Share

BAB 7 "Kucing Pembawa Masalah"

"Azzura ... jika kau ingin tahu siapa pemilik jantung, hati dan mata barumu, pergilah ke Rumah Sakit Venus," ungkap seorang anonim melalui pesan singkat yang ia kirim kepada Azzura.

Kontan Azzura terbelalak saat membaca isi pesan si anonim di ponselnya pagi itu. "Aku harus ke rumah sakit ini sekarang juga," kata Azzura dengan bergumam. Ia lalu bergegas kembali masuk ke kamar tidur, dan pergi mandi tanpa menutup pintu ke arah balkon.

Saat Azzura mandi, satu per satu kucing liar yang kelaparan dan setiap harinya selalu berada di sekitar Garvi House, naik ke atas balkon dan masuk ke kamar tidur Azzura dan Alan dengan harapan mereka akan mendapat makanan.

Namun, bukan makanan yang didapat, tetapi Alan yang tengah tertidur pulas di kasur. Alhasil, kucing-kucing liar tersebut naik ke atas kasur, kemudian mengerubungi Alan dan menjilati wajah, kaki, dan tangannya.

Alan yang tengah tertidur tetapi merasa tubuhnya dijilati lantas membuka matanya perlahan. "Azzuraaaaa!!" Alan menjerit memanggil Azzura yang berada di kamar mandi saat melihat seekor kucing cokelat duduk di atas dadanya sambil menatapnya.

Kontan Azzura yang tengah mandi kaget setengah mati, kala mendengar teriakan Alan yang melengking itu. Detik berikutnya, Azzura bergegas mengambil handuknya, melilitkannya di tubuhnya dan pergi menuju Alan di kasur.

"Astaga!!" Netra Azzura kontan membola tatkala melihat pasukan kucing liar berada di kamar tidurnya, dan sedang mengepung Alan.

"Hey! Kenapa kau hanya berdiri di sana dan diam saja?" Alan yang takut dengan kucing bertanya pada sang fashion desainer dengan wajahnya yang kesal, dan terlihat merah karena alergi kucing.

"Cepat keluarkan mereka dari sini, Azzuraaa!" Alan bertitah dengan berteriak pada Azzura yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

Melihat Alan ketakutan dan wajahnya merah, CEO sekaligus founder Butik Ruella ini segera mengusir kucing-kucing liar tersebut dari kamar tidur. "Hus ... hus ... ayo keluar," kata Azzura saat mengarahkan kucing-kucing itu ke arah balkon.

"Oke! Semua kucing sudah keluar, Tuan Alan," ujar Azzura sambil menutup pintu yang mengarah ke balkon. Ia kemudian menatap Alan yang terbaring lemas di kasur dengan wajahnya yang dipenuhi dengan ruam kemerahan.

"Astaga ... Alan! Maafkan aku. Sungguh, aku tidak tahu kalau kucing-kucing itu akan masuk kemari dan kau alergi kucing." Azzura yang hanya mengenakan handuk itu berjalan mendekati Alan yang berada di kasur.

"Hhhhh ...." Alan yang tak berbusana setelah bercinta dengan Azzura tadi malam, mendengus kasar lalu bangkit dari kasur sambil menatap Azzura tajam.

"Sekarang kau tahu kan?!" tukas Alan ketus pada Azzura yang melindungi penglihatannya dari kejantanan Alan yang tak berbusana dengan kedua tangannya.

Melihat Azzura malu, Alan lantas menggodanya. "Kenapa masih malu? Bukannya kau sudah beberapa kali melihatku telanjang? Bahkan, tadi malam kau mengerang kenikmatan karena milikku yang gagah dan keras ini," ujar Alan. Lalu ia menarik tangan Azzura dari wajah cantiknya.

Kini, Azzura mau tak mau harus melihat Alan yang telanjang dan berdiri di depannya. "Apakah kau akan terus mempertontonkannya padaku seperti ini, dan tidak minum obat alergimu?" Azzura balik bertanya pada Alan. "Ruam kemerahan di wajahmu semakin banyak," jelasnya dingin.

Penuturan Azzura tersebut kontan membuat Alan tersadar. Ia kemudian bergegas mengambil obat alerginya dari dalam tas. Sementara, Azzura mengekorinya. Setelah mendapatkan obatnya, Alan segera meminumnya dengan segelas air.

"Maafkan aku. Aku benar-benar tidak ta—"

"Apa tadi itu merupakan caramu untuk mengusirku dari sini?!" bentak Alan dengan wajahnya yang marah saat memotong bicara Azzura. Yang dibentak kontan tersentak. "Jika benar begitu, aku khawatir kau memulai perang yang tak mungkin kau menangkan," imbuh pria ini dingin.

Azzura menggeleng tak percaya sambil tersenyum pahit. "Bukannya aku sudah bilang kalau aku benar-benar tak tahu jika kucing-kucing itu akan masuk ke kamar dan kau alergi kucing? Lagi pula, wajar jika aku ingin kau pergi dari sini. Karena ini villaku!" Azzura menatap Alan dengan wajahnya yang kesal.

Sontak Alan tersenyum miring kala mendengarnya. "Siapa yang tahu dengan niat jahatmu itu. Rambut sama hitam tapi hati?" Alan menatap Azzura tajam. Sementara, Azzura mengernyit dan menatapnya sinis.

"Tadi kau bilang apa? Ini villamu?" Alan tersenyum mengejek. "Kalau begitu, seharusnya kau datang lebih cepat daripada aku!" tegasnya. Kemudian ia berlalu dari hadapan Azzura. "Semoga harimu baik, Azzura," ucapnya sembari berjalan menuju kamar mandi.

"Hariku pasti baik!" teriak Azzura sambil menatap punggung Alan nyalang.

"Belum tentu," balas Alan sinis.

***

Beberapa saat kemudian, Alan yang tampil kece dengan kaus putih yang dikombinasikan dengan kemeja biru muda sebagai outerwear, celana loose denim dan sneaker putih yang stylish, terlihat keluar dari villanya.

Di waktu ini, Alan tidak sengaja bertemu dengan seorang staf laundry yang hendak mengantarkan pakaian Azzura ke villa mereka. "Tunggu...." kata Alan kepada laki-laki bertopi hitam yang membawa goodie bag berukuran medium berisi pakaian Azzura.

Pria tersebut lantas menghentikan langkahnya dan menatap Alan. "Iya, ada apa, Tuan?" tanyanya kepada Alan bingung.

"Hm ... apa yang kau bawa itu untuk Azzura?" ujar Alan balik bertanya sambil matanya melirik sekilas goodie bag hitam yang dibawa oleh staf laundry itu.

"Iya Tuan," jawab pria tersebut. Lalu ia melanjutkan langkahnya menuju pintu masuk villa Alan dan Azzura.

Namun, dengan cepat Alan menghalangi lelaki itu.

"Azzura sudah kembali ke Beijing semalam," tukas Alan pada staf laundry tersebut. Padahal, kenyataannya Azzura sedang berada di Rumah Sakit Venus.

"Tapi Nona Azzura menyerahkan pakaiannya untuk kami cuci kemarin sore," balas pria tersebut kian bingung.

Alan pun mengangguk mengerti. "Kasihan. Azzura stres berat. Dan keluarganya memasukkannya ke rumah sakit jiwa," tukas Alan sembarang, tapi berhasil membuat staf laundry terkejut.

"Karena sekarang dia tidak membutuhkan pakaian dan hanya akan memakai baju terusan dan juga sepatu tanpa tali, dia menyuruh menyumbangkan apa pun yang dia tinggalkan termasuk semua pakaiannya ini ke badan amal anak-anak setempat," beber Alan terdengar begitu meyakinkan.

Staf laundry tersebut lantas percaya dengan apa yang Alan katakan. Ia mengangguk mengerti dan pergi ke badan amal anak setempat dengan membawa pakaian Azzura.

***

Sementara itu di Rumah Sakit Venuns, Azzura bertemu dengan seorang pemuda yang memberinya sebuah amplop cokelat.

"Pemilik jantung, hati, dan mata barumu dibunuh. Itu adalah foto dirinya dan hasil tes kesehatannya," terang pemuda tersebut, membuat azzura kontan terbelalak.

Namun, yang membuat Azzura semakin terbelalak adalah saat ia mengetahui pemilik organ barunya dibunuh dalam keadaan hamil muda.

"Jadi, semua mimpi buruk yang kualami itu adalah gambaran dari apa yang terjadi sebenarnya?" ucap Azzura dengan suara dan tangannya yang gemetar.

Alih-alih menjawab rasa penasaran Azzura, pemuda yang memakai pakaian serba hitam itu justru pergi meninggalkan Azzura begitu saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status