Jasmine memasuki tempat bimbingan belajar miliknya, saat di meja resepsionist Mira berdiri menyapa Jasmine seperti biasa.
“Selamat soore, Bu Jasmine.”
“Selamat sore, Mira.”
“Ah, Bu Jasmine.” Ucap Mira sebelum Jasmine semakin jauh melangkah.
“Ada apa, Mira?”
“Anda sudah ditunggu sama Bu Anggun. Sepertinya Bu Anggun ingin mengeluhkan sesuatu pada Anda,” ucap Mira.
“Mengeluh? Sekarang Bu Anggun ada di mana?” Dahi Jasmine mengerut mendengar ucapan Mira.
“Masih mengajar di kelasnya.”
“Kalau begitu setelah kelasnya selesai katakan padanya untuk segera menemui saya soalnya saya nggak akan lama di sini,” ucap Jasmine.
“Baik, Bu.”
Jasmine berjalan menuju ruangannya. Tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
“Masuk!” seru Jasmine.  
“Shagun, kamu bisa kerjakan yang ini kan?”Shagun hanya melihat guru les privatnya itu dengan pandangan datarnya, tidak hanya itu tapi ia juga tidak menjawab satu patah katapun pertanyaan dari guru lesnya itu.“Shagun, kamu dengar ucapan Bu Clara kan?” tanya Clara dengan berupaya sesabar mungkin menghadapi anak lesnya ini.“Aku nggak mau belajar.”“Loh kenapa, Shagun?”“Bu Clara galak,” sahut Shagun.Clara mendesah lelah. Ia sudah tak tahan lagi menghadapi sikap Shagun padanya. Sudah tiga kali pertemuan ini ia diabaikan seperti ini. Bukan hanya diabaikan tapi Shagun juga mengatainya galak padahal ia tak merasa membent
Makan siang romantis sudah terlaksana. Kini Jagat membawa Shagun menuju tempat bimbingan belajar Shagun.“Kamu tahu tempatnya di mana?”“Tahu, Pi,” sahut Shagun. Ia lalu menunjukkan arah jalan menuju JM Smart.“Ini tempatnya?” tanya Jagat saat ia menghentikan laju mobilnya di sebuah bangunan berlantai tiga.“Iya, itu JM Smart tempatnya Kak Jasmine. Ayo kita turun, Pi,” ajak Shagun antusias.“Iya pelan-pelan aja, Sayang. Jangan buru-buru. Biar Papi bukakan dulu pintu kamu” ucap Jagat.Jagat turun lebih dulu lalu mengitari mobil untuk membukakan pintu Shagun.Di dalam gedung JM Smart ada seorang perempuan yang tersenyum seraya berlari keluar dari gedung.“Bu Clara, ada apa Bu?” tanya Mira saat ia melihat Clara berlari melewati mejanya.Tak menjawab, Clara hanya terus berlari dengan susah payah karena ia menggunakan sepatu berhak tinggi.“P
Sampai di rumah Jagat terus merasa gelisah, ia bingung dengan apa yang sedang ia rasakan saat ini. setelah bertemu dengan Jasmine ia merasa tak henti gelisah.“Tuan, makan malam sudah siap.” Seorang pelayan menghampiri Jagat yang sampai saat ini masih melamun di ruang tengah.“Ya. Aku akan segera ke sana. Panggilkan Shagun juga,” ucap Jagat.“Baik, Tuan.” Pelayan itu pun pergi meninggalkan Jagat.Jagat meraup wajahnya dengan satu telapak tangannya. Ia lalu berjalan menuju ruang makan. Ia melihat meja makannya yang teramat besar menurutnya. Bagaimana tidak, di rumah ini ia hanya hidup berdua dengan putrinya dan setiap hari ia dan putrinya harus makan di meja makan yang bisa mencangkup sepuluh orang. Itu berarti masih ada delapan kursi yang kosong.“Papi,” sapa Shagun.“Ayo kita mulai makan malam, Shagun,” ucap Jagat. Ia mendudukan putrinya itu ke kursi yang biasa putrinya itu tempati
Jagat berjalan tergesa memasuki rumahnya setelah ia baru saja turun dari mobilnya. Bahkan sang asisten pribadinya pun juga merasa heran dengan tingkah Jagat.“Selamat sore, Tuan.” Sapa seorang pelayan saat ia sudah berada di dalam rumah.“Guru lesnya Shagun sudah datang?” tanya Jagat.“Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, Tuan.”“Sudah diberikan minum?”“Sudah, Tuan.”“Baiklah. Buatkan aku kopi dan antarkan ke ruang kerjaku.” Jagat berjalan menuju ruang kerjanya.Saat akan membuka pintu ruang kerjanya entah mengapa tubuh Jagat menegang dan jantungnya pun mulai berdetak tak beraturan hingga keringat dingin mulai keluar di wajahnya.Jagat membuka pintunya perlahan. Tepat saat ia membuka pintunya, tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Jasm
Hari cepat sekali berlalu hingga tanpa terasa kini sudah saatnya Jasmine kembali mengunjungi rumah Shagun untuk memberinya bimbingan belajar. Kali ini ia sengaja datang lebih awal untuk menghindari Jagat. Ia pikir jika ia datang di sore hari maka Jagat sudah pulang dari kantor lalu jika ia datang di siang hari seperti ini ia akan aman dan tak akan bertemu dengan papi dari murudnya itu.Begitu mobil Jasmine terlihat, security di rumah Jagat langsung membukakan pintu gerbang tinggi itu hingga ia bisa langsung masuk tanpa harus membunyikan klakson mobil terlebih dahulu.Seperti biasa, sebelum Jasmine sempat memencel bel pintu rumah, sudah ada satu pelayan yang menyambut kedatangannya di depan pintu.“Selamat siang, Bu Guru. Kebetulan Nona Shagun baru saja pulang dari sekolah,” ucap pelayan itu.Jasmine hanya tersenyum menanggapinya lalu ia berjalan memasuki rumah bersama pelayan itu.“Mau langsung ke ruang kerja Tuan besa atau mau tu
Jasmine duduk canggung bersama Jagat dan Shagun di ruang makan. Hanya ada mereka bertiga di ruang makan yang besar ini hingga ia merasa sangat cemas dan gelisah.“Silakan dimakan, Bu Jasmine.”Ucapan Jagat telah mengalihkan Jasmine dari pikiran buruknya.“I-iya,” sahut Jasmine. “Kak Jasmine nggak suka sama makanannya ya? Emang Kak Jasmine mau dimasakin lagi sama koki?” tanya Shagun.“Enggak, Sayang. Kak Jasmine suka kok,” sahut Jasmine dengan senyum masamnya.“Kalau gitu ayo dimakan. Makanku aja udah mau habis, punya Kak Jasmine kok masih utuh aja,” ucap Shagun.“Iya, ini juga mau dimakan kok.” Jasmine menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya. Dengan suyah payah ia menelan makanannya karena ia merasa risih dengan situasi ini. Entah apa yang ada di dalam pikirannya sebelumnya sehingga ia bisa menyetujui ajakan makan s
Ucapan Jagat terus saya terngiang di benaknya hingga membuat mood mengajarnya hari ini menjadi hilang dan akhirnya ia memutuskan untuk langsung pulang ke rumah setelah ia pulang dari rumah Shagun.“Jasmine, kamu udah pulang?” Mardina mengerutkan keningnya saat tak ada respon dari anak bungsunya itu.“Jasmine.” Sekali lagi Mardina memanggil anak bungsunya yang langsung berjalan menaiki anak tangga dan mengabaikannya.“Ha? Iya, Ma?” Jasmine menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya ke arah sang mama.“Kamu itu udah Mama panggil sampai dua kali loh, Sayang. Kamu melamun? Kamu lagi ada masalah?” tanya Mardina.Jasmine menurunkan kedua bahunya bahunya saat ia memutar arah tujuannya dan berjalan menghampiri sang mama yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah.“Muka kamu kok kelihatan lesu gitu? Kamu lagi ada masalah? Atau jangan-jangan kamu kecapekan gara-gara kerja sana-s
Hari ini hari sabtu, seperti biasanya Jasmine dan Benjamin terkadang menyempatkan waktu untuk joging di pagi hari saat akhir pekan seperti ini. Mereka berdua memanglah anak dan papa yang kompak.Dari pada Rosaline, si anak sulung dari Benjamin dan Mardina, Jasmine si anak bungsu malah lebih dekat dengan Benjamin. Jasmine sering menghabiskan waktunya dengan sang papa.“Udah yuk, Pa. Kita pulang,” ajak Jasmine. Saat ini mereka sedang joging di sekitar rumah mereka jadi tak perlu waktu yang lama atau perlu menempuh jarak yang jauh untuk mereka sampai di rumah.“Iya, Mama pasti udah buatkan kita jus jeruk,” ucap Benjamin.“Issh ... Papa salah. Kali ini kita nggak minum jus soalnya tadi malam aku udah pesen sama mama kalau pagi ini aku minta dibuatkan kolak kacang hijau,” ucap Jasmine.“Wah enak juga itu. Udah lama juga Papa nggak minum kolak kacang hijau. Biasanya kalau minuman yang di supermarket itu cum