Share

06. Sosok dibawah Ranjang

Koridor yang sepi membuat suara langkah kakinya menggema. Hanya segelintir orang yang terlihat. Maklum, jam sekolah telah usai satu jam yang lalu. Yeri diminta oleh Pak Jodi untuk membantunya memasukkan nilai dan itu membuatnya pulang lebih lambat dari siswa lainnya. Yeri berjalan dengan santai, tangannya mengenggam tali tas. Tak sengaja matanya melihat sekelompok murid perempuan di ujung koridor.

Yeri menghela napas. Dengan terpaksa Yeri harus melewati mereka karena tidak ada jalan lain. Ia mempercepat langkahnya saat melewati para perempuan itu, lagipula Tara sudah menunggunya di depan gerbang sekolah, ia harus cepat.

“Hallo, Yeri!”

Langkah Yeri terhenti dan menoleh kearah orang yang tadi menyapanya. Nancy- yang tadi menyapa Yeri- menampilkan wajah mengejek dan senyuman sinis, “Sekarang lo udah sadar kan? Jordan ga bakal ngelirik dan milih lo!”

Teman-teman Nancy tertawa setelahnya sedangkan Nancy bersidekap dada dengan angkuh, menunggu respon yang akan Yeri berikan. Namun Yeri tidak menjawab. Dia hanya menatap Nancy dan teman-temannya, “Udah kan? Gue duluan ya..” ucap Yeri, kemudian beranjak pergi. Nancy merenggut kesal dan menghentakkan kakinya.

Sebelum Yeri melangkahkan kakinya, Nancy kembali bersuara, “Dasar ga tau diri! Sekarang lo berani bawa bodyguard kemana-mana? Mana anak kecil lagi.”

Yeri memandang Nancy dengan pandangan bingung. Bukan Yeri saja, teman-teman Nancy pun memandang Nancy dengan aneh. Yeri pun menoleh ke belakang dirinya. Tidak ada siapapun. Lalu siapa yang dimaksud oleh Nancy? Di rasa tidak ada yang penting, Yeri kembali melangkahkan kaki nya pergi menuju gerbang sekolah.

Setelah Yeri pergi salah satu dari mereka menepuk bahu Nancy, “Maksud lo apa sih? Anak kecil siapa? Ga ada anak kecil disini.”

“Lo ga liat? Jelas-jelas ada anak kecil yang dari tadi ngikutin Yeri. Mana pucet lagi tuh mukanya.” Yang lain menatap Nancy dengan terkejut. Ketakutan mulai nampak pada wajah mereka. Nancy yang yang melihat perubahan pada teman-temannya hanya bisa mengangkat alisnya bingung. Namun, saat Ia sadar apa yang sudah terjadi, rasa kaget dan takut langsung terlihat jelas pada wajahnya.

-:-

Langit semakin gelap, diluar sana hujan terus menguyur. Dinginnya malam terus mengigit tubuh Yeri. Suara hewan malam yang bersahutan membuat suasana terasa mencekam. Yeri tidak bisa tidur. Yeri terus bergerak gelisah ke kanan dan kiri. Mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Ia terus berusaha memejamkan matanya namun dirinya tidak kunjung terlelap.

Oh ayolah, ia harus bangun pagi esok hari.

Yeri bangun dari tidurnya. Mungkin segelas susu akan membuatnya mengantuk, pikirnya. Yeri pun keluar kamar menuju dapur. Suara televisi adalah yang pertama kali ia dengar saat keluar kamar.

“Belum tidur?” tanya Tara. Yeri hanya melirik sekilas kearah kakaknya yang tengah duduk di sofa dan membalasnya dengan gumaman kecil. Kemudian Yeri melangkah menuju dapur. Setelah selesai membuat segelas susu, Yeri kembali ke kamarnya.

“Langsung tidur Yer!”

“Iya ih! Bawel!”

-:-

Yeri menenggak habis susunya dan menaruh gelas kosong itu diatas meja belajar. Kemudian ia merapihkan buku untuk esok hari dan memasukkannya kedalam tas. Setelahnya, Yeri membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Namun, sebelum badannya menempel pada tempat tidur, matanya terpaku pada sebuah kunci yang ada diatas nakas dekat lampu tidur. Yeri mendudukkan dirinya diatas tempat tidur dan mengambil kunci itu.

“Kunci apa ya?” gumam Yeri sambil memperhatikan kunci itu. Ia mencoba mengingat kunci apa itu dan bagaimana kunci itu ada dikamarnya. Kunci berwarna kuning keemasan dengan karat diujungnya. Seutas tali dengan beberapa manik menggantung di kunci tersebut.

“Oh iya, ini kan kunci loteng yang gue ambil di kamar Tara.” Ucap Yeri. Yeri menaruh kembali kunci itu ke atas nakas, namun kunci itu terjatuh. Yeri menghela napas kasar, kemudian membungkukkan badannya guna meraih kunci itu. Saat tangannya berhasil meraih kunci itu, tiba-tiba sebuah tangan muncul dari bawah tempat tidur dan menggenggam tangan Yeri. Yeri memekik kaget, “Apaan tuh!”

Yeri terdiam. Ia tidak bergerak sama sekali, napasnya mulai tidak beraturan. Yeri memandang tangannya yang baru saja disentuh oleh sesuatu. Tangan dengan ukuran kecil dan pucat itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Yeri pun kembali membungkukkan badannya, tangannya mencengkram erat pinggiran ranjangnya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya. Perlahan Yeri mulai menjulurkan kepalanya kebawah dengan mata terpejam. Saat Yeri membuka matanya, hanya gelap yang dilihatnya. Namun, lama-kelamaan netranya menangkap sosok lain di bawah ranjangnya. Semakin jelas. Ia pun langsung berteriak histeris dan bersembunyi di balik selimutnya. Teriakan Yeri membangunkan seisi rumah. Tara yang masih terjaga langsung berlari menghampiri Yeri.

“YERI!!”

Tara menghampiri Yeri dan mencoba membuka selimutnya. Namun yeri semakin histeris dan memberontak, “Hey, hey! Ini gue, Tara.” Tara mencoba menenangkan Yeri dengan memegang kedua bahu adiknya. Saat matanya menangkap wajah Tara, Yeri langsung memeluk kakaknya itu dengan erat dengan tangisan yang belum usai. Tara mengelus rambut adiknya sambil mengucapkan kalimat penenang. Tara melarikan pandangannya pada ambang pintu. Terlihat Jena dengan Key di gendongannya.

“Ada apa Tar? Yeri kenapa?”

Tara menggeleng pelan, “Gak. Gak kenapa-kenapa. Lo balik aja ke kamar.”

-:-

Hari telah berlalu. Sudah lebih dari sebulan Yeri dan saudaranya menempati rumah ini. Cahaya matahari mulai meredup dan perlahan menghilang dibawah garis cakrawala disebelah barat. Pohon-pohon besar nan rindang menjadi objek pandang. Yeri mendekati jendela, menikmati pemandangan sebelum matahari benar-benar tenggelam. Suara perempuan dan laki-laki yang berasal dari halaman rumah menarik perhatian Yeri. Dilihatnya Jena dan Tara saling mengoceh sebelum masuk kedalam mobil dan kemudian melaju jauh. Mereka pergi untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan lainnya.

"Parah banget gue sama Key ditinggal dirumah."  rutuk Yeri. Ditariknya gorden berwarna navy dan kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Matanya menatap ke langit-langit kamarnya hingga Ia teringat akan sesuatu.

"Oh iya. Loteng."

Yeri beranjak dari ranjangnya dan mengambil kunci loteng yang dua minggu lalu Ia curi dari kamar kakak laki-lakinya. Namun, sebelum Yeri menuju pintu loteng, Ia mengecek keadaan adiknya terlebih dahulu. Yeri tersenyum saat melihat Key sedang asyik menggambar di atas ranjangnya. Key bisa Ia tinggal sebentar, pikirnya.

Yeri pun berjalan menuju pintu loteng, sebelah tangannya memegang plastik berisikan barang-barang yang jarang terpakai. Yeri agak sedikit ragu untuk membuka pintu loteng tapi rasa penasarannya terus muncul. Memangnya ada apa didalam sana hingga Tara berbohong kalau kunci nya hilang? 

Yeri pun memasukkan kunci loteng kedalam lubang kunci. Suara deritan pintu terdengar saat Yeri membuka pintu dengan perlahan. Objek yang pertama kali ia lihat adalah sebuah tangga kayu yang entah masih kokoh atau tidak. Deritan kayu terdengar kala Yeri menginjakkan kakinya. Suasana yang gelap dan pengap membuat Yeri harus melangkah dengan hati-hati. Saat Yeri sudah berada di loteng, ia meraba dinding guna mencari saklar lampu.

trak

Lampu menyala.

Barang-barang yang berserakan dan lantai kayu yang kotor menjadi hal pertama yang Yeri lihat. Namun, satu-satunya jendala yang berada diruangan itu menarik perhatian Yeri. Ia pun berjalan pelan menuju jendela itu sesekali kakinya menyingkirnya potongan kayu yang menghalangi langkahnya. Yeri bisa memandang bagian atas pohon dari sini. Jemarinya terangkat menyentuh kusen jendela, menelusuri permukaannya. Yeri masih tetap berdiri ditempatnya dan pandangannya turun mengarah pada halaman rumahnya.

Hanya satu yang Yeri ingat.

Sesosok perempuan yang melihatnya dari jendela loteng, persis seperti yang dilakukan Yeri saat ini.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status