Share

My Destiny
My Destiny
Author: AR_Merry

Part 1

Novel ini sedang dalam revisi. Kalian bisa menambahkan dulu ke daftar pustaka.

“Lissa ,,, ingat pesan Ayah. Selesai kuliah kamu harus pulang,” ucap Hasan tegas.

“Emang mau ada apa sih, Yah?” tanya Melissa penasaran.

“Kamu tidak ingat kata Ayah tempo hari?” Hasan terlihat menggeleng, “Masa masih muda udah pikun sih Sa,” Hasan tersenyum geli.

Prankk

Sendok di tangan Melissa pun terjatuh ke piring. Melissa teringat pembicaraan Hasan dengan dirinya kemarin, tentang perjodohan yang telah Sang Ayah rencanakan.

“A-ayah serius? Lissa kan masih kuliah, Yah?” tanya Melissa dengan nada terbata dan memelas.

Hasan menatap putri kesayangannya dengan tatapan tegas. “Ayah sudah bilang 'kan ke kamu dan itu tidak akan bisa berubah.” jawab Hasan, mutlak.

"T-tapi Yah?"

Hasan mengisyaratkan dengan gelengan kepala yang menandakan ia tak boleh membantah.

Melissa Saraswati, merupakan salah satu mahasiswi di fakultas bisnis yang baru saja berusia dua puluh satu tahun. Lissa begitu panggilan kesayangan dari Hasan untuknya. Terlahir sebagai anak bungsu dari Hasan Firmansyah dan Sukma Liyana dan mempunyai seorang Kakak laki-laki bernama Riko Firmansyah(28).

"Bun," Melissa mengalihkan pandangan ke arah Sukma dengan harapan mendapat bantuan. 

Tapi saat Bundanya menggeleng dan mengulas senyum, sudah cukup menjadi tanda bahwa dirinya tak boleh mengelak. Melissa pun mengambil sendoknya dan bergegas menghabiskan sarapannya.

“Lissa berangkat ya, Yah,” Lissa menghampiri Ayahnya untuk mencium punggung tangan Sang Ayah dan begitu juga kepada Bundanya. “Lissa berangkat ya, Bunda,”

“Hati-hati Nak,” pesan Hasan.

Melissa pun menggangguk dan memberikan senyuman.

Hasan dan Sukma tampak terlibat obrolan tentang rencana pertemuan keluarga yang sudah disepakati sejak dua hari yang lalu oleh dua keluarga. Tentunya kesepakatan itu hanya untuk orang tua tanpa melibatkan anak.

“Memang tidak bisa di undur Yah, rencana pernikahannya?” tanya Sukma.

Hasan menutup koran yang ia baca. Tersenyum dan berkata dengan nada lembut, “Tidak bisa Bun, menurut Ayah ini waktu yang tepat. Walau nanti Lissa sudah menikah, ia tetap bisa melanjutkan kuliah dan menggapai cita-citanya.”

“Ibu terlalu takut Yah. Bukannya apa, Lissa suka jadi keras kepala sama orang baru. Ibu takut nanti dia mengecewakan keluarga Pak Joni,” ucap Sukma dengan nada kekhawatiran di sana.

Hasan meraih kedua tangan Sukma. Meremas dengan lembut dan memberikan penjelasan yang mampu menenangkan perasaan istrinya. Sebenarnya bukan Sukma saja yang punya ketakutan seperti itu. Hasan pun merasakannya. 

*

Suasana hati Melissa pagi ini begitu buruk. Langkah kakinya terasa berat dan wajahnya terlihat begitu suram mengingat ucapan Sang Ayah yang mampu menghancurkan moodnya. 

“Mel,” panggil Mita. Mita mengerutkan dahinya ketika sahabatnya tak merespon panggilannya dan Melissa terlihat aneh. Ia pun mencubit pipi kanan Melissa karena merasa gemas, hingga sang punya pipi terjengit.

“Aduh! Lo ngapain  nyubit pipi Gue? Sakit tahu?” ringis Melissa.

“Salah sendiri Gue panggil enggak nyahut!” jawab Mita enteng. “Ah ,,, By the way gue ngelihat Lo aneh banget sih seharian ini. Lo ada masalah? Kenapa?” desak Mita.

“Nggak pa-pa, kok. Cuma ada masalah dikit. Masih bisa Gue atasin,” ucap Melissa berbohong. 

“Tapi kok gue ngerasa aneh ya? Kayak ada yang beda gitu,” menatap Melissa dari ujung rambut hingga kaki. Lalu ia berkata, “Ada bau-bau yang tidak lazim gitu.”

“Biasa aja bambank!!!” Melissa menoyor kepala Mita. “Gue cuma kurang tidur kok. Ini juga gara-gara Lo sih! Sok-sok an nyuruh gue nonton film horror sendirian. Kan tidur Gue jadi gak nyenyak. Berasa kayak di kejar hantu di film itu.” protes Melissa dengan menggebu-gebu. 

Mita melongo, bukan karena masalah tidur. Hanya saja, di benaknya sedang berfikir keras, sejak kapan ia menyuruh Melissa nonton film horror?

Ini gue yang amnesia atau dia yang aneh sih? Dari orok juga gue tahu dia gak bisa nonton film horror sendirian. Dan tadi apa dia bilang ? Gue nyuruh  dia nonton ?

Ckckck ,,,,

Emang kapan gue pernah nyuruh dia gitu? Ada yang nggak beres nih! Mana gak mau ngaku lagi.

Begitu banyak pertanyaan di benak Mita, namun saat tersadar ia tak mendapati Melissa di sekitarnya. Ia terlihat menoleh kanan kiri, memastikan keberadaan Melissa. Zonk, gadis itu kabur entah ke mana.

Melissa langsung saja kabur dari hadapan sahabatnya ketika sadar dengan kebodohan yang baru saja ia lakukan. Ia tampak terengah-engah  karena berjalan secepat mungkin untuk lari dari serbuan pertanyaan sahabatnya yang mempunyai jiwa kepo akut.

Brukk ,,,,

Kedua manusia jenis kelamin itu tiba-tiba saling bertabrakan. Mereka  sama-sama mengusap dahi dan lengannya. Manusia berjenis laki-laki  yang tak lain adalah mahasiswa terpopuler dengan predikat ‘Playboy’ di kampusnya. Rendy Arya Pratama (23) yang merupakan salah satu mahasiswa semester akhir di manajemen bisnis. Laki-laki itu menatap sengit kepada Melissa yang dengan sengaja menabraknya.

“ Lo jalan gak pake mata ya?! Nabrak orang sembarangan!!! Ahh ,,, gue tahu. Lo ingin cari perhatian ke Gue?  Iya, ngaku aja Lo!?” ucap Rendy panjang lebar dengan percaya diri.

Melissa melongo, tak percaya dengan serentetan kalimat yang dilontarkan Rendy kepadanya.

“Gue jalan pake kaki. Bukan pakai mata. Lo juga, udah tahu ini bukan jalan umum. Pake acara nabrakin orang lagi!” jawab Melissa sengit. “Atau ,,, Jangan-jangan Lo yang sengaja nabrakin gue?” Melissa membalikkan pertanyaan ke Rendy.

Mendengar jawaban Melissa membuat Rendy kesal dengan mata membola. "Lo yang salah kok malah nyolot sih!!"

"Beraninya cuma sama perempuan! Dasar Playboy cap kadal!" seru Melissa tanpa rasa takut. 

Rendy pun tersenyum miring, berjalan mendekat ke arah Melissa dengan gaya sok percaya diri.

Melissa memasang antisipasi ketika menyadari jarak antara dirinya dan Rendy semakin dekat. Apalagi dari sudut mata, ia melihat beberapa mahasiswi mulai memerhatikan dirinya.

"Aww ...sialan!!" pekik Rendy dengan kencang saat Melissa dengan cepat menginjak kakinya. "Dasar ..." ucapan Rendy menggantung di udara mendapati Melissa yang sudah kabur dari hadapannya.

Rendy tampak tertatih karena kakinya terasa nyeri akibat injakan kencang dari Melissa.

'Sialan! Baru aja putus, udah dapet sial.' gerutu Rendy dalam hati.

Hari ini Rendy baru saja memutuskan pacar yang baru saja kemarin menyatakan cinta. Itu pun dikarenakan Sang Mama yang meminta. Entah kenapa akhir-akhir ini Sang Mama selalu ingin tahu nasib percintaannya dengan perempuan. 

“Kakak gak apa-apa?” tanya Nita yang terlihat cemas, mencari perhatian.

“Gue gak apa-apa,” jawab Rendy datar.

Rendy  pun berlalu begitu saja. Tak menanggapi keberadaan Nita yang berniat mencari perhatiannya.

Dasar itu cewek ! Awas aja kalau ketemu lagi! Berani-beraninya dia injek kaki Gue!

Rendy berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. Malam ini Sang Mama akan mengajaknya datang untuk acara keluarga yang tidak Rendy tahu. 

*

Melissa merasa hidupnya hari ini sangat kacau. Sering melamun dan tidak fokus pada mata kuliah ataupun sekitarnya. Bayangan akan suatu pernikahan melintas silih berganti seperti kaset rusak yang berputar-putar tak jelas.

Beberapa menit yang lalu, sang ayah mengirimkan pesan bahwa beliau sedang di perjalanan menuju kampus di mana ia kuliah. Membuat gadis itu merasa semakin tertekan.

'Oh Tuhan? Apa tidak ada takdir yang lebih baik daripada pernikahan?' gumam Melissa dalam hati.

Tin ... tin ...

Melissa yang telah menunggu di dekat gerbang kampus langsung menghampiri mobil Sang ayah yang baru saja datang. 

"Sore, Yah," Melissa mencium punggung tangan Hasan sebelum memakai seatbelt dan duduk dengan benar.

"Ada yang mau dibeli atau nggak?" tanya Hasan basa-basi.

Melissa menggeleng dan memilih menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. 

Sesampainya di rumah, Melissa di kejutkan  dengan sosok laki-laki yang sedang bersama sang Bunda di dapur. Tanpa basa-basi ia pun berlari dan berteriak memanggil laki-laki yang tak lain adalah Kakaknya. Sukma pun hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak gadisnya.

“Aaaaaa ,,,,, Kak Riko!” Melissa pun menghambur ke arah Riko.

Riko mengeratkan pelukan adik manisnya itu dan mengecup puncak kepala Lissa.

“Baru aja sebulan  Dek, kamu heboh kayak gini,” goda Riko.

Melissa memukul punggung Riko dengan salah satu tangannya. Riko pun hanya tertawa geli. Adiknya selalu saja seperti ini. Menggemaskan.

“Kakak kok gak bilang kalau mau pulang? Lissa kan mau minta oleh-oleh,” ucap Melissa seraya mengurai pelukannya.

Riko mencubit hidung Lissa, dan si empunya memekik.

“Kakak, ih pasti suka cubit-cubit!” protes Melissa. Ia mengusap hidungnya yang terasa nyeri.

“Kamu itu Dek, udah gede juga masih saja manja. Sana, lihat di kamar Kakak! Mungkin ada beberapa barang yang kamu sukai.”

“Beneran?” pekik Melissa menatap Riko dengan berbinar.

“Iya, sana ambil di koper merah ya?” Melissa pun mencium pipi Riko dan langsung beranjak ke kamar kakaknya.

Riko tersenyum geli melihat sifat adiknya yang masih saja manja. Padahal sebentar lagi akan menikah. Sebenarnya ia sangat kaget saat Hasan memberi tahu rencana perjodohan yang melibatkan adiknya ini.

“Kamu istirahat sana Kak nanti malem tamunya agak lama loh,” ucap Sukma lembut.

“Nanti dulu, Bun. Riko masih kangen Bunda,” sahut Riko pelan.

“Kapan bawa calon mantu pulang?"

Bersambung ....

Hai, perkenalkan ini tulisan pertama aku di GoodNovel. Silahkan ikuti akun F@cebookku Merry Anna untuk mengetahui update-an bab terbaru ya. 

Jangan lupa tinggalkan komentar ya Kakak  dan berikan ulasan bila kamu menyukai cerita ini. 

Terima kasih.

AR_Merry

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Anaknya yg co blm nikah malah anaknya yg ce dipaksa nikah. Gmn sh kesannya kok egois bgt yah? Bknnya dimn2 tuh sang ayah ndak rela menikahkan anak gadisnya
goodnovel comment avatar
Mariana Lorenza
GoodNovel makin keren! semangat terus Kak merry
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status