Share

Penghina Akan Terhina

"Mari ikut dengan saya, Pak. Saya akan memberitahukan sesuatu," ucap Charles. Seraya merangkul George.

George mulai luluh, ia lantas mengikuti langkah Charles menuju ke mobilnya. Namun tiba-tiba George berubah pikiran.

"Mau dibawa kemana saya! tidak, saya tidak mau ikut!"

Ia langsung melepaskan tangan Charles dari bahunya. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Charles.

"Tunggu Jendral!"

"Saya tidak akan mencelakai anda! percayalah!" Charles mencoba meyakinkan George.

Tapi George tak juga menggubrisnya. George adalah orang yang sangat hati-hati dan tidak percaya begitu saja dengan orang yang tidak dia kenal.

Dan akhirnya George pun pergi semakin jauh tanpa arah tujuan.

Tanpa diketahuinya, Charles terus memantau keberadaan George.

Di dalam mobil dinas miliknya, Charles menelepon Sersan Herdy. Ia mengambil ponsel dari sakunya lalu sambungan telepon pun terhubung.

"Selamat siang Sersan Herdy," ucap Charles.

"Selamat siang Letnan Charles, ada yang bisa saya bantu?" tanya Herdy melalui sambungan telepon.

"Hari ini saya mengabarkan. Jendral George telah ditemukan. Tapi Jendral George sudah tidak mengingat sama sekali dengan saya dan bahkan tentang semua masa lalunya. Dia menolak untuk ikut dengan saya. Sekarang saya instruksikan untuk kirimkan pengawalan untuk Jendral George," ucap Letnan Charles.

Mendengar kabar baik tersebut, tentu saja membuat Sersan Herdy bahagia. Tak terbayangkan baginya Sang Jendral yang sangat dihormati kembali memimpin kesatuan.

"Apakah ini benar? Sa-saya sangat senang Letnan," ucap Sersan Herdy.

"Benar Sersan. Sekarang instruksikan pengawalan untuk Jendral George di Jalan St. petersburg sisi timur," ucap Letnan Charles.

"Siap laksanakan Letnan!" jawab Sersan Herdy, antusias.

Lalu sambungan telepon pun terputus.

Di saat yang sama. George tengah berjalan dengan langkah cepat. Namun setelah perjalanan selama satu jam akhirnya ia merasa letih lalu menepi di sebuah emperan toko.

George duduk termenung meratapi nasibnya. Rasa lapar dan dahaga tak tertahankan. Lantas ia merogoh kantungnya.

srek... srek...

Saat tangan merogoh kantung celana. Ternyata ia lupa membawa dompetnya. Alangkah bingungnya George.

"Aduh, bagaimana ini. Aku lupa membawa dompet!" ucap dalam benaknya.

Lantas ia berdiri dari emperan toko untuk bergegas kembali ke rumah mewah Tuan William.

Namun sesampainya di kediaman Tuan William. Tempat yang selama ini dia tinggali bersama Sang istri.

Puluhan mobil mewah tampak berjejer di halaman rumah yang megah.

George mengintip dari celah pagar rumah.

"Ada acara apa ini?" tanya George dalam benaknya.

Kemudian ia menekan tombol bel. Lalu seorang security keluar dari dalam pos keamanan rumah.

"Di dalam sedang ada acara. Untuk apa kamu kembali lagi?" tanya Security dengan nada menyolot.

"Dompet ku tertinggal. Aku ingin mengambil Dompetku," jawab George.

"Kamu tunggu di sini. Biar saya yang akan mengambil dompetnya," ucap Security.

"Apakah saya tidak diizinkan masuk?" tanya George.

"Sesuai instruksi dari Nyonya Jenny. Anda tidak diterima lagi di rumah Tuan William," jawab Security.

George pun merasa sedih dengan kenyataan itu. Mengingat selama setahun ini ia telah banyak mengukir cerita dengan Veronica di rumah itu.

Walau pun apa yang dialami selama ini setelah kepergian Tuan William. George diperlakukan layaknya asisten rumah tangga di rumah itu. Memotong rumbut dan mencuci mobil Nyonya Jenny adalah pekerjaan sehari-harinya. Cacian dan hinaan sudah biasa ia terima hingga ia seperti mati rasa.

"Baiklah, saya akan menunggu di sini," ucap George.

Lalu sang Security melangkah memasuki rumah.

Di saat menunggu itu ia memperhatikan keadaan halaman rumah yang begitu ramai. Dan tiba-tiba ada seseorang menghampirinya.

"Hey, mau apa kamu ke sini?!" seru Edward yang merupakan adik kandung Veronica.

"Aku hanya ingin mengambil dompetku," jawab George, singkat.

"Tidak ada. semua barangmu sudah dibakar!" seru Edward.

Namun George tau Edward sedang membohonginya.

Lalu datanglah sang Security membawa dompet milik George. Tampaknya ia tidak datang sendiri. Melainkan bersama Jenny dan seorang pria.

George bertanya-tanya tentang siapa pria tersebut.

"Ini dompetmu," ucap Security, memberikan dompet itu kepada George.

"Heh sampah! kamu tidak usah datang lagi ke rumah ini ya! Saya sudah menjodohkan Veronica dengan lelaki istimewa ini, " seru Jenny dengan nada tinggi, tangan satunya menepuk punggung pria itu dengan pelan.

Sontak George terkejut bukan main. Ternyata lelaki itulah yang akan menggantikannya sebagai suami Veronica. Tak pernah terbayangkan baginya bila orang yang sangat dicintainya dipersunting oleh pria lain.

"Ti-tidak mungkin. Aku masih suaminya. Kamu tidak berhak untuk menggantikanku dengan pria lain," ucap George dengan nada yang bergetar.

"Loh, saya ibu Veronica. Saya lebih berhak untuk mengatur dia. Dia berasal dari rahim saya. Sedangkan kamu, untuk memberi nafkah saja tidak becus!" seru Jenny dengan nada tinggi.

"Walau bagaimanapun saya tetap bertanggung jawab. Saya tidak pernah lari dari tanggung jawab. Kenapa kamu memperlakukan saya seperti itu?" George pun tak habis pikir dengan apa yang diperbuat Jenny.

Jenny menatap sinis ke arah George. Lantas ia berkata, "Hanya dengan 150 Dollar sebulan kamu bilang menafkahi? huh, sungguh memalukan jika Veronica tetap bersama sampah seperti kamu."

Jhony tersenyum kecut memandang George. Pandangannya seperti jijik saat melihat sampah.

"Jadi lelaki ini yang mama ceritakan? hikks. . . memalukan!"

Pandangan George seketika menatap tajam ke arah Jhony.

"Kau pikir kau hebat? Kau tidak akan dapat mengambil hati Veronica. Sampai kapanpun aku adalah suaminya," ucap George.

Sontak Jenny murka dengan ucapan George.

"Jangan asal bicara kamu! Veronica akan menjadi istrinya. Dia adalah pengusaha sukses. Tidak seperti kamu, Gelandangan!" seru Jenny.

Jhony tersenyum memandang Nyonya Jenny.

"Tenang saja Ma, Veronica pasti akan bahagia dengan saya. Dan pastinya gelandangan ini tidak akan kembali lagi setelah ini," ucap Jhony, menyeringai memandang George.

Lantas Jhony melangkah ke hadapan George. Lalu tiba-tiba kedua tangannya mendorong tubuh George.

Di saat itulah, seketika sebuah klakson mobil terdengar.

Teeet!

Suara bising itu membuat semua orang terkejut lalu mengalihkan perhatian mereka.

Setidaknya ada tujuh mobil anti peluru berdatangan. Lalu beberapa orang dengan tubuh yang tinggi dan berbadan tegap keluar dari mobil-mobil tersebut. Beberapa dengan pakaian dinas kemiliteran lengkap dengan lencana.

Hal itu tentu saja membuat mereka bertanya-tanya. Nyonya Jenny lantas memandang Jhony. "Itu para tamu undanganmu?" tanya Jenny.

Jhony pun bingung harus menjawab apa. Namun bukan Jhony jika tidak bisa berbohong demi gengsi dirinya.

Jhony berbisik pelan ke telinga Jenny. Lalu pria itu berkata. "Tentu saja Ma. Siapa lagi orang penting di sini kalau bukan aku."

Jenny merasa bangga dengan Jhony. Namun sedikit lagi pengakuan itu akan menjadi bumerang bagi dirinya.

Saat para petinggi militer itu berdatangan. Jhony langsung menyodorkan tangannya.

"Selamat datang, saya sudah menunggu kalian. senang akhirnya bapak-bapak datang. silahkan masuk,"

Namun sodoran tangan Jhony seketika dihempaskan oleh seorang Letnan jendral di hadapannya.

Prakk!

"Berani-beraninya kamu memperlakukan Bapak George seperti itu!" seru Letjen Greigh. Seorang Letnan jendral yang merupakan bawahan sekaligus teman dekat Jendral George.

Jhony, Jenny dan semua yang melihat kejadian itu terkejut bercampur keheranan.

Jhony adalah orang yang sangat disegani dan memiliki puluhan pengawal. Dan baru kali ini ada seseorang yang berani melabraknya.

Jhony pun terdiam membeku. Begitu juga Jenny hingga menganga mulutnya mendengar ucapan seorang petinggi militer tersebut.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status