Kebahagiaan Jasmine semakin meningkat setiap harinya. Di kehamilannya yang kedua Jasmine melahirkan bayi perempuan lagi yang mereka beri nama Grizelle Clemira Jagat Paraduta. Sedikit rasa kecewa namun tak mengurangi rasa bahagianya. Dalam hatinya sebenarnya ia ingin memberikan cucu laki-laki untuk suami dan mertuanya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia tak perlu berlarut memusingkan hal itu karena orangtuanya dan mertuanya menerima putri keduanya ini dengan penuh rasa bahagia.
Dua tahun setelah Jasmine melahirkan Grizelle, ia kembali melahirkan buah hatinya. Kali ini Jasmine melahirkan seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aryan Gentala Jagat Paraduta. Lengkap sudah hidup Jasmine. Sekarang ini dirinya sudah memiliki tiga putri dan satu putra.
Setiap hari Monica mengusahakan agar bisa berkunjung ke rumah Jagat agar ia bisa bermain dengan cucu-cucunya. Jika di akhir pekan, ia akan mengajak Barmal untuk menginap di rumah anaknya itu.
Jagat memperhatikan Jasmine ya
Pria bertubuh tinggi tegap berjalan dengan tergesa. Pria itu tampak sibuk mengobrol dengan ponsel yang ia tempelkan di telinganya. Ia mengambil sebuah paper bag dari kasir lalu membawanya pergi.“Tuan, maaf.” Ucap seorang perempuan yang mengikuti langkah kaki pria itu. Merasa jika pria bertubuh tingi itu tak merespon ucapannya ia pun mencoba memanggilnya sekali lagi seraya memegang punggung pria itu. “Tuan, maaf, paper bag kita tertukar. Anda salah mengambil milik saya,” ucap perempuan itu.Pria itu pun membalikkan tubuhnya dan menghentikan sambungan telponnya. “Iya, ada apa?”Perempuan itu mengangkat unruk menunjukkan paper bag yang ia bawa. “Paper bag kita tertukar, Tuan. Anda mengambil milik saya.”“Ohh, maaf. Saya tidak sengaja.” Pria itu mengulurkan paper bag di tangannya kepada perempuan di hadapannya ini.“Tidak masalah.” Perempuan itu tersenyum seraya menukar paper bag
“Silakan duduk, Bu Monica.” Jasmine mempersilakan Monica untuk duduk saat mereka sudah berada di dalam ruang kerja Jasmine. Ruangan Jasmine tentu saja terpisah dari ruang para guru pengajar di bimbingan belajar ini. Ruangannya cukup luas, selain ada kursi kebesarannya dan meja serta dua tempat duduk di seberangnya, ruangan ini juga memiliki satu set sofa beserta mejanya. Di dalam ruangan ini juga memiliki kamar mandi.“Terima kasih, Bu Jasmine.” Monica duduk seraya mengamati ke sekeliling ruangan yang tertata rapi dan indah. “Ruangan Bu Jasmine rapi dan indah. Nyaman lagi,” ucap Monica.“Terima kasih pujiannya, Bu Monica,” ucap Jasmine.“Baik, sekarang Shagun ingin diajari tugas yang mana? Untuk hari ini Bu Jasmine sendiri yang membimbing Shagun belajar tapi untuk besok kamu mungkin bisa saja dibimbing oleh guru yang lain. Mengerti kan, Sayang?”“Mengerti, Kakak Jasmine,” sahut Shagun
Pagi hari Jagat harus meluangkan waktunya untuk mengantar Shagun ke sekolah. Meskipun sudah ada pengasuh yang selalu ada untuk mengasuh dan membantu setiap apa yang Shagun butuhkan.Dengan supir, Jagat mengantarkan Shagun dan pengasuhnya ke sekolah. Setelah itu barulah ia menuju kantornya.Sampai di kantor, Jagat langsung berjalan masuk ke ruanga kerjanya. Sepanjang jalan semua karyawan di kantornya menyapanya dengan hormat dan ia pun membalas dengan sedikit senyuman.Selama ini Jagat sudah dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, tegas dan disiplin. Ia juga tak suka banyak berbasa-basi dan sulit senyum. Sebagai anak tunggal dan pewaris dari Paraduta Grup, sedari kecil ia sudah dikenalkan oleh orangtuanya jika ia adalah pearis dari segala bisnis yang dimiliki oleh Paraduta Grup. Mungkin inilah alasannya ia menjadi pria yang tangguh, pekerja keras, bertanggung jawab dan disiplin dalam segala hal.“Selamat pagi, Pak Jagat.” Joana berdiri d
Jasmine memasuki tempat bimbingan belajar miliknya, saat di meja resepsionist Mira berdiri menyapa Jasmine seperti biasa.“Selamat soore, Bu Jasmine.”“Selamat sore, Mira.”“Ah, Bu Jasmine.” Ucap Mira sebelum Jasmine semakin jauh melangkah.“Ada apa, Mira?”“Anda sudah ditunggu sama Bu Anggun. Sepertinya Bu Anggun ingin mengeluhkan sesuatu pada Anda,” ucap Mira.“Mengeluh? Sekarang Bu Anggun ada di mana?” Dahi Jasmine mengerut mendengar ucapan Mira.“Masih mengajar di kelasnya.”“Kalau begitu setelah kelasnya selesai katakan padanya untuk segera menemui saya soalnya saya nggak akan lama di sini,” ucap Jasmine.“Baik, Bu.”Jasmine berjalan menuju ruangannya. Tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.“Masuk!” seru Jasmine. 
“Shagun, kamu bisa kerjakan yang ini kan?”Shagun hanya melihat guru les privatnya itu dengan pandangan datarnya, tidak hanya itu tapi ia juga tidak menjawab satu patah katapun pertanyaan dari guru lesnya itu.“Shagun, kamu dengar ucapan Bu Clara kan?” tanya Clara dengan berupaya sesabar mungkin menghadapi anak lesnya ini.“Aku nggak mau belajar.”“Loh kenapa, Shagun?”“Bu Clara galak,” sahut Shagun.Clara mendesah lelah. Ia sudah tak tahan lagi menghadapi sikap Shagun padanya. Sudah tiga kali pertemuan ini ia diabaikan seperti ini. Bukan hanya diabaikan tapi Shagun juga mengatainya galak padahal ia tak merasa membent
Makan siang romantis sudah terlaksana. Kini Jagat membawa Shagun menuju tempat bimbingan belajar Shagun.“Kamu tahu tempatnya di mana?”“Tahu, Pi,” sahut Shagun. Ia lalu menunjukkan arah jalan menuju JM Smart.“Ini tempatnya?” tanya Jagat saat ia menghentikan laju mobilnya di sebuah bangunan berlantai tiga.“Iya, itu JM Smart tempatnya Kak Jasmine. Ayo kita turun, Pi,” ajak Shagun antusias.“Iya pelan-pelan aja, Sayang. Jangan buru-buru. Biar Papi bukakan dulu pintu kamu” ucap Jagat.Jagat turun lebih dulu lalu mengitari mobil untuk membukakan pintu Shagun.Di dalam gedung JM Smart ada seorang perempuan yang tersenyum seraya berlari keluar dari gedung.“Bu Clara, ada apa Bu?” tanya Mira saat ia melihat Clara berlari melewati mejanya.Tak menjawab, Clara hanya terus berlari dengan susah payah karena ia menggunakan sepatu berhak tinggi.“P
Sampai di rumah Jagat terus merasa gelisah, ia bingung dengan apa yang sedang ia rasakan saat ini. setelah bertemu dengan Jasmine ia merasa tak henti gelisah.“Tuan, makan malam sudah siap.” Seorang pelayan menghampiri Jagat yang sampai saat ini masih melamun di ruang tengah.“Ya. Aku akan segera ke sana. Panggilkan Shagun juga,” ucap Jagat.“Baik, Tuan.” Pelayan itu pun pergi meninggalkan Jagat.Jagat meraup wajahnya dengan satu telapak tangannya. Ia lalu berjalan menuju ruang makan. Ia melihat meja makannya yang teramat besar menurutnya. Bagaimana tidak, di rumah ini ia hanya hidup berdua dengan putrinya dan setiap hari ia dan putrinya harus makan di meja makan yang bisa mencangkup sepuluh orang. Itu berarti masih ada delapan kursi yang kosong.“Papi,” sapa Shagun.“Ayo kita mulai makan malam, Shagun,” ucap Jagat. Ia mendudukan putrinya itu ke kursi yang biasa putrinya itu tempati
Jagat berjalan tergesa memasuki rumahnya setelah ia baru saja turun dari mobilnya. Bahkan sang asisten pribadinya pun juga merasa heran dengan tingkah Jagat.“Selamat sore, Tuan.” Sapa seorang pelayan saat ia sudah berada di dalam rumah.“Guru lesnya Shagun sudah datang?” tanya Jagat.“Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, Tuan.”“Sudah diberikan minum?”“Sudah, Tuan.”“Baiklah. Buatkan aku kopi dan antarkan ke ruang kerjaku.” Jagat berjalan menuju ruang kerjanya.Saat akan membuka pintu ruang kerjanya entah mengapa tubuh Jagat menegang dan jantungnya pun mulai berdetak tak beraturan hingga keringat dingin mulai keluar di wajahnya.Jagat membuka pintunya perlahan. Tepat saat ia membuka pintunya, tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Jasm