Share

Part 2

Riko menatap takjub ke arah Melissa yang saat ini telah selesai di rias, dan memakai dress batik selutut berwarna merah muda. Polesan make up natural membuatnya terlihat memesona, seperti putri dalam negeri dongeng.

Apa tidak berlebihan? Jawabannya adalah tidak, karena penampilan Melissa  saat ini sungguh memesona dari berbagai sisi. Siapa pun yang melihatnya akan terpikat karena aura yang memancarkan dari wajah polosnya. 

“Kenapa Kak? Ada yang aneh ya?” tanya Melissa salah tingkah karena diperhatikan Riko sejak tadi.

“Enggak kok. Malah Kakak merasa kamu itu sebenernya cantik banget kalau mau dandan kayak gini,” puji Riko, tulus.

Pipi Melissa bersemu dan menambah kesan manis. Apalagi senyum manis yang saat ini tersungging di bibirnya, yang membuat Riko tidak tahan ingin memberikan cubitan.

Ceklek ...

“Sudah siap, Nak?" tanya Sukma seraya menghampiri Melissa. 

“Sudah, Bun,” ucap Melissa gugup.

“Ya sudah, ayo turun. Keluarga Pak Joni sudah datang loh,” 

"Lissa ke kamar mandi dulu ya, Bunda. Kakak sama Bunda duluan aja.”

“Jangan lama-lama ya, Sayang,” pesan Sukma yang diangguki Melissa.

Melissa kembali mondar-mandir di depan pintu kamar mandi yang berada di sebelah kamarnya. Sebenarnya ia tak ingin ke kamar mandi. Hanya saja kegugupan saat ini terasa berbeda dengan yang lain. Biasanya segugup apa pun, Melissa bisa mengendalikan diri dengan baik. 

'Gini amat sih rasanya mau ketemu calon mertua dan calon suami? Aku tidak bisa membayangkan menikah dengan orang asing yang bahkan belum pernah aku temui,' gumam Melissa dalam hati.

Setelah merasa lebih tenang, Melissa berjalan menuju ke ruang tamu, di mana ada dua orang lain selain keluarganya. Melissa mengerutkan dahi ketika mendapati hanya dua orang saja di sana. Ia pun mendadak gugup dan gemetar saat Hasan yang menyadari kehadirannya, mulai mengeluarkan suara.

“Lissa, salim dulu sama Pak Joni dan Bu Ningrum.”

Melissa mengalihkan pandangan ke arah pria  dan wanita paruh baya di sebelahnya. Lalu dengan sopan mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Di sana wanita yang bernama Ningrum itu terpesona pada Melissa.  Ningrum tak segan-segan berdiri dan memeluknya.

“Kamu cantik banget, sayang,” puji Ningrum.

“Terima kasih Tante,” Melissa tersenyum sopan.

“Kok Tante? Panggil Mama ya?” ucap Ningrum penuh harap.

Tubuh Melissa menegang. Kegugupan yang sempat reda, kini kembali datang. Gadis dua puluh satu tahun itu menatap kedua orang tuanya untuk meminta persetujuan. Saat mendapati anggukan dari ayah dan Bundanya, Melissa tahu apa yang harus ia lakukan.

“Ma-Mama,” panggil Melissa dengan gugup.

“Good, itu baru anak cantik. Kamu harus jadi mantu Mama secepatnya.  Biar Mama nggak kesepian di rumah.” ucap Ningrum bersungguh-sungguh. 

'Glek ... Menantu?? I-ini bukannya aku yang mau ni ...

Ya ampun!!! Sepertinya aku melupakan sesuatu '

"Kamu sekarang kuliah semester berapa, Sayang?"

"Ehm, semester tiga t ... Ma," 

Ningrum tersenyum Melissa mulai memanggilnya Mama. 

"Nanti biar dijemput Rendy aja tiap pagi, biar bisa bareng ke kampus," ucap Ningrum yang membuat Melissa bingung. "Menurut Mas Hasan dan Mbak Sukma bagaimana?" Ningrum menatap ke arah Hasan dan Sukma tanpa melepaskan tangan Melissa yang berada dalam genggamannya. 

"Boleh-boleh saja asal tidak merepotkan Nak Rendy," jawab Hasan.

"Mas Hasan tenang saja. Rendy biar saya yang mengurus," sahut Joni yang disambut tawa oleh Hasan.

Melissa sempat merasa malu mendapati Ningrum yang sejak tadi tak melepaskan tangan kirinya. Apalagi Riko menggodanya secara terang-terangan.

Tiba-tiba pikiran Melissa tertuju pada laki-laki yang akan menjadi calon suaminya. Sial! Melissa mulai memikirkan bagaimana wajah dan watak laki-laki asing yang akan jadi bagian dalam hidupnya kelak.

'Kenapa nggak dateng-dateng ya? I-ini bukannya aku yang ngarep sih, tapi ...masa iya dia nggak nongol pada pertemuan pertama? Nggak gentle  banget,' gerutu Melissa.

Karena larut dalam lamunannya  ia tak sadar bahwa telah datang satu sosok laki-laki yang saat ini duduk di sebelah Joni. Laki-laki yang memakai hem batik senada dengan dress Melissa malam ini. 

“Lissa ,,, Ayo sapa calon suamimu!”

Melissa meneguk ludah. Tiba-tiba saja ia merasa gugup. Kedua tangannya meremas erat satu sama lain. Ia mengangkat wajah dan mengalihkan pandangan ke arah di mana laki-laki berada dan ....

Deg ...

Deg ...

Deg ...

Deg ...

Kedua jantung manusia berbeda jenis kelamin yang saling menatap itu berdebar kencang seperti habis lari marathon. Pertemuan ini terasa seperti mimpi bagi mereka. Baru tadi siang mereka terlibat perdebatan sengit di kampus dan kini kembali bertemu sebagai calon pengantin.

Wajah Melissa yang tadinya terlihat cantik merona, kini berubah menjadi pias dan memucat. Tak berbeda jauh dengan Rendy yang terlihat syok dan terpesona dalam waktu bersamaan. Terkejut dengan apa yang ia lihat kini.

'Ini gadis yang tadi nginjek kaki aku kan? Ah, BINGO! Ternyata kamu ya? Melissa Saraswati? Nama yang bagus, meskipun kelakuannya gak secantik namanya. Aku akan buat kamu klepek-klepek,' gumam Rendy dalam hatinya.

“Ayo Lissa, salim sama calon suami kamu," titah Hasan kemudian.

'Oh My God ... Ca-calon suami? Yang benar saja!! Cowok Playboy ini calon suamiku? Hellow? Apa kata dunia nanti? Aaaaaaa .... aku bisa gila kalau nikah sama dia. Mana mantan pacarnya aja segudang!' gerutu Melissa dalam hati.

“Lissa ...” Lagi-lagi suara Hasan membuyarkan lamunan Melissa. Gugup dan syok, itulah yang terlihat jelas di wajah keduanya. Namun itu di salah artikan oleh ke empat orang tua di sana. Mereka di anggap masih malu-malu. Padahal bukan itu yang terjadi.

Suasana menjadi hening, hanya dentingan alat-alat makan di meja berukuran sederhana di rumah Melissa. Mereka tampak fokus dengan makanannya.

Berbeda dengan Melissa, ia terdiam menatap piring yang masih berisi makanan di hadapannya. Duduk di sebelah Rendy membuatnya jengah. Pasalnya dari tadi Rendy sangat sopan menanggapi pertanyaan dari orang tuanya, berbeda seratus persen dengan yang ada di kampus.

Dan yang paling tak masuk akal, kedua orang tua Melissa begitu menyukai Rendy. Tak segan-segan memuji ataupun memberi nasehat.

'Kok dia berasa punya dua kepribadian ya ? Kalau Ayah tau dia suka gonta ganti pacar di kampus apa aku tetap mau di jodohkan sama dia?Ahh ...itu ide bagus ,, tapi orang dia tadi bilang pernah gak pernah pacaran kok ke Ayah. Ihh ,,,, ini laki-laki memang mulut  buaya! Seisi kampus juga tahu kalau hampir seluruh mahasiswi pernah jadi pacarnya. Trus kalau mereka tau aku yang jadi istrinya ... gimana?Bangun Lissa! Kamu sudah berharap menjadi istrinya?

Glek ,,,,

Kayaknya bentar lagi bakalan kiamat. Oh Tuhan! Aku kan belum sempat jalan-jalan ke luar negeri! Masih banyak Drama Korea yang belum aku lihat juga. Lalu aku belum bertemu idola-idola aku. Aku rasa sebentar lagi bakalan gak waras!' gerutu Melissa dalam hati. 

Melissa semakin menganga di saat rencana pernikahan pun sudah menjadi topik pembicaraan di pertemuan malam ini. Ia ingin kabur saja ke dunia lain  untuk menghindari ini semua.

*

Setelah pertemuan beberapa jam yang lalu, Melissa yang telah kembali ke kamarnya, meraba-raba kejadian yang mengejutkannya hari ini. Bagaimana bisa laki-laki Playboy kampus itu jadi calon suaminya? Ah, sepertinya Melissa lupa jika mertuanya sudah menyematkan cincin sebagai pengikat. Melissa meraba jemari kirinya yang terpasang sebuah cincin sederhana bermata berlian.

Cincin ini nyata. Bisa aku pegang dan saat ini ada di jari aku. Astaga! Aku takkan bisa menghindar lagi kali ini. Tapi, jika melihat Ayah dan Bunda yang dengan mudah menerimanya, mungkin aku harus mencoba. Bagaimanapun juga, aku nggak boleh mengecewakan Ayah dan Bunda lagi.'

Ya, sebelum Joni, Ningrum  dan Rendy pulang.  Ningrum menyematkan cincin berlian di jari manis Melissa. Cincin yang sudah Ningrum siapkan beberapa hari sebelumnya, tanpa sepengetahuan Rendy. Sebagai tanda lamaran. Atau bisa juga dikatakan sebagai pengikat. Ningrum sudah jatuh hati pada Melissa dan ia tak mau kehilangan calon menantu.

Melissa yang tampak lelah dengan aktivitasnya, di tambah acara jamuan makan malam yang membuat waktu istirahatnya berkurang, membuat ia mudah terlelap. 

Tak lama kemudian ada beberapa pesan dari nomer baru yang masuk ke ponselnya.

±6281259******

Selamat malam calon istri

Sudah tidur belum?

Besok aku jemput ya ,,,

Mama pengin kamu dateng ke sini

Jangan lupa dandan ya ,,,

Jangan lupa mimpiin aku ,,,

Di tempat lain, seorang laki-laki sedang terbahak-bahak ketika membaca kembali pesan yang baru saja ia kirimkan ke salah satu nomer baru di ponselnya.

Rendy menatap lama poto profil salah satu akun di pesan online milik-nya. Laki-laki itu tersenyum manis. Senyum yang jarang ia perlihatkan sejak kejadian itu.

Kini, hanya melihat poto saja senyum itu dengan mudah tersungging di bibirnya.

Kamu itu unik! Kayaknya aku bakal suka. Dan bukan hal yang sulit buat kamu jatuh hati kepadaku. Kita lihat saja, berapa lama aku membuatmu jatuh cinta ke aku. Gumam Rendy dalam hati'

"Kita lihat saja, akan jadi seperti apa perjodohan ini." Monolog Rendy.

Bersambung ....

*

Ikuti halaman f@cebook 'Kumpulan Novel AR_Merry'. Segala update cerita aku tampilkan di sana.

Terima kasih

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Ksh tau aslinya di kampus kayak apa susah yah? Juaranya cm melamun doank
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status