Share

Bab 6 : Seorang Predator

Rangkulan preman berbadan besar yang berada di belakang Levi menahan gerakannya dengan sangat erat. Rangkulan itu membuat Levi kesulitan, dia tidak bisa bergerak ke arah kiri ataupun kanan. Sementara itu preman lain yang bertindik anting bergerak mendekat berniat untuk memukuli wajahnya.

Levi tahu dia harus bereaksi cepat agar bisa keluar dari kesulitan ini. Memanfaatkan keunggulan fisiknya yang memiliki jangkauan kaki cukup panjang, Levi melompat tinggi ke arah belakang mendesak preman yang sedang merangkul tubuhnya untuk mundur beberapa langkah.

Sambil melakukan itu Levi juga mengarahkan kedua kakinya yang sedang melayang di udara untuk menginjak tepat pada permukaan wajah preman bertindik anting yang berada di depannya. Gerakan itu menahan preman bertindik anting itu hingga kesulitan untuk memukuli dirinya.

Tidak ada seorang pun yang menduga kalau pria tampan berpenampilan lembut itu bisa melakukan reaksi perlawanan seperti ini.

Levi tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah dia dapatkan, dia menghempaskan seluruh kekuatan pada kedua kakinya untuk melontarkan diri semakin jauh ke arah belakang dengan memanfaatkan pijakan kakinya yang menempel pada wajah preman bertindik anting itu.

Rupanya selain memaksa preman berbadan besar yang sedang merangkul Levi untuk ikut jatuh bersamanya, dorongan keras pijakan kaki itu juga berhasil membuat preman bertindik anting terluka cukup parah.

Preman lain di sekitar melihat dengan jelas bagaimana sepak terjang yang dilakukan oleh Levi tadi telah membuat salah satu rekan mereka terpelanting dengan sangat keras hingga kehilangan salah satu gigi depannya.

“K-kaamuu kurang ajaarr,” teriak salah satu preman geram setelah melihat temannya tumbang.

“Hentikan dia sekarang juga,” perintah preman lain yang sebelumnya pernah memegang kerah baju Bunda Reyha.

Di tempat lain, preman berbadan besar yang terjatuh bersama tubuh Levi itu sekarang merasa kesakitan setelah kepala belakangnya terbentur keras ke tanah. Levi segera menambahkan rasa sakit itu dengan mengadukan bagian belakang kepalanya sendiri dengan bagian wajah dari preman berbadan besar itu.

“Arrggghhhhh.”

Preman berbadan besar itu berteriak kesakitan saat hidungnya terbentur keras oleh kepala Levi sampai mengeluarkan cukup banyak darah.

Mendengar preman itu kesakitan dan melepaskan rangkulannya, Levi segera bersalto kembali ke arah belakang dan menempatkan posisi tubuhnya pada posisi siap untuk bertempur.

Hendak memastikan agar preman berbadan besar itu tidak lagi mengganggu dirinya saat bertarung, Levi tanpa ragu memukulkan bogam mentahnya berulang-ulang kali ke arah wajah preman itu dengan sangat keras.

< Bugh Bugh Bugh >

Preman di sekitar bergidik ngeri setelah melihat bagaimana Levi di depan sana memperlakukan rekan mereka yang sudah terluka tanpa rasa belas kasihan sama sekali.

Saat ini raut wajah Levi sudah seperti seorang pembunuh berdarah dingin yang siap membunuh siapa saja yang datang mendekat.

Preman berbadan besar itu tak sanggup melakukan perlawanan. Dia terkapar tak berdaya di tanah dengan memuncratkan banyak sekali darah segar setiap kali Levi memukulkan bogam mentah tepat ke arah mukanya.

Sadis itu adalah kata yang tepat untuk melukiskan apa yang sedang terjadi di sana saat ini.

Setelah cukup puas dengan hasil karyanya, Levi kembali berdiri tegap dengan sosok tubuh yang sudah berlumuran darah segar pada sebagian besar baju yang sedang dikenakannya.

Tinggi Levi sekitar 185 cm, jadi saat dia sedang berdiri tegap itu membuatnya terlihat jauh lebih kuat dan sulit untuk dikalahkan.

Beberapa preman di sekitar tentu saja merasa ketakutan melihat sosok pria berdarah dingin itu sekarang datang menghampiri mereka. Tanpa sadar mereka sudah berjalan mundur beberapa langkah ke belakang.

Tapi mereka tidak bisa melarikan diri begitu saja dari pertarungan ini, mereka sudah dibayar mahal sebagai penagih hutang yang tidak mengenal rasa takut, tanpa adanya eksistensi itu mereka tidak punya lagi tempat di dunia ini.

Bagi mereka, sekarang pilihannya hanya ada dua. Mereka harus mengalahkan serigala ganas yang ada di depan mereka saat ini atau mengundurkan diri dari pekerjaan mereka sekarang juga.

“Tangkap dia,” seru salah satu preman yang ada di sekitar Levi. “Jangan beri dia kesempatan untuk mengelak, dia bukan orang sembarangan.”

5 orang preman setuju dengan perkataan salah satu temannya, mereka bergerak maju bersamaan untuk membalas kedua teman mereka yang sudah terluka parah oleh Levi.

Levi terlihat menyeringai dingin ke arah mereka, tidak tampak lagi rona muka penuh kelembutan yang biasanya selalu dia perlihatkan kepada orang-orang yang berada di sekitarnya.

Saat ini di depan sana hanya ada seorang pria berdarah dingin, seorang predator yang akan membunuh siapa saja yang berani mengganggu kehidupan keluarganya.

*****

Tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Saat ini seorang pria berijasah S2 pengajar dari perguruan tinggi ekonomi bisnis itu masih berdiri seorang diri di sana.

Para preman yang menyerang ke arahnya sudah dibuat tidak berdaya. Mereka berlima sudah berjatuhan ke tanah tak sanggup melawan keganasan pria ini.

Sekarang pria berbadan dan bertampang sempurna itu berjalan dengan kokoh penuh amarah ke arah satu preman tersisa yang memimpin seluruh kegiatan operasi ini.

Wajah pemimpin preman itu sekarang terlihat ketakutan, dia tidak mengira kalau pria yang sepertinya terlihat lemah itu bisa berubah menjadi seorang pria menakutkan seperti ini.

Preman itu merasa putus asa, dia tidak tahu lagi harus berbuat apa agar bisa menyelamatkan kehidupannya dari monster ganas yang sekarang sedang berjalan lurus ke arahnya.

“A-aa, aaaah k-kaamuu, jangan mendekat kesini, hentikan itu sekarang juga …,” teriak preman itu kepadanya.

Preman itu berlari ke arah belakang, dia segera mengambil satu buah pisau lipat tajam yang ada pada salah satu kantung celana panjangnya.

Dia berlari ke arah Bunda Reyha dan mengarahkan  pisau tajam itu tepat ke arah tenggorokannya.

“Hentikaaannn, jangan berani-berani mendekat. A-atau saya akan membunuh Ibu ini.”

Levi sangat marah melihat preman itu berani mengancam nyawa Bunda Reyha dalam pertarungan ini. Baginya kehidupan Bunda Reyha jauh lebih berharga daripada hidupnya sendiri.

Levi berupaya tetap tenang, dia mencari kesempatan untuk bisa menyerang balik preman itu.

“Hentikaan, jangan coba-coba melakukan perlawanan, kalau kamu mendekat, saya tidak akan ragu lagi untuk membunuh Ibu ini.”

Preman itu segera menunjukan bukti kemantapan hatinya dengan mengiriskan pisau tajam yang dia pegang hingga memotong sebagian urat nadi Bunda Reyha.

Darah segar memuncrat deras dari leher Bunda Reyha. Levi tak kuasa menahan amarah. Dia benar-benar sangat marah sekarang, dia ingin segera menjangkau tubuh preman itu dan mencincang-cincang habis preman itu tanpa bekas.

Levi melihat ke arah mata Bunda Reyha, memastikan dia baik-baik saja, tapi tidak ada sedikit pun rasa takut yang muncul dari arah matanya. Alih-alih merasa takut Bunda malah memberikan isyarat kepada Levi untuk tidak perlu lagi memperdulikan keselamatan dirinya.

Bunda Reyha sekarang menutup kedua mata, dia pasrah dengan segala hal buruk apapun yang akan terjadi pada dirinya nanti.

Tidak mungkin Levi bisa diam saja dan melupakan seluruh kebaikan yang pernah Bunda Reyha berikan selama hidupnya. Dia tidak akan pernah membiarkan hal buruk apapun terjadi kepada Bunda Reyha.

Levi segera menghentikan perlawanan.

Dia menundukan diri, mengangkat tangannya ke atas, dan menjatuhkan lututnya ke tanah untuk memperlihatkan kepada preman itu kalau dia sudah menyerah.

“Saya akan membayarnya,” ucap Levi tegas. “Saya akan mencari uangnya, berikan saya waktu, saya akan memberikan seluruh uang yang kalian minta.”

Preman itu senang setelah melihat Levi menyerah dan berjanji akan melunasi seluruh hutang-hutangnya.

Preman itu sekarang melihat ke arah beberapa temannya yang saat ini masih terkapar lemas di sekitar area pertarungan.

“Baik, kalau begitu saya akan menunggu kata-kata kamu itu di markas kami, bawa uangnya besok. Setelah uang itu kami dapatkan maka Ibu ini juga akan kami lepaskan secepatnya.”

Setelah memastikan Levi mendengar kata-katanya, preman itu segera bergerak mundur menyeret Bunda Reyha untuk ikut pergi bersamanya.

Levi tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia hanya bisa melihat preman itu pergi membawa Bunda Reyha yang saat ini masih bercucuran darah segar dari lehernya.

Preman itu menendang beberapa temannya yang lain, meminta mereka yang sudah bisa bangkit berdiri untuk membantu teman-teman mereka yang masih terkapar.

“Cepat bangun kita pergi dari tempat ini sekarang juga, cih bawa juga seluruh teman-teman kita yang lain untuk segera menjauh dari pria brengsek itu. Pria itu sangat berbahaya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status