Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
“Kau akan menikah denganku, Nathan.”Suara Aubree berkata dengan cukup tegas dan penuh penekanan pada pria yang bernama Nathan yang ada di hadapannya ini. Sepasang iris mata hijau gadis itu menatap manik mata cokelat Nathan. Ini hal yang mungkin konyol bagi banyak orang, tapi tidak bagi Aubree. Di pesta jamuan makan malam yang diadakan keluarganya ini, Aubree kembali dipertemukan dengan Nathan.Enam tahun lalu Aubree pernah bertemu dengan Nathan. Pria itu berhasil membuat Aubree jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dan dulu Aubree pernah mengatakan kalau takdir kembali mempertemukan mereka, maka Nathan memang ditakdirkan untuknya. Akan tetapi, sayangnya ketika Aubree mengutarakan apa yang ada di pikiran dan hatinya pada Nathan, pria itu malah tak mengindahkan ucapannya.Nathan mengembuskan napas kasar menatap sosok gadis yang berdiri di hadapannya. Dia jengah mendengar ucapan gadis gila ini. Bahkan Nathan sampai harus menyingkir dari pesta agar sedikit menjauh dari kerumunan banyak oran
“Lihat aku, Nathan. Kau yakin tidak mau menikah denganku? Tidakkah kau tertarik dengan tubuhku?”Suara Aubree berbisik sensual di telinga Nathan, berusaha menggoda pria yang ada di hadapannya. Tatapan Aubree tak lepas menatap manik mata Nathan seolah dirinya telah tenggelam dalam keindahan manik mata pria itu. Degup jantungnya berpacu begitu keras, seakan melompat dari tempatnya. Jarak Aubree dan Nathan begitu dekat dan intim. Bahkan rasanya Aubree tak ingin menghentikan hari ini. Anggap saja dia gadis yang tak waras. Aubree tak peduli. Selagi Nathan ada di dekatnya maka apa pun akan Aubree lakukan.Nathan mengembuskan napas kasar mendengar ucapan gila sosok gadis di hadapannya. Sejenak, Nathan terdiam menatap lekat-lekat manik mata hijau Aubree. Sebenarnya gadis di hadapannya ini memiliki paras yang cantik. Nathan tak akan menampik akan hal itu. Aubree memiliki anik mata hijau yang indah, rambut pirang tergerai panjang, wajah cantik dan mulus tanpa noda sedikit pun. Bahkan ketika kul
Aubree duduk di sebuah ruang keluarga di mansion megah bersama dengan ibunya serta rekan bisnis dari keluarganya itu. Lima tahun lalu Aubree telah kehilangan ayahnya. Dan kini dia datang ke rumah salah satu rekan bisnis dari mendiang ayahnya. Tampak para pelayan sejak tadi mondar-mandir mengantarkan makanan dan minuman serta menyajikannya ke atas meja. Terlihat Aubree duduk dengan anggun. Balutan gaun berwarna hijau dengan model tali spaghetti membuat Aubre terlihat memukau. Senyuman hangat dan menawan selalu Aubree lukiskan kala ibunya tengah membahas bisnis dengan rekan bisnis keluarganya itu. “Aubree, tunggu sebentar ya, Sayang. Putraku masih ada di jalan. Dia pasti sebentar lagi akan datang,” ujar Bianca—ibu dari pria yang dijodohkan untuknya.Hari ini adalah hari di mana Aubree menemui pria yang akan dijodohkan dengannya. Mungkin jika banyak gadis yang menolak perjodohan, lain halnya dengan Aubree. Terlihat Aubree yang sangat bersemangat dan begitu bahagia di pertemuan ini.“Tid
Nathan duduk di kursi kebesarannya seraya memijat pelan pelipisnya. Sesaat pria itu memejamkan mata lelah ketika mengingat beberapa hari lalu dirinya baru saja menyetujui perjodohan konyol. Kala itu Nathan terjebak dan tersudut. Dia tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuanya yang menjodohkannya pada Aubree. Dan sekarang, kepala Nathan nyaris pecah memikirkan dirinya akan menikahi gadis aneh yang selalu saja mengusik hidupnya itu.Saat keluarga Aubree mengadakan pesta, Nathan hanya menggantikan orang tuanya yang berhalangan hadir. Andai saja Nathan tahu di pesta yang dia datangi itu akan membuat hidupnya ketimpa kesialan, maka Nathan lebih memilih untuk tidak menghadiri pesta itu.“Tuan Nathan.” Cedric—asisten Nathan—melangkah masuk ke dalam ruang kerja Nathan seraya membawa dokumen di tangannya.Nathan menatap dingin Cedric yang ada di hadapannya. “Ada apa, Cedric? Jangan menggangguku,” tukasnya kesal.“Maaf, Tuan, tapi saya membutuhkan tanda tangan Anda,” ujar Cedric dengan sopa
Nathan mengusap wajahnya kasar. Kepalanya nyaris pecah mengingat hari ini dirinya harus menemani Aubree memilih cincin pernikahan. Gadis aneh dan tidak waras itu telah sukses membuat hidup Nathan seakan mendapatkan kesialan bertubi-tubi. Sialnya gadis itu berani mengambil gambar mereka dalam keadaan dirinya yang terlelap. Demi Tuhan, jika saja Nathan bisa, sudah pasti Nathan melenyapkan gadis aneh itu dari muka bumi ini.Sejenak, Nathan mengatur napasnya, berusaha menurunkan emosi yang terbendung dalam dirinya. Kini Nathan tengah memikirkan cara bagaimana membatalkan hari ini. Tentu saja Nathan malas jika harus menemani gadis aneh itu hanya demi memilih cincin pernikahan yang tidak jelas.“Nathan.” Bianca melangkah masuk ke dalam kamar Nathan. Refleks, Nathan mengalihkan pandangannya kala mendengar suara ibunya.“Mom?” Nathan menatap ibunya yang mendekat padanya.“Sayang, kau tidak lupa, kan? Hari ini kau harus pergi bersama dengan Aubree memilih cincin pernikahan kalian.” Bianca beru