Part ini mengandung baku hantam, Kakak. Jangan lupa votenya.🤩
PART 27
Pov Raka
"Apa kamu lihat-lihat?!" sentak ibu sambil melempar tatapan galak pada Mirna. Gadis itu tersentak kaget, kemudian buru-buru menghampiriku.
"Abang habis gajian, ya?" tanyanya dengan suara manja sambil bergelayut di pundak kananku.
"Ehm ... iya, Sayang," jawabku sedikit terbata. Ibu menatap sengit ke arah aku dan Mirna.
"Kenapa kamu tanya-tanya Raka gajian, Mirna?" tanya ibu sinis.
"Lho, memangnya nggak boleh, ya? Aku kan sekarang istrinya Bang Raka." Mirna memprotes pertanyaa
PART 28POV RAKA"Apa-apaan kalian mindah-mindahin barang-barang saya?!" sentakku pada beberapa karyawan yang tengah sibuk mengeluarkan meja kerja, serta kursi dan beberapa benda lain yang selama ini melengkapi ruangan kerjaku."Maaf, tapi kami hanya menjalankan perintah, Pak," jawab salah seorang dari mereka."Mulai sekarang, bukan di situ lagi ruang kerja Anda, Pak Raka. Besok akan ada GM yang baru, dan dia tak mau ada jejak Anda sedikit pun di ruangan."Aku sontak menoleh ke belakang. Di sana, berdiri Pak Brahma, laki-laki pecundang yang sok kuasa."Apa mak
Part 29Pov Nirmala"Halo?" sahut suara di seberang sana."Halo, Pak Brahma?""Yap.""Ada yang ingin saya bicarakan mengenai perjanjian yang Bapak kirim ke saya," ujarku."Silakan.""Mengenai ... uang bulanan," ucapku ragu."Kurang?""Oh, tidak ... tidak. Bukan begitu. Malah saya merasa itu terlalu banyak."
PART 30POV RAKAMelangkah keluar dari bekas ruang kerjaku, hati ini diliputi kemarahan yang sarat terhadap Nirmala.Bagaimana tidak? Surat dari pengadilan itu tiba bertepatan pada hari jabatanku di kantor diturunkan. Dan gilanya lagi, calon mantan istriku sendiri lah yang ternyata menggantikanku.Permainan macam apa sebenarnya yang Nirmala dan Brahma rencanakan untukku? Ada kerjasama apa di antara mereka berdua? Jika melawan mereka sendiri, tentu aku akan kalah telak dan berakhir menjadi pecundang.Seharusnya aku memang tak perlu heran terhadap gugatan cerai wanita itu. Hanya saja egoku benar-benar terpukul saat ini. Ibarat
Oleh-oleh Perjalanan Dinas Suamiku"Blugh!"Mas Raka menjatuhkan diri di atas tempat tidur. Aku yang berdiri di depan pintu kamar sambil menggeret koper sisa perjalanan dinasnya, hanya menggeleng-gelengkan kepala."Pulang-pulang langsung 'ngebo', Mas?" ucapku sambil melangkah masuk."Mas capek banget, Sayang ...," keluhnya dengan suara serak."Ya sudah tidur aja dulu. Istirahat, biar nanti bisa ... ehem-ehem."Aku mengerlingkan mata padanya. Setelah seminggu berpisah karena Mas Raka harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, tentunya aku sang
PART 2Kurogohkan tangan ke dalam saku celana Mas Raka dengan jantung berdebar kencang. Terasa olehku sebuah benda berbentuk pipih yang pastinya adalah ponsel Mas Raka.Kutarik cepat benda tersebut, kemudian menjatuhkan celana jeans Mas Raka begitu saja ke atas lantai. Kubawa benda itu duduk di tepian tempat tidur.Aku pun mulai mencoba membuka layar ponsel dengan menggunakan password yang kuingat, yaitu tanggal lahir Kayla. Dan untung saja Mas Raka masih belum merubah passwordnya.Setelah layar terbuka, dengan gerakan cepat tanganku bergerak menelusuri setiap aplikasi yang ada di dalam ponsel suamiku.Mulai dari galeri Whats
PART 3"Mbak Yah, bapak sudah kasih pakaian kotor sisa perjalanan dinasnya?" tanyaku saat memasuki dapur dan mendapati asistenku itu sedang memasukkan helai demi helai pakaian kotor dalam mesin cuci."Ini, Bu. Baru saja dianter ke sini," jawab Mbak Yah.Mataku terarah pada tumpukan pakaian kotor milik Mas Raka yang sudah bercampur dengan milik Kayla di atas keranjang cucian.Aku kemudian membungkuk, mencari-cari sebuah benda berwarna merah. Tapi nihil. Aku meluruskan punggung, kemudian menghela napas panjang. Entah dikemanakannya benda itu oleh Mas Raka."Ibu cari sesuatu?" tanya Mbak Yah. Rupanya ia sedang memperhatikanku. A
PART 4Aku mengamati sejenak sekelilingku sebelum keluar dari kendaraan. Setelah menarik napas beberapa kali, aku akhirnya keluar dan berjalan menuju pintu masuk utama gedung perkantoran tempat Mas Raka bekerja.Meski kedua tungkaiku terasa lemas, tapi aku berusaha membuat langkahku terlihat tetap tegak berjalan.Siapa pun yang berada di posisiku saat ini, kujamin dadanya pun akan berdebar hebat diiringi gelegak amarah yang nyaris membuat kepala seperti hendak meledak.Amarah dari seorang istri yang kesetiaan dan pengabdiannya dikhianati.Amarah seorang wanita yang hendak menangkap basah suaminya sendiri bersama perempuan lai
PART 5"Biadab kalian semua!" teriakku lantang dengan napas menderu demi menyaksikan apa yang terlihat di depan mata.Sepasang manusia laknat itu tampak sangat terkejut hingga Mas Raka refleks mendorong gadis di pangkuannya itu dengan kasar hingga ia terjatuh ke lantai.Mas Raka buru-buru berdiri. Menatapku dengan mata melotot seperti sedang melihat hantu.Wajah laki-laki yang masih bergelar suamiku itu kini tampak seputih kertas. Pucat seperti mayat, seakan tak ada lagi darah yang mengaliri wajahnya."N-nirmala!" serunya terbata."Iya, Mas. Kenapa? Kaget melihat aku di sini?" Kujawab dia seraya melangkah masuk. Terdengar olehku derap langkah-langkah kaki di belakang.Para staf bawahan Mas Raka serentak maju, ingin melihat langsung apa yang tengah berlangsung di dalam sini.Kuhampiri Mas Raka yang terlihat gemetaran. Langkahku berhenti tep