Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejora memegang tangan besar Mike sepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.
Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mike saat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.
Mike masih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejora sampai mencapai klimaksnya.
“Sayang,” panggil Mike dengan mata yang masih memandang ke depan.
“Heum?” Kejora menunggu kelanjutan perkataan Mike.
“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu …,” bisiknya lirih.
Kejora tercenung men
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Siapa yang kamu sedang dekati, Andro?” Suara bass sang Ayah menginterupsi pria muda yang tengah memasuki rumah itu. Dia memandang sang ayah yang terlihat begitu mengintimidasi saat ini. Bukan karena apa-apa, namun pria itu tak mau melihat sosok yang paling dibencinya itu. Baru kali ini, pria yang berstatus ayahnya itu mempertanyakan keadaannya. “Memangnya kenapa? Anda tak pernah peduli kepada saya sebelumnya,” sanggah pria itu sambil menatap tajam sang ayah yang terbilang memiliki duplikasi wajah seperti dirinya. Dia membenci jika harus melihat wajah yang sayangnya dia tak bisa mengubah bentuk wajah yang terkutuk itu. Dia memilih untuk melewati sang Ayah tanpa harus bersikap sopan, dia sudah terbiasa melakukannya. “Kamu boleh mendekati gadis manapun, mau itu ningrat atau pelacur sekalipun. Namun, jangan kamu lanjutkan hubunganmu dengan gadis itu, Kejora.” D
Semuanya akan indah pada waktunya. Kata-kata yang selalu Kejora ingat saat dirinya bersama dengan ibunya, pergi mengunjungi sang kakek yang berada di Belanda. Saat itu juga ibunya menangis tersedu sedan, mengadu soal kehidupannya yang menyiksa di kota Utrecht, Belanda. Saat itu dirinya hanya bisa melihat tanpa memahami ucapan orang-orang dewasa di sekitarnya. Yang ia tahu, kakeknya selalu begitu baik padanya dan menyayanginya sepenuh hati. Kejoraterbangun dari tidurnya, dia merasakan kepalanya begitu nyeri bukan main saat ini. “Akh!” Dia mengerang sembari memegangi kepalanya yang terasa seperti dihantam batu besar sampai-sampai saat bangun pun tubuhnya limbung. Kakinya menapaki lantai yang dingin, namun matanya tak sanggup terbuka. Rasanya kepalanya siap pecah dan terberai dengan gaya gravitasi yang semakin menarik tubuhnya merosot. Dia sudah tak kuat! Kejoraberusaha keluar dari rumah kecilnya,
Hal yang lumrah bagi orang yang ditolong adalah berterima kasih. Sayangnya, Kejoramalah tertidur karena terkena efek obat yang diminumnya dan Andromeda tak mau berlama-lama dan bersusah payah menunggui Kejora. Dia sudah membayar seluruh biaya yang dibutuhkan untuk wanita itu, setidaknya dia tahu bahwa nama wanita itu adalah Kejora. Cukup sampai situ saja. Karena ponselnya berdering hebat semakin cerewet, itu artinya dia benar-benar akan kembali bertengkar dengan ayahnya di kantor. Kejoratak berpikir apa-apa selama tidurnya. Dia mengerjapkan matanya kian perlahan, mencoba menyadarkan dirinya yang sudah tertidur entah berapa lama. Yang jelas, dia merasa tubuhnya sudah lebih baik untuk saat ini. Tangannya dirasa kebas, saat dia berusaha untuk duduk, saat itu juga matanya melihat tangan kanannya yang ditusuk jarum infus. Baiklah, ini tak lucu. Dia sampai diinfus begini. “Sudah bangun?” Dari samping, entah kapan so