Share

Berjaga Semalaman

"B-baik."

Perlahan langkah kakiku mendekat. Ku dongakkan kepala, memberanikan diri melihat ke arah Tuan David. Pria itu masih saja duduk dikursi rodanya tanpa melakukan apa-apa. Aku berpikir sejenak. Sekarang sudah pukul 9 malam. Melihat makanan berserakan, kemungkinan Tuan David menolak untuk makan malam? Mungkinkah dia tidak mau makan disini? Atau karena sekarang sudah cukup malam, lelaki itu ingin beristirahat? Jika salah menyebutkan keinginannya apakah aku akan diusir dari tempat ini? Haduh, bagaimana ini.

Namun sedetik kemudian, aku menyadari jika salah satu tangannya tengah memegang sebuah benda selain Ipad. Mataku menyipit melihat itu.

Pyarrr!!

Tubuhku terlonjak kaget saat gelas berisi air dilempar ke dinding begitu saja. Serpihan kacanya jatuh tak jauh dari tempatku berdiri. Bahkan benda itu hampir mengenai lenganku. Mungkin jika melesat 3 centi ke kiri, mungkin tanganku akan berdarah-darah seperti dahi pelayan itu? Hah, kenapa aku bisa bertemu lelaki temperamen seperti Tuan David sih? Aku cabut ucapanku tentang sikap baiknya itu!

"Jangan membuat Tuan David menunggu." Tegur Elard masih dengan wajar datar.

'Sialan sekali orang disamping Tuan David itu. Tinggal bicara seenak jidatnya! Harusnya jika Tuannya sedang butuh sesuatu, dia ikut mencari jawabannya. Bukan malah membuat suasana makin tegang seperti ini' Umpatku dalam hati.

Aku melangkah maju. Semakin mendekati Tuan David. Kudengar sayup-sayup para pelayan dibelakangku saling bergumam.

"Apa yang dia lakukan? Kenapa malah mendekati Tuan David?"

"Apa dia mau cari mati? Astaga..."

Ocehan mereka tidak menyurutkan niatku. Aku telah berdiri tepat didepan Tuan David. Sangat dekat, hingga aku mendorong tubuhku kedepan hingga wajah kami hampir bersentuhan. Aku bisa merasakan nafas hangatnya menerpa wajahku.

"Apa yang dia lakukan?! Beraninya dia sedekat itu dengan Tuan David. Dasar pelayan bodoh!" Umpatan demi umpatan makin terdengar jelas. Aku tentu saja tidak peduli.

Sekarang bahkan aku sudah bertatatapan dengan mata hitam gelap itu. Jantungku rasanya seperti roller coaster. Aku sangat takut tapi tidak mampu kuungkapkan. Hanya melihat mata tajamnya saja, aku hampir mati! Ya Tuhan, bantu aku.

"I-ini Tuan."

Aku menarik tubuhku setelah berhasil mengambil sebuah kacamata yang tergeletak di nakas dibelakang Tuan David. Aku langsung memberikan benda itu pada Tuan David.

Setelah melihat ada buku di tangan Lelaki itu, aku berpikir jika Tuan David ingin membacanya. Mungkin saja ia butuh kacamata?

Suasana hening.

Apa aku telah melakukan kesalahan? Apa aku sudah keliru?

Eh?

Sedetik kemudian, kacamata yang ada ditanganku telah berpindah tempat. Tuan David telah mengambilnya. Aku melihat lelaki itu sedang memasang benda itu di atas hidung mancungnya. Apa itu artinya.....

"Kerja bagus. Tuan David memang ingin membaca. Kalian yang sudh bertahun-tahun disini kenapa bisa tidak mengerti hal seperti ini? Sekarang bersihkan semua kekacauan ini." Perintah Elard seraya mendorong kursi roda Tuan David menuju tempat tidur.

Bahuku tiba-tiba ditepuk seseorang. Aku menoleh ke belakang. Cello tampak mengacungkan dua jempol padaku, bibirnya tersenyum senang. Matanya berbinar seolah bangga padaku.

"Kami permisi Tuan David. Tuan Elard."

Para pelayan berpamitan pergi. Hal itu langsung membuatku tersadar jika aku juga harus pergi.

"Tunggu Pelayan Viona. Kamu masih harus tinggal disini." Tegur Elard. Lelaki itu telah selesai membaringkan Tuan David. Kini lelaki itu mendekat padaku. Kulihat Cello dan pelayan lain sudah pergi meninggalkan kamar. Ada masalah apa lagi ya?

"Iya Tuan? Ada yang perlu saya lakukan?"

"Ya. Kamu disini. Berjaga sampai Tuan David tertidur, kalau nanti tiba-tiba Tuan David membutuhkan sesuatu, kamu bisa memberikannya." Ucap Elard tanpa beban.

'Sampai Tidur?! Aku harus menunggu lelaki itu tertidur begitu? Perintah macam apa itu?'

"Kenapa kamu keberatan?"

"Ti-tidak Tuan Elard. Saya akan disini." Balasku cepat. Pasrah saja. Sepertinya memang sulit hidup ditempat ini. Aku harus lebih bersabar dan membutuhkan banyak kerja keras. Tidak masalah bagiku daripada harus berkeliaran diluar sana tanpa arah tujuan. Yang ada aku bisa bertemu para pria jahat itu lagi. Aku bergidik ngeri membayangkannya.

"Kalau begitu aku pergi dulu."

"Baik Tuan."

Tuan Elard telah pergi menyisakan diriku dan Tuan David yang tengah sibuk membaca buku diatas ranjangnya. Kulihat lelaki itu sangat fokus dengan apa yang ia lakukan. Jika kubaca dari judul buku itu, sepertinya bergenre horor. Lihat saja judulnya 'Kutukan Villain'. Ah, buku itu membuat bulu kudukku berdiri. Kenapa Tuan David menyukai bacaan mengerikan seperti itu? Apa dia bisa tidur setelah membacanya? Aku saja pasti akan terbayang-bayang terus oleh setiap adegan menakutkan didalamnya.

Huaahhh!

Aku mencoba menutup mulutku yang menguap karena rasa kantuk yang kian mendera. Kakiku sudah mulai kesemutan karena berdiri sejak 2 jam yang lalu. Aku selalu melirik kearah tempat tidur. Lelaki itu masih saja setia membaca buku favoritnya. Justru semakin membuatku kesal.

Lampu kamar telah berganti temaram. Hanya satu lampu didekat nakas yang masih menyala. Aku melirik jam. Sekarang hampir pukul setengah 12 malam. Pandanganku kian menyipit kearah depan dimana sosok lelaki menyebalkan itu berada. Kapan dia akan berhenti membaca buku??!

Gerakan diatas tempat tidur mengalihkan perhatianku. Tuan David ternyata sudah selesai membaca buku itu. Lelaki itu menarik selimutnya untuk menutupi tubuh atasnya. Tanpa memberikan perintah lelaki itu mulai memejamkan mata.

Aku menghela nafas pelan. Tugasku akhirnya selesai sekarang. Aku berniat kembali ke kamar pelayan.

Tuk Tuk!

Aku tersentak mendengar suara ketukan kayu. Aku menoleh dan melihat Tuan David sudah kembali membuka mata. Dari sorot matanya seolah sedang membutuhkan sesuatu. Lebih baik aku mendekat padanya.

"Iya Tuan, ada yang bisa kubantu?"

Lelaki itu mengambil Ipadnya dan menuliskan sesuatu. Aku menunggu dengan sabar.

Apa mungkin Tuan David ingin makan? Atau ingin meminum sesuatu?

Makanan yang dibawa pelayan saja di buang begitu saja tadi. Sekarang Tuan David pasti lapar. Kenapa tidak dari tadi saja bilangnya? Sekarang para pelayan pasti sudah istirahat dikamar mereka masing-masing. Bergelung nyaman dengan selimut tebal dan bermimpi indah. Sedangkan diriku, justru masih begadang menunggu bayi besar tertidur. Eh, maksudnya Tuan David.

TURUNKAN KAKI SAYA.

Eh?

"Tuan mau kemana? Jika mau sesuatu aku bisa ambilkan. Tuan disini saja." Aku berusaha menawarkan diri membantunya.

Dia kembali menulis di Ipad.

JANGAN BANYAK BICARA. CEPAT TURUNKAN KAKI SAYA!

'Astaga, dia ini manusia apa batu kali? Keras kepalanya minta ampun.' pikirku kesal.

"Baik Tuan. Saya bantu ya."

Aku terpaksa menuruti keinginannya. Bukankah Elard memintaku agar memenuhi setiap permintaan lelaki ini. Sekarang aku tahu, apa gunanya aku disini sampai semalaman suntuk. Rupanya Tuan David lebih banyak tingkah kalau malam datang.

"Sudah Tuan. Tuan mau naik kursi roda?" Tanyaku memastikan.

Lelaki itu menggelengkan kepala. Tanpa kuduga, ia melingkarkan tangannya di pundakku. Sedangkan tangan satunya sedang mengetik sesuatu di Ipad.

ANTAR SAYA KE KAMAR MANDI.

"Oh Tuan David mau pipis ya??"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status