Share

BAB 4 "Gara-gara Mati Listrik"

Pagi esok harinya, ketika Alan dan Azzura sedang duduk berhadapan di meja makan sambil sarapan, Azzura tiba-tiba saja berdesis—menahan nyeri yang teramat dan menjalar di dadanya. "Aawwhh...." Azzura meringis sambil satu tangannya memegang dada kirinya.

"Astaga. Azzura, ada apa?" Dengan wajah panik, Alan bertanya pada Azzura. Lalu ia berdiri, dan duduk ke samping wanita tersebut.

Pertanyaan Alan itu hanya dijawab Azzura dengan rintihan kecil, kala ia menahan dadanya yang berdenyut sakit tanpa sebab dan sangat mendadak.

"Apa kau sakit? Di mana yang sakit, Azzura?" Alan menatap wajah Azzura yang pucat dan berkeringat dingin, dengan sorot matanya yang penuh dengan kekhawatiran.

Alih-alih menjawab rasa khawatir Alan, wanita yang kerap disapa Zura ini justru mencengkeram tangan Alan sembari mengatur napasnya guna menetralisir rasa sakit yang teramat di dadanya,

"Dadaku ... sakit," ungkap Azzura akhirnya dengan suara lemah.

Namun kemudian, Azzura yang saat itu sedang tak memakai kacamata hitamnya, tercekat kala netranya tak sengaja melihat bayangan hitam bak gumpalan asap yang sepekan terakhir ini selalu mengikuti dirinya ke mana pun ia pergi, berdiri di belakang dan di sampingnya setiap kali ia duduk dan tidur, kini perlahan menjauhinya dan berhenti di depan pintu seakan tengah mengawasinya.

Melihat Azzura mematung, Alan pun menjentikkan jarinya di depan wajah wanita itu. "Hey, ada apa, Azzura? Kenapa diam saja? Apa dadamu sakit lagi?" cerca pria ini.

Mendengar itu, Azzura lantas tersandar, berdeham, dan mengedipkan matanya. "Maaf ... aku baik-baik saja," jelas Azzura. Kemudian ia meraih kacamata hitamnya dari atas meja makan, dan memakainya dengan buru-buru.

Saat melihat Azzura memakai kacamata hitam itu dengan cepat, Alan tentu merasa curiga. Kendati begitu, Alan hanya diam. Ia tidak menanyakan hal apa pun pada Azzura terkait sikapnya yang buru-buru saat mengenakan kacamata hitam. Kecuali satu....

"Azzura, apa selama ini dada kirimu sering sakit?" tanya Alan penasaran. Sebenarnya, pria ini bukan hanya penasaran. Namun, ia juga mengkhawatirkan Azzura.

Azzura pun menggeleng. "Yang tadi itu kali ketiga dada kiriku sakit. Pertama kali dada kiriku sakit itu sekitar dua minggu lalu. Dan yang kedua kalinya baru empat hari lalu," ungkap Azzura sambil memasang wajah bingung.

Mengapa tidak Azzura bingung? Karena rasa sakit yang menyergap dada kirinya secara tiba-tiba ini, muncul setelah ia melakukan transplantasi jantung.

"Sepertinya, kalau bukan karena faktor kelelahan, mungkin ini adalah efek samping dari operasi jantung yang kulakukan satu bulan lalu." Azzura menatap Alan yang sejak tadi tidak pernah mengalihkan pandangannya darinya.

Alan yang tak menaruh curiga tapi merasa seperti ada yang mengganjal di hatinya lantas mengangguk. "Aku pikir, sebaiknya kau memeriksakan jantung barumu itu ke dokter, untuk memastikan kenapa dia sering sakit akhir-akhir ini. Akan aku temani jika kau mau," ucap Alan.

"Ya, kau benar," tutur Azzura sembari mengangguk setuju. "Kebetulan dokter jantungku sudah pindah tugas ke sini. Jadi, aku akan menemuinya. Terima kasih, Lan," imbuh wanita ini. Kemudian ia bersama dengan Alan berjalan ke arah pintu keluar villa, untuk kemudian pergi bekerja.

***

Setelah tidak ada lagi pekerjaan di butik keduanya yang baru dua hari buka di Shanghai, Azzura pulang ke Garvi House. Sesampainya di sana, Azzura langsung pergi ke kamar mandi di kamar tidur, untuk membersihkan diri.

Sementara itu, Alan yang ternyata sudah sampai di villa satu jam lebih cepat dari Azzura, kini terlihat sedang minum wine di ruang tamu. Ketika Alan hendak meneguk wine-nya, tiba-tiba....

"Aaaaaaaaa ...." Azzura yang sedang berendam air hangat di dalam bathub refleks berteriak karena saat itu listrik mendadak mati di villa.

Suara Azzura yang melengking kala berteriak tentu membuat Alan khawatir. "Astaga ... Azzura!" gumam Alan. Ia kemudian bergegas bangkit dari duduknya, dan pergi ke kamar tidur untuk mencari Azzura dan melihat kondisinya.

Selagi Alan berjalan dalam kegelapan menuju ke kamar tidur, Azzura di kamar mandi dan panik keluar dari bathtub kemudian mengambil handuknya, melilitkannya ke tubuh, dan meninggalkan kamar mandi dengan terburu-buru hingga akhirnya....

"Buuugghhh ...." Azzura jatuh karena tidak sengaja tersandung meja. "Aaawwwhh ...." Wanita ini berdesis dan meringis kesakitan.

Bersama dengan itu, Alan tiba di kamar tidur dan mendengar rintihan Azzura. "Azzura, di mana kau?" tanya Alan panik. Saking paniknya, ia sampai tersandung robot vacuum cleaner. Hingga akhirnya, Alan sangat kebetulan jatuh menimpa tubuh Azzura.

"A ... aku di bawahmu," ucap Azzura terbata-bata. Lalu detik berikutnya, listrik menyala. Hal tersebut kontan membuat Azzura dan Alan satu sama lain terkejut dan terdiam.

"Sepertinya tadi mati lampu," terang Alan sembari menahan perasaan gugup yang menyergap hatinya, kala menemukan Azzura di bawahnya hanya memakai handuk. Yang diajak bicara hanya diam sambil menahan malu.

"Kau terluka?" Alan memandang lembut ke dalam inti mata Azzura tanpa berkedip. Ia juga memperhatikan setiap inchi dari wajah polos Azzura, yang di matanya terlihat sangat cantik tanpa polesan makeup dan kacamata hitam.

Azzura dengan wajah yang bersemu merah karena ditatap Alan, mengangguk. "Kakiku tersandung. Tapi, aku baik-baik saja," jawabnya. "Kau?" wanita ini balik bertanya.

"Aku juga baik-baik saja," kata Alan lembut. Sekian detik berikutnya, pria ini bangkit dari atas tubuh Azzura. Ia lalu menggendong Azzura ala bridal style, dan membawa wanita itu menuju sofa yang ada di sana.

"Terima kasih," ucap Azzura setelah Alan berhasil mendudukkannya di sofa. Yang diajak bicara hanya diam dan mengangguk, lalu melihat dan menyentuh kaki Azzura yang tersandung meja.

Saat Alan menyentuh kulit putih, mulus dan bersih kakinya, seketika saja libido Azzura bergejolak. Dan begitu pula dengan Alan.

Karena itu, Alan akhirnya merebahkan Azzura di sofa. Lalu ia menghimpit tubuhnya. Selanjutnya, keduanya berciuman sembari tangan Alan menanggalkan handuk Azzura dari tubuhnya.

"Your thighs are beautiful to gaze, Azzura. Dan itu membuatku sangat ingin menidurimu," cetus Alan, kontan membuat Azzura yang mendengarnya terkejut dan gugup.

"Kalau begitu ... ki ... kita akan bercinta malam ini," balas Azzura dengan terbata-bata, dengan dadanya yang bergerak naik-turun cepat.

Pernyataan Azzura itu sontak membuat seringai muncul dan tercetak jelas di wajah Alan. "Aku bersumpah, malam ini, kau akan banjir seperti sungai Nil," tegasnya.

"Dan aku berjanji, kau akan menimbulkan tsunami di wajahku." Azzura membelai rahang Alan mesra.

Sentuhan sensual Azzura di rahang Alan tersebut, seketika saja membuat libido Alan meledak hebat. Saking hebatnya, Alan langsung menanggalkan kancutnya. Lalu ia tanpa aba-aba menyerang Azzura bak seekor binatang yang kelaparan.

Buktinya, dengan cepat Alan naik ke atas tubuh Azzura dan menembaknya dengan pistolnya yang gagah. Hingga akhirnya, terdengar desahan dan erangan panjang dari mulut Azzura dan Alan, tanda bahwa mereka berhasil mencapai klimaks yang sempurna.

Selesai bercinta, Alan dan Azzura membersihkan diri mereka. Setelah itu, keduanya tidur di ranjang yang sama dengan Alan mendekap tubuh Azzura erat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status