Share

BAB 6 "Petunjuk Yang Abu-abu"

"Nona Azzura ... ayo bangun. Apa malam ini Nona akan menginap di sini?" Asisten Azzura, Alexa, menepuk tangan Azzura pelan. Ia mencoba membangunkan Azzura yang masih tertidur pulas di kursi kerjanya sementara hari sudah gelap.

"Haaahh ...." suara nafas Azzura setelah mendegar suara Alexa yang begitu familiar berdengung di telinganya, kala membangunkannya. Nafas Azzura terdengar pendek dengan mata terbelalak dan wajahnya yang terkejut.

"Ada apa, Nona? Apa Nona mimpi buruk lagi?" cerca Alexa panik.

Azzura pun mengangguk sambil melihat perutnya yang rata. "Aku bermimpi aku hamil, Alexa," ungkapnya. Ia lalu menatap Alexa di sampingnya dengan wajah cemas.

Namun hal berbeda justru ditunjukkan oleh Alexa. Ia tampak tersenyum dan kemudian menjelaskan: "Nona, konon katanya mimpi hamil menandakan bahwa si pemimpi akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan."

Mendengar itu, Azzura lantas mengernyit sembari menatap Alexa tak percaya. "Benarkah?" tanyanya. Yang ditanya mengangguk sembari tersenyum lagi.

"Mungkin saja setelah ini Nona akan mengetahui siapa pemilik jantung, hati, dan kornea baru Nona," terang Alexa terdengar masuk akal, sehingga Azzura percaya.

Setelah itu, Azzura dan Alexa pergi meninggalkan Butik Ruella sebelum langit malam yang terlihat mendung menurunkan hujan. Namun, saat Azzura menunggu taksi di depan butiknya, gerimis datang menyapa.

Untungnya, dewa fortuna masih berpihak kepada Azzura. Buktinya, ia secara kebetulan bertemu dengan si pemandu wisata memesona yang hendak kembali ke villa setelah bekerja, dan melintas di depan butiknya.

"Ayo masuk," kata Alan pada Azzura kala memberi tumpangan kepada sang perancang busana berkacamata hitam itu.

Azzura lantas mengangguk, dan segera masuk ke mobil Alan. "Terima kasih, Lan...." Azzura menatap wajah Alan, pria yang duduk di sisi kirinya sambil menyetir mobil.

Dengan tegas dan cepat Alan mengangguk meski tanpa melihat Azzura di sampingnya. "Kenapa kau pulang selarut ini?" tanya Alan dingin sembari fokus melihat jalan di depannya.

"Aku ketiduran." Azzura terkekeh canggung. "Dan, mungkin saja malam ini aku akan menginap di butik jika tadi asistenku tidak membangukanku," bebernya. Lalu ia membuka kacamata hitamnya, menyeka tetesan air hujan di lensanya dengan tissue, dan memakai kacamata hitam itu kembali.

"Jadi, Butik Ruella itu milikmu? Apa itu butik baru? Sepertinya ... aku belum pernah melihatnya sebelum ini," kata Alan sambil melihat Azzura sekilas.

Detik berikutnya Azzura mengangguk. "Kau benar. Butikku baru buka tiga hari ini," terang wanita ini sembari memperhatikan jalanan di sampingnya.

"Oh ... jadi karena itu, kau bersikeras tidak mau kembali ke Beijing, dan lebih memilih untuk berbagi villa denganku." Alan mengangguk mengerti, sementara yang diajak bicara hanya tertawa kecil.

Namun kemudian, Alan teringat dengan penuturan Sage mengenai sosok yang menerima organ kekasihnya merupakan wanita yang beberapa hari ini baru membuka butiknya juga. Kendati demikian, Alan tak menaruh curiga kepada Azzura.

***

Setibanya di villa, Alan dan Azzura langsung pergi ke kamar tidur mereka dan bersiap untuk mandi. Di waktu ini, Alan tampak sangat heran karena Azzura hendak masuk ke kamar mandi sambil memakai kacamata hitam.

"Azzura ... tunggu ...." kata Alan, yang membuat langkah Azzura seketika berhenti. "Apa kau akan mandi dengan kacamata hitam itu?" tanya pria ini saat berjalan mendekati Azzura. Yang ditanya hanya diam. Ia tampak gugup dan tercekat.

"Aku perhatikan, kau selalu memakai kacamata hitam itu ke mana-mana. Apa memakainya adalah suatu kewajiban untukmu?" tanya Alan bingung, kala ia berdiri berhadapan dengan Azzura.

"Hhhhh ...." Azzura menghela nafas panjang. "Lan, maaf kalau penampilanku ini mengganggumu," ucapnya. Lalu ia pergi ke dapur untuk minum air guna menetralisir perasaan gugup di hatinya. Dan Alan pun mengekorinya.

"Satu bulan lalu, tepat setelah aku melakukan transplantasi kornea, aku bisa melihat bayangan gelap dan sisa hidup seseorang. Karena itulah, akhirnya, ayahku memberikan kacamata hitam ini kepadaku untuk melindungi pandanganku dari hal-hal menyeramkan itu," beber Azzura dengan suara gemetar.

Penuturan Azzura itu seketika saja mengingatkan Alan pada mendiang kekasihnya yang juga memiliki mata istimewa seperti Azzura.

Namun, lagi-lagi Alan tidak menaruh curiga pada Azzura. Ia malah membawa Azzura ke dalam dekapannya saat melihat wanita tersebut seperti sedang menahan tangis.

Dengan jarak yang sangat dekat dan intim ini, baik Azzura maupun Alan kini dapat saling merasakan aroma perfume satu sama lain.

"Azzura...." Alan melepas pelukannya dari Azzura. "I miss your pussy, it’s nice and hot," ungkap pria ini, yang menggila hanya karena mencium aroma perfume Azzura.

Azzura yang mendengarnya tentu semakin terkejut. "So, what do you want?" balas Azzura terbata-bata dengan dadanya yang bergerak naik-turun dengan cepat.

Pertanyaan Azzura itu seketika membuat seringai Alan muncul hingga tercetak jelas di wajahnya. "Aku ingin memakan 'bibir bawahmu' sampai satu-satunya hal yang dapat kau pikirkan adalah betapa nikmatnya lidahku saat menghisap 'bibir bawahmu' yang basah kuyup," tukas Alan, membuat kepala Azzura mulai merangkai dan menyusun berbagai permainan liar yang bisa mereka mainkan.

"Did you enjoy that?” Sembari menahan gairahnya yang perlahan bangkit, Azzura bertanya pada Alan dengan menatapnya lekat-lekat.

Mendengar itu, mata cokelat Alan kontan menyipit, sementara dahinya berkerut—seolah ia tidak sepenuhnya yakin kalau ia memahami pertanyaan Azzura. “Did I enjoy eating your pussy? Wasn’t it obvious?”

“Just answer the question, Mr. Alan," pinta Azzura cepat dan tegas.

"I love your honey on my tongue, and the way you shiver when I touch your clit. So, yeah, I fucking loved it," jawab Alan selagi jari-jarinya menelusuri tulang punggung Azzura.

Azzura pun menggigit bibir bawahnya sebab tubuh dan hasratnya memiliki keinginan gila. Ia ingin dibalik dan ditidur seperti gadis nakal oleh Alan. Buktinya, saat itu, Azzura terlihat menatap tegas Alan dengan matanya yang seolah berseru, "Please, fuck me deep!"

Alan yang mengerti dengan tatapan Azzura tersebut, lantas bertanya: "Azzura, do you like when I tease your wet, swollen pussy with my cock?”

"Yes, Sir. I love it," jawab Azzura tegas.

Kontan Alan tersenyum puas saat menatap Azzura dengan mata elangnya. Ia lalu menghujani bibir, leher, dan cuping telinga Azzura dengan ciuman erotisnya.

Sekian detik berikutnya, Azzura tidur terlentang di ujung kitchen island dan melebarkan kedua kakinya. Lalu, Alan yang berdiri di pinggir kitchen island melahap habis 'bibir bawah' Azzura dengan mulutnya.

Setelah itu, Azzura meregangkan kakinya hingga ke bahu Alan. Kemudian Alan mendorong miliknya masuk ke dalam honeypot Azzura, dan melakukan gerakan maju-mundur dengan cepat.

***

Pagi esok harinya, Azzura yang bangun lebih cepat daripada Alan, terlihat sedang menghirup segarnya udara pagi di balkon kamarnya. Pada waktu ini, tiba-tiba Azzura menerima sebuah pesan singkat dari seorang anonim di ponselnya.

Setelah membaca pesan tersebut, Azzura tampak terkejut. Namun, hal yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah teriakan Alan yang baru bangun tidur tetapi melengking saat memanggilnya. "Azzuraaaaaa!!!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status