Share

Pria Lumpuh

"Aaaaaaa!!"

Aku tidak memperdulikan jeritan kerasku yang memenuhi tempat penuh dosa yang dinamakan klub malam ini. Suara teriakan para pria yang mengikutiku di belakang menyuruhku untuk berhenti berlari tak pernah kuidahkan. Aku Terus Berlari mencari jalan keluar untuk bisa pergi dari tempat terkutuk ini.

"Minggir!! Minggir!! Oh tidak maaf." Aku mendorong orang-orang yang menghalangi jalanku. Dan meminta maaf kepada mereka ketika aku tak sengaja mendorongnya sampai jatuh.

"Hei, berhenti!!!!"

Aku menoleh ke belakang dengan kaki Kecilku Yang terus Berlari menjauh. Kulihat pria-pria besar itu tampak kesulitan mengejarku. Aku sampai tak sadar jika telah keluar dari tempat itu dan kini menelusuri trotoar jalan raya.

Sepertinya Tuhan telah memberiku keberuntungan karena berhasil lolos dari lelaki tua yang telah membeliku. Namun sepertinya Hidupku Masih belum bebas Karena kini orang-orang lelaki tua itu terus mengejarku di belakang sana. Sebenarnya ada banyak orang di sekelilingku setiap kutemui aku meminta mereka untuk menolongku. Namun nyatanya tidak ada seorangpun yang mau menolong gadis berbaju lusuh serta dandanan jelek di wajahku. Melihatku dikejar para pria besar mereka justru menghindar menolak untuk menolongku.

"Huft! Huft! Ke mana aku harus pergi? Ini di mana?" Aku berbicara sendiri merasa kebingungan pada tempat di mana aku kini berada. Aku berhenti sejenak menghirup nafas sebanyak-banyaknya, setelah berlarian cukup jauh. Aku tidak tahu arah pulang ke rumah Nyonya Merry. Aku tidak memiliki ponsel ataupun uang. Lalu bagaimana aku bisa melindungi diriku sendiri dari kejaran pria besar itu?

"Berhenti gadis bodoh!!"

Deg!

Suara teriakan orang-orang itu membuatku tersentak jika aku belum terbebas dari bayang-bayang mengerikan yang akan menimpaku. Ketika mata bulatku berkeliling, tak sengaja kulihat ada sebuah mobil yang terparkir di depan sebuah minimarket dengan pintu samping terbuka. Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk ke dalamnya. Segera kututup pintu mobil agar para pria besar itu tidak melihatku. Kepalaku kutundukkan seraya memegang erat pintu mobil. Berharap mereka tidak akan bisa membawaku jika sampai melihatku disana.

"Dimana gadis sialan itu?! Payah kalian!! Cari gadis kecil saja gak becus! Tuan akan sangat marah pada kita! Cepat cari semua tempat!" amuk salah seorang dari mereka.

Samar-samar kudengar suara mereka yang kebingungan mencariku. Aku tidak berani melihat keluar, jika sampai mereka melihatku ada di dalam mobil ini Aku tidak tahu lagi bagaimana nasibku selanjutnya. Aku tidak mau bertemu dengan pria tua dengan mulut bau rokok menjijikkan itu. Lebih baik aku mati ditelan buaya ketimbang harus menemaninya. Nyonya Merry sungguh sangat keterlaluan! Tega sekali dia menjualku seperti itu! Aku tidak akan pernah memaafkannya.

"Cepat cari di sana!"

Suara mereka Terdengar menjauh. Aku memberanikan diri mengintip dari balik pintu mobil. Tubuhku langsung merosot ke bawah, saat melihat mereka telah pergi. Dadaku bergerak naik turun, diiringi nafas lega setelah berlarian cukup jauh. Mataku terpejam dengan menyandar di kursi.

"Eh?"

Tiba-tiba aku dibuat terkejut, ketika mobil yang ku tumpangi bergerak pergi. Sontak ku lebarkan mataku. Aku menoleh ke samping.

Deg!!

Pandanganku secara langsung bertemu dengan sepasang mata tajam. Jantungku terasa berhenti ketika menatap sesosok pria dengan berbalut pakaian serba hitam duduk tepat disampingku.

Kurasakan aura dingin menguar disekelilingku. Mata hitam nan tajam itu masih terus menatapku penuh intimidasi. Mata yang sarat akan kegelapan.

'Kenapa ada orang semenyeramkan ini? Dia lebih menakutkan daripada Pria Tua tadi.' batinku dengan tubuh bergetar takut. Menelan ludah dengan susah payah.

"Hei, kau siapa?!"

Suara dari depan menyentakku dari pikiranku sendiri. Aku menoleh dan melihat seorang yang tadi menyetir mobil menatapku dengan raut wajah tak kalah menakutkan. Aku semakin tak mampu bergerak.

"Kenapa diam?! Kau siapa Nona?! Kenapa bisa masuk ke mobil ini?!" Serunya kembali bertanya. Sebelum aku bisa menjawab, kurasakan mobil telah berhenti di pinggir jalan. Laki-laki yang awalnya duduk di depan kini telah keluar dan membuka pintu mobil sampingku.

"Cepat keluar!"

"Ma-maaf Tuan. Saya tidak bermaksud lancang. Tadi saya dikejar orang jahat. Saya terpaksa masuk kedalam sini untuk bersembunyi." Cicitku. Memberi alasan sejujurnya agar orang itu tidak salah paham padaku.

"Orang jahat? Apa kau sedang bermimpi Nona? Tidak ada orang jahat disini. Kau masuk kesini tanpa ijin. Seharusnya kau tidak berada disini."

" Saya tidak punya tempat tinggal tuan. Orang yang sudah merawatku telah menjualku pada orang jahat itu. Saya bingung harus ke mana. Saya terpaksa masuk ke sini supaya orang-orang jahat itu tidak menemukan saya." Ujarku. Air mataku hampir luruh mengingat perlakuan mereka terhadapku.

" Kalau begitu kembalilah ke keluargamu."

" Saya tidak punya keluarga Tuan."

" Astaga." Pria itu berdecak kesal, namun juga terlihat bingung atas perkataanku.

Tuk tuk!

Atensi kami yang sedang berdebat tiba-tiba teralihkan oleh suara ketukan besi di belakangku. Aku menoleh dan melihat pria disampingku tengah menuliskan sesuatu di sebuah benda persegi canggih. Lalu tak berapa lama, pria itu mengangkat benda itu dengan wajah sangat datar.

JALANKAN MOBILNYA. BIARKAN DIA DISINI.

"Tapi Tuan, dia harus pergi dari mobil ini. Bagaimana nanti jika Nyonya Besar tahu?"

Kulirik dengan ekor mataku, pria itu kembali menulis di Ipad. Kedua alisku langsung berkerut dalam.

DIA AKAN IKUT KE MANSION. JANGAN BANYAK BERTANYA!!

"B-Baik Tuan David." Setelah mengatakan itu, pria tadi langsung menutup pintu mobil dan kembali ke tempatnya duduk di depan. Aku yang masih tidak mengerti maksud dari pria di sampingku hanya bisa terpaku di tempatku. Bertanya-tanya dalam hati untuk apa dia membawaku bersamanya.

"Maaf tuan, mengapa Anda mengizinkan saya ikut bersamamu? Kemana kita akan pergi?" Tanyaku hati-hati. Aku tidak mengenal mereka, Lalu kenapa aku harus ikut dengannya?

Bukan Sebuah Jawaban yang kuterima tapi justru kediaman pria itu yang semakin membuatku bingung. Kenapa dia tidak bicara sama sekali? Kenapa dia hanya menggunakan benda canggih itu untuk mengungkapkan keinginannya? Apakah mungkin dia .....bisu?

~

Aku hanya bisa berdiri mematung memandangi rumah mewah didepan mataku. Bagaikan istana di cerita dongeng. Rumah itu sangat luas dengan dikelilingi Tanah kosong yang ditumbuhi berbagai pohon dan tanaman hias. Rumah bercat putih bergaya khas Eropa dengan sentuhan klasik tercetak di setiap pilar-pilar berdiri kokoh di setiap sudut tempat. Seumur-umur Baru kali ini aku menyaksikan rumah yang begitu indah.

"Silahkan Tuan."

Aku menoleh ke belakang dan melihat pria yang duduk di sampingku Tengah dibantu untuk duduk di sebuah kursi roda. Aku tercengang beberapa saat, bukan hanya mulutnya Yang tidak mampu berbicara, namun juga kaki pria itu yang tidak bisa berjalan. Pria itu ternyata lumpuh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status