Share

BAB-3

"Sudah kamu istirahat saja. Besok kamu kan seharian dipajang di pelaminan itu.” Esta mengusap perlahan punggung Embun dari atas ke bawah untuk menenangkan adiknya yang sedang bersedih. “Yang penting kamu hati-hati. Besok kami pulang, do'akan kami juga supaya selamat sampai tujuan. Semoga kamu bisa cepat berbaur dengan keluarga Toro di sini.”

Kesunyian malam itu membuat tangis wanita berusia 24 tahun itu tak bebas untuk menangis karena tetangga dan keluarganya yang sudah tertidur. Embun sesekali membungkam mulutnya dengan baju yang ia kenakan agar tangisnya tak bersuara walau hanya sedikit.

Embun kemudian berbaring di lantai yang beralaskan karpet tipis. Sepasang kakak beradik itu mencoba memanfaatkan malam terakhir mereka bisa bersama.

Namun, tak lama … suara salam terdengar lagi dari luar.

"Assalamu'alaikum."

Esta kemudian duduk dan menengok ke arah pintu tersebut. Ada seorang bapak-bapak berdiri di tengah pintu itu. Esta berdiri dan menyahut jilbab instan yang ada di sampingnya lalu menemui orang tersebut.

"Wa'alaikumsalam, iya ada apa ya bapak?" Jawab Esta lembut.

"Mbak Embun, ya? Sudah tidur ya Mbak? Maaf, ya, jadi ganggu."

"Saya bukan Embun pak, saya kakak perempuannya Embun.” Esta menyahut dengan ramah. Mereka berdua memang begitu mirip, tak jarang memang orang-orang menganggap mereka kembar. “Embun baru saja tidur. Tapi kalau ada perlu, saya bangunkan sebentar."

Kemudian Esta berjalan menuju Embun yang sedang berbaring. Melihat tutur kata yang sopan dari bapak itu, Esta berpikir tak ada salahnya sang adik menemui tamu itu.

"Dik, bangun, ada bapak-bapak nyariin kamu, temui sebentar saja. Sepertinya beliau orang baik. Tidak apa-apa mata kamu bengkak, biar tau sekalian kondisi kamu di sini bagaimana." Ucap Esta.

Embun kemudian menarik jilbabnya yang ada di bawah bantal, berjalan perlahan menuju pintu belakang rumah.

"Iya pak, saya Embun. Ada apa ya?" Ucap Embun sembari mengulurkan tangannya ke arah bapak itu untuk berjabat tangan.

Esta yang masih mendampingi Embun itu mengangguk hormat.

"Tidak apa-apa mbak. Saya hanya memastikan bahwa mbak Embun juga sehat, takutnya pingsan juga kayak Mas Toro. Tapi dugaan saya ternyata salah. Mbak Embun untungnya baik-baik saja. Ya sudah saya permisi pamit ya. Silahkan dilanjut lagi istirahatnya, maaf ini bapak jadi menganggu." Ucap bapak itu dengan tutur kata yang lembut dan penuh sopan.

Embun dan Esta lalu membungkukkan badan didepan bapak itu dan mengucapkan terimakasih atas pengertiannya.

"Terima kasih banyak ya pak atas pengertiannya." Ucap Embun.

"Terima kasih ya pak sudah mengerti adik saya, saya titip adik saya di sini." Imbuh Esta.

Embun menanyakan identitas bapak baik hati tersebut, dan beliau mengatakan bahwa nama beliau adalah Pak Imran.

"Iya mbak Embun dan mbak Esta. Sama-sama. Mari mbak, saya pamit pergi dahulu." Ucap bapak itu membalas dengan badan yang ikut membungkuk kearah Embun dan Esta.

Embun dan Esta duduk sejenak dan bersyukur ternyata dikampung Toro masih ada orang baik.

"Kakak lega bertemu bapak tadi, ya setidaknya ada yang memahami posisi kamu di sini. Ya sudah ayo kita tidur." Ucap Esta.

Embun menganggukkan kepalanya dan berbaring kembali.

**

Terdengar suara adzan subuh dikumandangkan, Esta membangunkan Embun yang masih tertidur pulas, memandangi wajah adiknya yang sudah menjadi istri orang. Esta mulai was-was dengan kejadian tidak nyaman yang belum-belum menghampiri kehidupan rumah tangga adiknya.

Embun mengusap matanya dengan kedua tangannya, dirinya merasa bahwa seperti baru tertidur 5 menit yang lalu.

"Rasanya aku baru tidur 5 menit yang lalu, ini aku sudah harus bangun lagi. Badanku lelah sekali kak. Mataku gimana kak? apakah terlihat bengkak? apakah aku terlihat seperti habis menangis?" Tanya Embun berbisik kepada Esta.

"Iya kayaknya kamu lelah sekali. Tentu saja terlihat jelas. Bengkak sekali tuh mata kamu." Ucap Esta dengan melihat ke kanan dan kiri arah wajah Embun.

"Terus bagaimana dong kak?" Sahut Embun dengan nada tegang karena takut ketahuan orang tuanya.

"Sholat dulu, Nak." Ucap ibu mereka.

"Iya Bu." Jawab Embun dan Esta kompak.

Esta menarik tangan Embun untuk mengambil air wudhu, dan menutupi Embun dari pandangan orang-orang di sekelilingnya.

"Ayo kita jalan, Jalan di sebelah kanan kakak biar wajahmu tertutupi badan kakak." Ucap Esta berbisik kepada Embun.

Dengan mengedipkan mata kearah Esta, Embun memberi kode untuk Esta bahwa dirinya sependapat dengannya.

Saat setelah berwudhu, Embun meminta bantuan kepada Esta agar setelah sholat subuh menemaninya untuk menemui Toro. Esta pun setuju dengannya.

"Tenang, nanti kakak temani kamu. Kakak juga mau melihat wajah Toro setelah pingsan. Yang paling penting, kakak juga mau melihat muka si Minah ibu angkatnya itu yang lisannya telah menyakiti kamu." Ucap Esta dengan penuh dendam.

Setelah sholat subuh, Esta berkata kepada ibu bahwa dirinya dan Embun ingin menemui Toro yang semalam pingsan.

"Loh kok pingsan? pingsan kenapa? Padahal kan ini kampungnya, seharusnya dia tau seberapa jauh jarak rumahnya. Embun kayaknya segar saja. Jangan pingsan ya Embun, malu." Ucap seorang tetangga.

Dari kejauhan Embun tersenyum mendengar ucapan tetangganya sembari merapikan jilbab yang ia kenakan.

"Sudah diobati belum Toro?" Sahut ibu.

"Tentu saja sudah Bu, adiknya yang namanya Tuti mengatakan bahwa sudah ada dokter yang datang memeriksanya, terus juga tadi malam ada bapak-bapak yang datang ke sini mengatakan bawah Toro hanya kelelahan saja." Jelas Esta kepada ibunya.

Ibu tersenyum lega mendengar penjelasan Esta. Kemudian ibu meminta Embun dan Esta menemui Toro.

"Ya sudah nak, kalau mau menemui buruan temui, terus juga buruan mandi, sudah waktunya kita semua bersiap-siap."

Esta menghampiri Embun yang badannya membelakangi orang-orang disekitar dengan berpura-pura sedang merapikan jilbab hitamnya.

"Ayo kita jalan, kamu berdiri di sebelah kakak ya seperti tadi." Ucap Esta.

Esta kembali mengedipkan matanya kearah Esta dan mereka berjalan membungkuk di depan semua orang yang dilewatinya. Ibu sekilas memperhatikan Embun, namun Embun mempercepat langkah kakinya ke arah pintu belakang.

***

Bersambung.

AKD

Apakah yang akan dilakukan Esta jika melihat keluarga yang dianggap saudara yang diagung-agungkan keluarganya Toro itu? Apakah mereka ada disana sehingga Esta berhasil melakukan misinya? Dan apa yang dikatakan Esta kepada Toro sebagai adik iparnya?

| Like

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status