Share

SEKALI BERBOHONG YA TERUS BERBOHONG

"Dari mana, Mas? Kamu kok bisa datang bersama dengan Tari?" sambut Rembulan di depan pintu.

"Kamu ini, nggak liat suami kamu bawa belanjaan banyak malah tanya hal yang nggak penting. Mobil aku rusak di bengkel dan tadi kebetulan suami kamu lewat dan menawariku untuk menumpang karena aku memang mau ke sini!" Mentari menjawab dengan ketus sebelum Aldo sempat menjawab pertanyaan Rembulan.

Sadar jika sang suami memang kerepotan dengan belanjaan di tangan, Rembulan pun bergegas membantu.

"Maafin aku, Mas," ujar wanita cantik itu lirih. Aldo hanya tersenyum kecil. Jauh dalam hatinya yang terdalam ia merasa menyesal sudah berdusta bahkan di awal pernikahan mereka.

"Mama udah masak, kita makan sama-sama, ya."

"Hmm...."

Rembulan menghela napas panjang, ia sadar jika tadi pertanyaannya mungkin menyinggung sang suami.

"Loh, katanya belanja untuk stok di rumah kalian, kenapa dibawa turun?" tanya Celia saat melihat menantunya membawa beberapa plastik belanjaan.

"Ini sebagian buat di sini, Ma. Untuk di rumah ada di mobil," jawab Aldo sambil tersenyum. Ia memang sengaja berbelanja banyak supaya tidak ada yang curiga mengapa ia sangat lama. Tentu saja tadi ia berbelanja sambil ditemani oleh Mentari.

Jujur saja saat ini hati Aldo tengah mendua. Ia merasa mulai mencintai dan membutuhkan Mentari. Namun, ia juga tidak bisa melepaskan Rembulan begitu saja.Ia ingat saat dulu mengejar cinta Rembulan. Rembulan adalah gadis yang sedikit sulit didekati. Ia sampai harus meminta gadis itu bolak balik cek up ketika ia sakit hanya karena ingin bertemu dan memikat hatinya.

"Seharusnya tidak perlu repot, kalian kan pengantin baru. Oya, kapan kalian akan pergi bulan madu?" kata Ayunda

“Kami mau ke Bali, Ma,” jawab Rembulan dengan gembira.

“Loh, nggak jadi mau ke Gili?” tanya Laura.

“Kan ke Bali dulu, Mbak. Nanti sehabis ke Bali kami baru mau ke Lombok. Rencana Mas Aldo nanti kalau aku hamil baru deh kami mau babymoon ke luar negeri, iya kan, Mas?”

“Iya, Sayang,” jawab Aldo sambil mengelus rambut Rembulan dengan penuh kasih sayang.

"Kapan kalian pergi?" tanya Mentari. 

"Memang apa urusanmu bertanya kapan mereka akan berangkat,Tari?" tanya Laura. 

"Loh, aku kan hanya tanya, Mbak. Sejak kapan memang tidak boleh bertanya?"

"Ya tidak sih hanya saja kau ini jadinya kepo," kata Laura. 

BRAK!

"Urusanmu denganku apa sih, Mbak? Sepertinya kau ini keki dan sewot sekali kepadaku? Apa ada urusan yang belum selesai denganku?!" hardik Mentari kesal. 

Antara Mentari dan Laura memang tidak pernah akur sebagai ipar. Dulu, saat mereka sama-sama kuliah Laura dan Mentari sama-sama menyukai pria yang sama. Tetapi, pria itu lebih memilih Mentari. 

Tanpa sengaja, saat Buana menjemput kedua adik kembarnya ia bertemu dengan Laura. Dan pada akhirnya mereka jatuh cinta lalu menikah. Tentu saja Mentari menjadi orang pertama yang menentang. Tetapi apa daya, tidak ada yang bisa memisahkan cinta antara Buana dan Laura. 

Laura adalah seorang menager keuangan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Sejak lulus kuliah ia sudah bekerja di sana karena sang ayah memiliki saham di perusahaan itu. 

Sementara Suseno memiliki sebuah pabrik tekstile yang cukup besar dan pabrik itu dikelola oleh kedua anaknya Buana dan Rembulan. Sementara Mentari memilih untuk berkecimpung penuh di dunia entertainment meski sang ayah sudah melarang mati-matian. Hal itu membuat hubungan anak dan ayah itu menjadi renggang. 

"Sudah! Kita sedang makan, kalian ini bisa tidak sih sehari saja tidak bertengkar?" kata Ayunda 

"Bela saja terus menantu kesayangan Mama ini. Aku heran, anak Mama ini aku atau dia sih?" kata Mentari dengan emosi. 

"Kalian berdua sama-sama anak Mama. Jadi, tolong  berhentilah bertengkar. Apa kalian nggak malu kepada Aldo?" 

"Ya ... ya, aku memang tidak diharapkan di rumah ini. Aku pulang saja!" 

"Tari! Kembali sini mama bilang, Mentari!" 

    Namun, Mentari tidak memedulikan teriakan sang ibu dan tetap melangkah pergi begitu saja. Toh kedatangannya ke sini hanya untuk menemani Aldo setelah mereka lelah bercinta tadi. 

"Maafkan kelakuan Tari, Do. Dia memamg sedikit keras kepala dan entah mengapa dia selalu saja bertengkar dengan iparnya, Laura," kata Ayunda. 

"Nggak apa-apa, Ma," jawab Aldo sambil tersenyum.

Laura hari itu memang kebetulan sedang mengambil cuti sehingga ia bisa makan siang bersama dengan mertuanya. Biasanya ia tidak pernah bertemu dengan Mentari. Entah mengapa setiap mereka bertemu selalu timbul pertengkaran. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status