Share

07. Sesuatu di Belakang

"Cepetan buka bagasi nya."

"Iya bawel."

Setelah selesai berbelanja kebutuhan rumah, Jena dan Tara langsung bergegas pulang kerumah. Namun, saat mereka sudah masuk kedalam mobil, Tara tidak langsung menyalakan mesin mobil melainkan berkutat dengan ponselnya. Hal itu pun membuat Jena kesal.

"Buruan jalan. Kasian dua bocil dirumah sendirian," Omel Jena sambil memukul bahu Tara.

"Bentar napa sih! gue mau bales chat Irena dulu." jawab Tara dan dibalas dengan puluhan ocehan Jena.

"Sumpah, besok-besok mending gue ngajak Yeri buat belanja. Lo bikin gue pengen gigit stir mobil mulu." dumel Tara.

Setelah itu mobil Tara melaju dengan kecepatan rata-rata. Jalanan yang tidak terlalu ramai mempersingkat waktu perjalanan. Saat berada di jalan menuju rumahnya, tiba-tiba sesuatu melesat dengan cepat di depan mobil Tara. Tara yang terkejut pun menginjak rem dengan kuat membuat tubuhnya dan Jena terhuyung ke depan.

"Apaan itu? jangan-jangan lu nabrak orang!!" ucap Jena Histeris. Jena pun menyuruh Tara keluar untuk mengeceknya. Tara mengelak. Ia tidak mau keluar dari mobil karena hey..bagaimana kalau itu hantu? tidak ada orang yang bisa berlari secepat itu. Namun Jena tetaplah Jena, Ia mendorong Tara untuk mengecek keadaan yang Ia yakini adalah si korban.

Tara mengalah. Ia pun keluar dari mobil dan mengecek bagian depan mobil. Nihil. Ia tidak menemukan apapun. Tara mencoba untuk mengecek kebagian bawah mobil dan hasilnya sama. Tidak ada apa-apa. Feeling Taehyung semakin kuat. Sosok tadi adalah hantu. Kemudian Tara pun kembali masuk kedalam mobil.

"Kan, gue bilang juga apa. Itu pasti bukan orang." Ucap Tara sembari memasang seatbelt. Jena hanya memutar bola matanya malas, enggan menimpali ucapan kakaknya itu. Saat Tara menyalakan mesin mobil kembali, matanya melihat sosok perempuan berdiri di bawah pohon tidak jauh dari mobilnya. Badan perempuan itu penuh darah dan tersenyum lebar ke arah Tara. Tara langsung mengalihkan pandangannya dan menjalankan mobilnya.

-:-

Yeri masih berada di loteng. Setelah menaruh barang-barangnya Yeri membuka kotak-kotak yang ada yang disana, berharap menemukan sesuatu hal yang menarik. Namun, Yeri harus menelan rasa kecewa karena sebagian besar isi kardus itu hanya kain-kain lusuh dan perabotan yang sudah rusak.

"Percuma gue ngambil kunci loteng diem-diem." dumel Yeri. Masih ada satu kotak yang belum Yeri buka. Masih dengan harapan yang sama, Yeri membuka kotak itu. Senyuman senang tercetak diwajahnya kala melihat isi kotak itu berbeda dari yang lain. Namun Yeri harus menelan kekecewaannya karena kebanyakkan kotak itu berisi buku-buku yang hampir rusak. Hampir semua buku Yeri keluarkan dari dalam kotak dan Yeri menemukan buku diary dan sebuah boneka. Yeri meniup debu yang menempel pada permukaan buku, kemudian Ia menyembunyikan buku itu dibalik bajunya. Ia berniat membacanya dikamar nanti.

"Boneka apaan nih?" Tangannya mengambil boneka itu. Boneka itu terlihat seperti buatan tangan. Terbukti dari jahitannya yang tidak rapih. Saat sedang asyik dengan boneka itu, Yeri mendengar suara deru mobil yang masuk ke perkarangan rumah. Dengan cepat Yeri melempar boneka itu ke dalam kardus dan memasukan kembali buku-buku yang berserakan. Kemudian Ia menutup pintu loteng dan tidak lupa untuk menguncinya kembali. Yeri pun berbegas untuk menuju ke kamar Key. Namun, Yeri terhenti diambang pintu.

Yeri melihat boneka yang Ia temukan di loteng berada disamping adiknya.

-:-

Helaan napas terus terdengar dari mulut Yeri. Tangan kanannya sedari tadi sibuk melukis diatas buku catatannya sedangkan sebelah tangannya menopang dagunya. Pak Jodi yang sedang menjelaskan materi pun Ia abaikan. Serena yang merupakan teman sebangku Yeri menoleh kearahnya dengan jengah.

“Yeri..” panggil Serena dengan pelan. Namun Yeri masih asik dengan dunianya. Kali ini Serena menyenggol pelan lengan Yeri. Yeri berdecak kesal dan menoleh kearah Serena, “Kalo lo ketauan ga merhatiin materi, abis lo sama Pak Jodi.” Ucap Serena menakut-nakuti.

Berhasil. Yeri langsung menegakkan badannya dan memperhatikan Pak Jodi yang sedang menuliskan sederet rumus di papan tulis. Dia tidak mau lagi dihukum oleh gurunya itu untuk kesekian kalinya.

Pembelajaran berjalan lancar walau sesekali tersendat kala banyak murid yang meminta izin untuk ke toilet. Jarum jam yang ada di kelas sudah menunjukkan pukul 14.48, dua menit lagi pelajaran selesai. Saat bel sekolah berbunyi mereka pun mulai merapikan barang-barangnya. Saat yang lain sibuk dengan diri masing-masing, Mina yang baru saja kembali dari toilet tiba-tiba berteriak histeris dan membuat yang lainnya kaget. Pak Jodi yang hendak keluar pun ikut kaget. Wajah Mina berubah pucat dengan air mata yang terus mengalir. Tangannya dengan gemetar menujuk ke arah belakang kelas.

“I-i-i-itu..” ucapnya dengan terbata.

Pak Jodi pun pergi keluar kelas untuk mengambil teh hangat di pantry sekolah. Setelah beliau meninggalkan kelas, yang lain mulai mengelilingi Mina. Serena yang sedari tadi terduduk bingung, bediri mengikuti teman-teman yang lain menghampiri Mina. “Lo liat apa Min?" Tanya Serena sambil mengusap bahu Mina, mencoba membuatnya tenang.

Yeri hanya bisa memperhatikan kejadian itu dari mejanya. Setelah itu Yeri berdiri dari duduknya mencoba mendekati kerumunan di depan kelas. Namun tak disangka Mina kembali berteriak. Kali ini lebih histeris. Yeri yang terkejut langsung menghentikan langkahnya. Apa Mina berteriak ketakutan karena melihat wajahnya?

Yeri terdiam menerka-menerka mengapa Mina sangat ketakutkan kala melihatnya, sementara yang lain berusaha untuk membuat Mina tenang. Tak lama kemudian Mina bersuara dengan nada gemetar dan kepala menunduk enggan menatap Yeri, “Di-dibelakang Yeri ada...”

“Hantu..”

-:-

“YERI! ADA JORDAN!”

Teriakan Jena menggema keseluruh ruangan. Heran, kenapa dia senang sekali membuat kegaduhan. Yeri mendengus kesal dan menjawab tidak kalah keras. Lagipula untuk apa Jordan ke rumahnya sore hari seperti ini. Dengan malas, Yeri pun beranjak dari kamarnya dan masih menggunakan seragam sekolahnya.

Jordan asyik memainkan ponselnya selagi menunggu Yeri. Dirinya tertawa saat mendengar keributan dari kamar Yeri. Ahh..tiba-tiba Jordan merindukan ekspresi Yeri saat menggerutu.

Sorry lama..”

Setelah beberapa menit, akhirnya Yeri menghampiri Jordan dan duduk di sofa bersebrangan dengan lelaki itu. Saat yang ditunggu sudah datang, Jordan memasukkan ponselnya kedalam saku celana.

“Ada perlu apa ke sini?”

You okay?” Yeri menaikkan sebelah alisnya bingung. Kenapa lelaki itu malah balik bertanya?

“Emangnya gue kenapa?” Jordan yang melihat raut kebingungan di wajah Yeri hanya bisa tertawa kecil. Sedangkan Yeri hanya menatap lelaki dihadapannya ini dengan pandangan aneh.

“Gue tahu, pasti lo masih kepikiran sama kejadian tadi di sekolah kan?”

Ah, kejadian itu.

Yeri menghela napas kasar, ia jadi teringat kembali akan hal itu. Kejadian yang menumbuhkan beribu pertanyaan dalam pikirannya. Yeri masih terdiam. Menundukkan kepalanya serta memainkan jari-jarinya. Jordan yang mengerti keadaan perempuan didepannya ini langsung berpindah tempat, duduk di sebelah Yeri. Mengenggam tangan Yeri seolah menenangkannya.

“Walaupun gue bukan lagi orang yang spesial dihati lo, tapi gue masih sahabat lo Yer. Lo bisa cerita sama gue.” Ucap Jordan.

Cukup lama Yeri terdiam dan saat kesadarannya kembali, Ia menyingkirkan tangan Jordan yang mengenggam tangannya. Jordan tersenyum masam. Kemudian Yeri bangun dari duduknya, “Jena belum bikinin minum ya? bentar gue ambil dulu di dapur.”

Jordan yang mengerti jika Yeri tidak ingin membahas kejadian itu hanya bisa mengangguk mengiyakan. Yeri pun beranjak menuju dapur. Mata Jordan tidak lepas memperhatikan Yeri, kemudian Jordan tersentak kaget saat matanya melihat sosok perempuan berjalan mengikuti Yeri. Jordan mengucek matanya dan sosok itu menghilang. Ia menghela napas dan mengusap kasar wajahnya. Sepertinya ada yang salah dengan penglihatannya akhr-akhir ini, pikirnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status