang yang bertubuh besar dengan rambut cepak khas anggota militer tersebut."Tidak, saya tau betul anda Jendral George. Saya adalah Letnan Charles. Saya adalah orang kepercayaan anda. Ada satu peristiwa yang harus saya katakan kepada bapak," ucap seseorang tersebut.Namun George enggan untu
"Mari ikut dengan saya, Pak. Saya akan memberitahukan sesuatu," ucap Charles. Seraya merangkul George. George mulai luluh, ia lantas mengikuti langkah Charles menuju ke mobilnya. Namun tiba-tiba George berubah pikiran. "Mau dibawa kemana saya! tidak, saya tidak mau ikut!" Ia langsung melepaskan tangan Charles dari bahunya. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Charles. "Tunggu Jendral!""Saya tidak akan mencelakai anda! percayalah!" Charles mencoba meyakinkan George. Tapi George tak juga menggubrisnya. George adalah orang yang sangat hati-hati dan tidak percaya begitu saja dengan orang yang tidak dia kenal. Dan akhirnya George pun pergi semakin jauh tanpa arah tujuan. Tanpa diketahuinya, Charles terus memantau keberadaan George. Di dalam mobil dinas miliknya, Charles menelepon Sersan Herdy. Ia mengambil ponsel dari sakunya lalu sambungan telepon pun terhubung. "Selamat siang Sersan Herdy," ucap Charles. "Selamat siang Letnan Charles, ada yang bisa saya bantu?" tanya Herdy mela
Para petinggi dan anggota kesatuan memberikan hormat militer kepada George, Sang Jendral yang telah lama dinantikan. Walaupun kini George tak terlihat wibawanya seperti dulu. Namun kehormatannya adalah yang tertinggi di kalangan militer. Pemandangan itu membuat semua orang Terheran-heran. Bagaimana bisa seorang yang dipandang rendah ternyata dihormati oleh para pejabat militer Jhony memandang heran ke arah para petinggi tersebut lalu bertanya, "Kenapa kalian memberikan hormat kepada seorang gembel? Kehormatan kalian sudah dijatuhkan oleh seorang gelandangan seperti dia.""Harusnya aku lah yang dihormati. Apa kalian tidak mengenal saya?" Perkataan itu membuat Letjen Greigh bangkit dan langsung menggenggam kerah baju Jhony, Lalu menariknya hingga tepat di depan wajah Greigh. "Kau tidak tau siapa dia?! bahkan nyawamu tidak akan bisa menebus kehormatan Jendral George!" "Jendral George? cuihh! kebohongan apa yang kalian mainkan?" ucap Jhony, meludah ke tanah.Greigh seketika naik pita
Sebastian melangkah kembali ke mobil dinasnya. Lantas Jenny langsung mengejarnya. Namun para pengawal Irjen Sebastian seketika menghadangnya. "Jangan mendekat! Anda sudah membuang-buang waktu Irjen Sebastian. Dia harus menemui Menteri Pertahanan Sore ini!" seru seorang pengawalnya. "Ta-tapi. Saya benar-benar meminta untuk menangkap mereka. Kenapa kalian tidak bergerak?" tanya Jenny. Sebastian mendengar percakapan itu, ia seketika mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil lalu berteriak. "Apa otakmu sudah gila?! Menangkapnya sama saja saya melepaskan jabatan! Kau harus meminta maaf kepada mereka. Terutama kepada Bapak George!"Jenny terdiam membatu mendengar ucapan Sebastian hingga tak dapat berkata-kata. Dan mobil dinas yang dikawal oleh para polisi bersenjata lengkap itu pun pergi begitu saja. Di saat ia tengah terdiam. Jhony datang membisikinya. "Ma, bagaimana proses pengenalan keluarga ini? mari kita lanjutkan."Nyonya Jenny langsung memandang Jhony dengan wajah memerah. "Ka
George tampak diam memperhatikannya. Lalu seorang ajudan mendekati George dan berbicara pelan."Tuan itu adalah seorang utusan dari Bapak Jean Corner. Dia ingin berbicara dengan anda, Jenderal."George mengerutkan keningnya mendengar nama tersebut, Lalu bertanya." Jean Corner? siapa dia? Bahkan aku tidak mengingat sama sekali sebelum ku bertemu dengan istriku," ucap George."Biar Tuan itu yang akan menjelaskan kepada Bapak," ucap Sang Ajudan.George kembali menatap seseorang tersebut. Lalu melangkah mendekatinya.Seorang Pria paruh baya, berambut putih namun rapih itu tersenyum dan menyodorkan tangannya kepada George."Selamat datang Pak George.""Akhirnya saya bisa berjumpa dengan anda. Saya Harry, seorang kepercayaan Tuan Jean Corner."Lantas George menerima jabat tangannya dengan wajah yang mengerut namun memaksakan untuk tersenyum."Apa yang ingin kamu sampaikan kepada saya?" tanya George."Baik, mari kita duduk dulu pak," ucap Harry, sang utusan.Para ajudan segera mempersiapkan