“Tampannyaaa pria ini,” ucap salah satu suster perawat ruang kelas VVIP. Dia meraba-raba otot-otot perut Levi yang saat ini masih terbaring lemas tak sadarkan diri setelah dirawat di rumah sakit selama 5 hari.
“Ihh Evi kamu nakal, emangnya boleh kita pegang-pegang dia seperti itu?” suster lain yang ada di sebelahnya melerai perbuatan Evi yang tidak bisa menahan diri pada hasrat seksualnya.
“Mmmhhh,” desah Evi tak tahan sambil menggigit bibir bagian bawahnya. “Kalau gak ada yang tahu kan gak apa-apa Lena, dugh ini cowok kok ganteng banget sihh, jadi kepingin pegang itunya.”
Evi mengelus-elus paha Levi dari bawah ke atas yang saat ini hanya menggunakan celana dalam merk Calvin Klein sampai hampir mendekati batang kejantanannya.
“Evi ihh jangan, ayo cepat kita harus berikan dia pakaian, nanti dia masuk angin,” bisik Lena kepadanya yang juga mulai tak kuat melihat tubuh Levi yang terlalu sempurna. Bongkahan batangnya terlihat menonjol besar bahkan sewaktu pria itu masih tertidur pulas.
Baru kali ini dia melihat ada pria dengan tubuh sesempurna Levi, bahkan setelah dia tertabrak mobil dengan cukup keras tidak ada satupun dari bagian tulangnya yang retak. Dokter yang memeriksa Levi awalnya tidak percaya dengan hasil rontgen yang keluar, tapi setelah melakukan berbagai pengecekan dia yakin diagnosanya terhadap kesehatan tubuh levi sudah benar.
Laki-laki ini tak sadarkan diri karena dia sudah mengalami kejut traumatik, luka bagian dalam dan kehilangan cukup banyak darah. Tapi tubuhnya sendiri punya daya tahan dan pemulihan diri yang bagus untuk bisa selamat melewati masa-masa kritis itu. Dia diprediksi akan pulih dalam waktu 1 atau 2 minggu perawatan di rumah sakit.
Saat ini Evi sudah mulai menjamah pada batang kejantanan milik pria sempurna itu. Evi memegang batangnya tanpa keraguan, dia menggerak-gerakan jari jemarinya naik dan turun memaksa batang itu untuk bergerak lurus menuju puncak kenikmatan.
Batang itu berdiri kokoh, berurat, dan memiliki kepala berdaging yang kenyal menggairahkan.
“Evi cukup, jangan teruskan lagi, kamu sudah bergerak melewati batas,” ucap Lena tegas.
“Ahhh tapi Lena saya belum coba untuk mengulumnya, bentar lagi yah biarkan saya merasakan bongkahan dagingnya.”
Saat Evi mencoba untuk memakan batang kenikmatan milik pria itu, Lena segera menarik rambutnya agar tidak berani coba-coba untuk bertindak lebih jauh lagi mengganggu pasien yang seharusnya mereka jaga.
“Sudah ah sana keluar aja kamu, saya minta kamu untuk bantu tapi malah menyusahkan. Cepet pergi keluar sana sekarang juga.”
“Iyah iyah ihhh napa sih pelit banget, orangnya juga gak bakalan nolak kok di pegang-pegang ama cewek secakep Evi.”
Lena tidak mau mendengarkan lagi perkataan Evi, dia mendorong temannya itu keluar dari ruang perawatan, dan segera menutup pintunya dengan erat.
Setelah pintu ditutup Lena kembali melihat kondisi tubuh Levi yang masih setengah telanjang, hanya tersisa celana dalam yang sekarang bahkan tidak mampu menutupi batang kejantannya yang sedang mengeras karena ulah Evi sebelumnya.
Tonjolan batang kejantanan yang keluar dari dalam sarangnya membuat degap jantung Lena menjadi tak beraturan. Napasnya tertahan seraya air liurnya menahan gairah dan hasrat terpendam yang sejak tadi tidak tersalurkan.
Lena semakin merasa panas, tubuhnya bergelora meminta dia untuk memberanikan diri dan memangsa pria yang sedang tak sadarkan diri itu.
Lena jangan bisiknya tajam di dalam pikirannya, tapi hatinya berteriak meminta untuk memuaskan hasratnya.
*****
Hari ini genap 7 hari sudah Levi dirawat di ruang kelas VVIP. Terlihat sosok wajah tampan yang saat ini sedang tertidur pulas menikmati kedamaian.
“Pak Levi,” panggil suster Lena yang selalu setia merawatnya siang dan malam. “Sekarang waktunya Bapak untuk minum obat.”
“Ah, pagi Lena hari ini juga kamu terlihat cantik,” ucap pria tampan itu lembut membuat Lena menjadi sedikit salah tingkah menunduk malu. “Kemarilah berikan obatnya, saya akan memakannya bahkan apabila itu adalah racun yang akan membunuh saya.”
“Ihh Pak Levi ini bisa aja, selalu gombal seperti ini. Kayaknya Bapak lebih baik kembali pingsan aja nih, kalau udah bangun bahaya, nanti malah ada banyak anak gadis yang tersakiti lagi sama Bapak.”
“Lho emangnya saya salah yah kalau memuji dengan tulus, pujian itu doa lho Lena. Hahaha sudah-sudah, maaf tadi saya hanya bercanda, saya hanya ingin berkata terima kasih karena kamu dan tim dokter sudah menjaga saya selama dirawat di rumah sakit ini.”
“Gak kok Pak, ini kan memang sudah kewajiban kami selaku tenaga kerja medis di tempat ini, lagipula waktu itu keadaan Bapak memang cukup menghawatirkan. Dokter bilang Pak Levi ini beruntung bisa selamat dari kecelakaan itu, kalau orang lain yang tidak punya tubuh sekuat Pak Levi mungkin sudah jadi almarhum.”
“Hahaha bisa aja kamu Lena, jadi kapan saya bisa keluar dari rumah sakit ini?”
“Bentar yah Pak Levi nanti saya tanyakan dulu ke dokternya, tapi harusnya sih Bapak sudah bisa pulang kira-kira siang hari ini. Saya juga akan mengurus seluruh data administrasinya terlebih dahulu.”
“Oh iyah baiklah kalau begitu, sekali lagi saya mohon bantuannya, terima kasih Lena.”
“Iyah Pak, ayo sekarang Bapak sebaiknya beristirahat lagi, nanti setelah urus beberapa administrasi saya akan kembali lagi kesini.”
*****
“Pak Levi,” panggilan lembut dari Suster Lena membangunkan dirinya yang saat ini sedang tertidur pulas.
Levi terbangun dari tidurnya, “Ah Lena sudah jam berapa ini?” Tanya pria itu kaget setelah melihat sinar cahaya matahari yang sudah bersinar tinggi ke arah matanya.
“Sekarang sudah jam 12 kurang 10 menit.”
“Waduh saya tidak sadar sudah tertidur sampai selama ini, tolong bantu saya Sus, saya harus mandi dulu sebelum pulang dari rumah sakit ini.”
“Pak Levi maaf, tapi sepertinya saat ini ada tamu yang ingin bertemu langsung dengan Bapak.”
“Tamu, tapi siapa? Apakah Bunda Reyha? Atau anak-anak dari kampus?”
“Bukan Pak Levi, sebentar yah saya akan segera panggilkan mereka kesini.”
“Baiklah Lena, panggil saja mereka, saya akan menunggu disini,” jawabnya merasa sedikit penasaran dengan siapa yang ingin bertemu dengan dirinya di rumah sakit ini.
Di dekat pintu masuk ruang kamar VVIP tempat dimana Levi sedang dirawat terdengar percakapan antara Suster Lena dengan beberapa orang pria yang tidak dikenalnya. Tidak lama setelah itu Suster Lena kembali masuk ke dalam ruang perawatan dengan membawa masuk beberapa orang yang akan menjadi tamunya hari ini.
“Selamat pagi Pak Levi, kenalkan nama saya Carlos dan ini Tuan Baron Lee.”
Melihat ada dua orang pria yang berumur jauh di atasnya awalnya Levi terlihat sungkan, tapi setelah beberapa waktu dia mulai teringat dengan peristiwa 7 hari lalu yang mana telah membuatnya dirawat di rumah sakit ini.
Mendadak rona muka Levi terlihat berubah, dia menduga kalau tamu yang ada di hadapannya saat ini adalah para pelaku yang bertanggung jawab langsung atas kejadian buruk yang menimpanya.
“Apa yang kalian inginkan dari saya?” tanyanya tegas bernada tinggi.
“Pak Levi tolong bersabar,” pinta Carlos menenangkan. “Tuan Baron Lee, beliau telah sengaja datang kemari secara langsung untuk meminta maaf kepada Bapak atas kesalahan cucunya tempo hari.”Setelah diperkenalkan oleh Carlos, Tuan Baron Lee tersenyum kepadanya. Datang dengan maksud meminta maaf, tidak serta merta membuat kharisma dan wibawa yang dipancarkan oleh pria tua berumur 70 tahunan ini menghilang. Dia terlihat kuat dan punya pengaruh yang sangat besar kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.Levi berupaya menghargai pria tua tersebut. Dia menunggu sampai Pak Tua yang bernama Tuan Baron Lee itu berbicara kepadanya.“Levi Strikeheart, seperti yang dikatakan oleh Carlos, nama saya Baron Lee, saya adalah kakek dari Gita Indah Mutiara yang tempo hari tak sengaja menabrak Bapak.”Mendengar nama dari pelaku yang sudah menabrak dirinya tempo hari, Levi terlihat ma
“Levi, kemarilah nak, sepertinya ini ada surat yang datang dari kampus tempat kamu mengajar nak. Coba kemarilah dan ambil suratnya, Bunda harus mengambil beberapa baju dulu untuk dijemur.”“Surat dari kampus? Bentar Bunda, Levi kesana sekarang.”“Ini dia suratnya nak, ambilah dan baca isinya disana. Bunda mau jemur baju anak-anak dulu yah.”“Baik Bunda terima kasih, nanti abis buka isi surat ini saya akan kesana untuk membantu.”Kepada ythBapak Levi StrikeheartDi tempatDengan surat ini kami hendak menyatakan dengan resmi bahwa tertanggal 6 Mei 2021, Bapak Levi Strikeheart telah dikeluarkan dari segala bentuk kerjasama yang selama ini terbangun dengan pihak kampus.“Apaaa!!!” raut muka Levi tiba-tiba berubah, dia tidak percaya dengan berita buruk yang baru saja dia terima.&nbs
Rangkulan preman berbadan besar yang berada di belakang Levi menahan gerakannya dengan sangat erat. Rangkulan itu membuat Levi kesulitan, dia tidak bisa bergerak ke arah kiri ataupun kanan. Sementara itu preman lain yang bertindik anting bergerak mendekat berniat untuk memukuli wajahnya.Levi tahu dia harus bereaksi cepat agar bisa keluar dari kesulitan ini. Memanfaatkan keunggulan fisiknya yang memiliki jangkauan kaki cukup panjang, Levi melompat tinggi ke arah belakang mendesak preman yang sedang merangkul tubuhnya untuk mundur beberapa langkah.Sambil melakukan itu Levi juga mengarahkan kedua kakinya yang sedang melayang di udara untuk menginjak tepat pada permukaan wajah preman bertindik anting yang berada di depannya. Gerakan itu menahan preman bertindik anting itu hingga kesulitan untuk memukuli dirinya.Tidak ada seorang pun yang menduga kalau pria tampan berpenampilan lembut itu bisa melakukan reaksi perlawanan s
Levi memberanikan diri untuk mampir ke teras rumah Tuan Baron Lee. Sudah berjam-jam dia berpikir, tapi hanya ini satu-satunya cara yang bisa dia ambil. Tempat dimana dia bisa meminjam uang agar bisa membebaskan Bunda Reyha dari tangan para preman tersebut.“Selamat siang Pak, apakah ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang tenaga keamanan yang bertugas menjaga pintu gerbang rumah mewah itu.“Saya ingin bertemu dengan Tuan Baron Lee,” jawab Levi kepadanya.“Apakah Bapak sudah pernah membuat janji sebelumnya dengan Tuan Baron Lee?”“Mmmh tidak, tapi Tuan Baron Lee pasti mengenal saya, saya pernah bertemu dengannya satu kali di rumah sakit. Tolong panggil beliau Pak dan katakan kalau saya Levi ingin bertemu secara pribadi dengannya.”“Maaf Pak Levi, tapi kalau Bapak belum pernah membuat janji sebelumnya, Tuan Baron Lee pasti tida
“Kyaaaaaa,” teriak gadis itu ketakutan setelah milihat ada piring yang sedang terbang cepat ke arahnya.Tapi dia tidak bisa melakukan apapun lagi, sekarang dia hanya bisa menutup kedua matanya dengan pasrah, berharap piring itu tidak melukai dirinya terlalu parah.Sudah sejak tadi dia menutup mata, tapi tidak ada apapun yang terjadi kepadanya.Dia tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Apakah piring itu tidak berhasil mengenai mukanya?Sekarang dia mencoba untuk membuka matanya.Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam, mereka terkejut ketika melihat ada seorang pria berbadan tegap yang saat ini sudah memegangi piring itu dengan tangan kanannya.Kegagahan dan ketampanan pria itu mempesona beberapa gadis yang ada di ruangan itu. Bahkan Bella yang sebelumnya hampir terkena pecahan piring tidak bisa menjauhkan pandangan matanya dari wajah sempurn
“Aaaaahhhh, aaaahhhh, aaaahhhh …”“Hei hentikan, jangan melakukan hal seperti itu sekarang di tempat ini, nanti bau amisnya bisa tercium.”“Tenanglah kawan, ini kan hanya sekedar pemanasan, biarkan kami menikmati gadis-gadis itu terlebih dahulu sebelum hidangan utama yang kita tunggu datang hari ini. Oh iyah kapan si gadis montok dan bahenol itu datang? Apa kamu sudah menghubungi dia untuk datang kemari?”“Ya, ya saya sudah mengubunginya, tapi kalian serius mau menggarap gadis itu di tempat seperti ini? Bagaimana kalau seandainya kakek dia tahu kita berempat sudah melakukan hal yang buruk pada cucunya? Dia itu cucu dari Tuan Baron Lee.”“Tenanglah kawan serahkan saja semuanya pada saya, Arya si pejantan tangguh dari gua kenikmatan hahahaha. Kamu nanti cukup duduk manis dan lihat saja langsung bagaimana saya menggerayangi tubuh
“Nona, boleh saya minta waktunya sebentar?” sapa Levi kepada seorang wanita muda berumur 30 an yang terlihat berasal dari golongan orang-orang kaya.“Siapa dia?” tanya salah satu teman wanita seumuran yang sedang berjalan bersamanya.“Haha saya juga tidak tahu Mona, tapi kalau pria setampan dia meminta waktu, saya tidak akan menolaknya,” ucap wanita muda itu sambil tersenyum melihat ke arah pria tampan itu.Dia memegang dada bidang dari pria itu sambil membayangkan apa yang bisa dia nikmati bersamanya.Levi merasa sedikit risih dengan belaian tangan nona muda itu pada bagian dadanya, tapi dia juga tidak bisa menolak, saat ini dia membutuhkan bantuan dari wanita itu.“Maaf tapi bisakah saya ikut bersama kalian berdua masuk ke dalam kelab malam itu?” tanya Levi sambil berusaha menjaga belaian tangan wanita muda itu untuk tidak bergera
Mendengar suara teriakan, kedua penjaga yang ada di dekat pintu ikut membantu Irvan dan Bima untuk mengamankan Danish yang terus-menerus berteriak membuat keributan.Sementara itu, dua penjaga lain yang berada dekat dengan Levi ikut melihat ke arah belakang untuk mengamati keributan yang baru saja terjadi.“Hei menurut kamu apa yang sebenarnya baru saja terjadi di dalam sana,” tanya salah satu penjaga berkumis tebal kepada teman di sebelahnya yang berkepala botak.“Haha mungkin itu ulah Tuan Arya lagi, sudah banyak kok pria muda seperti dia yang berteriak-teriak seperti itu saat mereka tahu teman perempuannya akan diperawani oleh Tuan Arya,” terang pria berkepala botak itu sambil mempraktekan salah satu gerakan maksiat andalannya.“Menurut kamu apa kita berdua juga nanti bisa ikut mencicipi gadis-gadis muda itu?”“Hmm entahlah, tidak semu