BrakkkNathan membanting kasar pintu mobilnya. Pria itu turun dari mobil—dan melangkah masuk ke dalam apartemen pribadinya yang ada di Kawasan Park Avenue. Tampak raut wajah Nathan memendung kekesalan. Hari-harinya begitu sial setiap kali bertemu dengan Aubree. Keanehan, kegilaan, semua hal yang menyakut gadis itu membuat kepalanya nyaris pecah. Seperti tadi kala Aubree datang ke kantornya; gadis itu membuat masakan seperti membuat racun. Bagaimana bisa ada masakan dengan rasa seperti itu? Sungguh, apa sebenarnya kelebihan yang dimiliki gadis itu? Hanya lahir dari keluarga kaya sama saja tidak memiliki kelebihan apa pun!Dan hari ini Nathan memutuskan tidak pulang ke mansion kedua orang tuanya. Bukan tanpa alasan tapi Nathan tidak mau ayah atau ibunya menanyakan perkembangan hubungannya dengan Aubree. Lebih tepatnya Nathan enggan mendengar nama itu lagi. Hari ini dia sudah muak bertemu dengan Aubree yang menunjukan segala kegilaan gadis itu. Dia tidak mau sampai harus kembali mendenga
Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kota Manhattan. Aura wajah dingin, dan terselimuti ketegasan terlihat di wajah tampan pria itu. Pandangan lurus ke depan fokus pada hamparan jalanan yang luas. Ya, hari ini Nathan terpaksa menggantikan kakaknya meeting dengan beberapa rekan bisnis keluarganya. Tak ada pilihan lain, dia pun tak bisa untuk mangkir dari meeting penting ini. Saat mobil sport yang dilajukan Nathan mulai memasuki lobby The Mark Hotel. Pria itu turun dari mobil seraya memberikan kunci mobil di tanganya pada petugas valet. Tampak para staff hotel menyapa Nathan dengan ramah. Pun Nathan mengangguk singkat merespon para sapaan para staff hotel. Detik selanjutnya, Nathan menuju ruang pertemuan di mana rekan bisnis keluarganya sudah menunggu dirinya.“Selamat pagi, Tuan Nathan.” Ruben—rekan bisnis Nathan menyapa kala Nathan memasuki ruang meeting. Pria itu langsung mengulurkan tangannya, menjabat Nathan. “Pagi, Tuan Ruben.” Nathan menyambut jabatan tan
“Apa kau cemburu, hm?”Nada sensual, dan seksi itu berada tepat di depan bibir Nathan. Napas Aubree menerpa kulit pria itu. Namun, sayangnya Nathan tak tergoda. Pertanyaan Aubree membuat aura wajah Nathan tampak menyeramkan. Sepasang iris mata cokelat Nathan terhunus begitu tajam pada iris mata hijau Aubree.“Hentikan kekonyolanmu, Aubree Randall! Aku tidak mungkin cemburu! Kau saja yang tidak waras memakai pakaian tidak sesuai tempat di mana kau datangi! Kau sedang bekerja bertemu dengan rekan bisnismu bukan ingin menjual tubuhmu!”Nathan berbicara dengan begitu sarkas. Ya, penampilan Aubree bisa dikatakan nyaris telanjang. Punggung gadis itu terekspos. Belahan dada pun terekspos. Satu lagi, panjangnya dress yang dipakai Aubree sangat minim. Entah gaya busana apa yang dipakai Aubree. Menghadiri meeting seperti ingin ke pesta di klub malam.Aubree mengangkat bahunya tak acuh. Jika banyak orang akan tersinggung mendengar ucapan Nathan, lain halnya dengan Aubree. Di mata Aubree perkataa
Aubree mengulas senyuman anggun nan menawan di wajah cantiknya—kala mobil Nathan meninggalkan mansionnya. Ya, setelah Nathan mengantarnya pulang; pria itu langsung menuju ke perusahaannya. Sebenarnya hari ini Aubree masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantor. Namun Nathan mengantarkannya pulang dengan alasan pakaiannya seperti orang yang telanjang. Well, Aubree tahu kalau Nathan cemburu jika banyak pria yang menatapnya. Hanya saja Nathan masih terlalu gengsi untuk mengatakan langsung padanya. Tak masalah, bagi Aubree mengatakan atau tidak sama saja. Nathan akan tetap menjadi miliknya.Kini Aubree melangkan kakinya memasuki mansion miliknya. Namun, tiba-tiba langkah Aubree terhenti kala melihat sosok wanita muda dengan pakaian formal kantor membungkukan kepalanya pada dirinya. Ya, itu adalah Elida—asisten pribadi Aubree.“Noan Aubree,” sapa Elida dengan sopan pada Aubree.“Ada apa kau ke sini? Bagaimana perusahaan?” tanya Aubree dingin dengan sorot mata tegas pada sosok asi
“Apa kau yang meminta ayahku untuk aku menggantikannya di meeting dengan Gera Wales?”Suara Nathan bertanya dengan begitu dingin. Aura kekesalan di wajahnya begitu terlihat. Ya, kini Nathan dan Aubree tengah berada di dalam mobil. Hari ini Nathan diminta oleh Arthur—ayahnya untuk menggantikan meeting. Dan kehadiran Aubree datang ke kantornya membuat kecurigaan Nathan. Dia yakin kalau Aubree yang meminta ayahnya agar dirinya menghadiri meeting ini.“Jika kau sudah tahu maka tidak perlu lagi dibahas. Kau tahu kalau aku selalu ingin didekatmu.” Aubree menatap dingin serta tersirat memendung kekesalan pada Nathan—yang tengah melajukan mobil. Aura rasa kesal akibat cemburu begitu terlihat di wajah Aubree. “Lebih baik kita membahas pembicaraan kita. Tadi kau menghindar dariku, Nathan. Pembicaraan kita belum selesai.”Nathan mengumpat dalam hati. Dugaannya benar. Dia yakin kalau memang ini adalah akal-akalan Aubree. Gadis itu pasti meminta Arthur—ayahnya untuk menggantikan meeting. Andai sa
“Aw—” Aubree meringis kala Nathan mengoleskan salep ke pergelangan kakinya yang kram. Ya, kini Aubree berada di sebuah ruangan di perusahaan tempat dia dan Nathan memiliki meeting penting. Awalnya, Nathan ingin membawa Aubree ke rumah sakit namun Aubree menolak karena ini hanyalah luka ringan bukan luka berat.“Nathan pelan-pelan. Kau ingin mematahkan kakiku, ya?” Bibir Aubree mencebik sebal. Nathan mengoleskan salep seperti ingin mematahkan pergelangan kakinya.“Diamlah … jangan berisik,” tukas Nathan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Pria itu terus mengoleskan salep ke pergelangan kaki Aubree. Lebih tepatnya Nathan tak memedulikan rintihan Aubree yang meringis kesakitan.“Tuan Nathan … Nona Aubree …” Gera Wales—rekan bisnis Nathan dan Aubree menghampiri Nathan dan Aubree. Sebelumnya Gera telah mendapatkan laporan dari sekretarisnya tentang kejadian di lift. Itu kenapa Gera meminta sekretarisnya mengantarkan Nathan dan Aubree ke ruangan kosong.Nathan dan Aubree mengalihkan pa
“Selamat pagi, Nona Aubree.” Seorang pelayan menyapa Aubree yang baru saja keluar dari kamar.“Pagi,” jawab Aubree dingin, dan raut wajah tanpa ekspresi.“Nona Aubree … Nyonya Delina sudah menunggu Anda sarapan,” ujar sang pelayan memberitahu dengan sopan pada Aubree.Aubree menganggukan kepalanya. Aubree tak mengatakan sepatah kata pun. Dia langsung melenggangkan kakinya memasuki ruang makan. Tampak pagi ini Aubree begitu cantik dan cerah dengan balutan dress berwarna kuning dengan motif bunga kecil.“Morning, Mom.” Aubree menyapa ibunya seraya memberikan kecupan di pipi ibunya itu.“Morning, Sayang,” jawab Delina hangat.Saat Aubree duduk di kursi meja makan, para pelayan langsung menghidangkan makanan kesukaan Aubree. Tentunya itu adalah menu makanan sehat. Aubree tak sembarangan dalam memilih makanan. Aubree memiliki jadwal khusus kapan dirinya bisa makan bebas. Bisa terhitung dalam satu minggu hanya satu atau dua kali Aubree bisa makan bebas. Itu pun tetap dalam batas tertentu. M
“Nona Aubree?” Cedric menyapa dengan sopan kala Aubree baru saja keluar dari lift, dan melangkah menuju ruang kerja Nathan.“Aku ingin bertemu dengan Nathan,” jawab Aubree dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi.Cedric terdiam beberapa saat. Sebelumnya Cedric memang sudah mendengar dari Tuannya kalau hari ini Aubree akan datang. Itu kenapa Cedric tak terkejut melihat kehadiran Aubree. Lagi pula selama ini memang Aubree sering datang tanpa memiliki janji lebih dulu dengan Nathan. Cedric sudah sangat hafal sifat dari calon istri Tuannya itu.“Tuan Nathan ada di ruang kerjanya, Nona. Beliau baru saja selesai meeting,” jawab Cedric sopan.“Thanks.” Aubree melangkah dengan anggun memasuki ruang kerja Nathan. Cedric dan dua sekretaris Nathan yang ada di sana mereka langsung membungkukan badan mereka kala Aubree sudah berjalan menuju ruang kerja Nathan.“Nathan.” Aubree membuka kenop pintu Nathan. Tampak senyuman di wajah Aubree terlukis kala melihat Nathan yang tengah fokus pada M