Share

Bab 4 : One Night Stand

“Tetaplah disini! Kalau ada yang pergi, seharusnya orang itu ialah Aku,” Qiara menghapus perlahan air matanya dan tersenyum memandang Vince. 

“No, Qiara! Ok, aku gak akan pergi. Kita sama-sama di sini ya. Bahaya jika kamu pergi saat kamu masih mabuk seperti ini!” 

“Ihh, kamu baik banget, aku jadi grogi!”

Bisa-bisanya Qiara merubah reaksi nya secepat itu. Mukanya yang putih sampai kemerahan karena lagi blushing. Keadaan yang tadi nya penuh haru kini bertukar dengan adegan Vince menjitak dahi Qiara. Qiara mendengus kesal sambil mengusap dahinya. Setelah itu dia tersenyum dengan penuh jahil memandang vince yang kembali memasang wajah dinginnya. 

Cup!

Qiara mengecup bibir Vince. Walaupun kaget Vince tak kunjung melepaskan malah ia turut membalas ciuman dari gadis yang baru saja ia kenali itu. Entah mengapa ia merasa nyaman bersama Qiara. Tak lama kemudian Vince yang sudah tak bisa membendung nafsunya yang sedang membuak-buak, mengangkat Qiara ala bridal style menuju ke kamarnya. 

“Idih, kasar amat bang, tapi adik suka kok diginiin sama abang!” 

“Emang udah sah benar-benar mabuk kamu ya. Tapi kamu harus tanggung jawab karena telah membangunkan adik yang udah aku jaga dengan baik selama ini! 

“Yah beruntung ke aku dong yang mendapatkan keperjakaan kamu!” 

“No comment,” 

“Ih, menyebalkan banget sih kamu jadi lelaki. Gak bisa apa romantis dikit kek!”

“Romantis kayak gini maksud kamu?” 

Vince membuka baju Qiara secara perlahan-lahan sambil mengecup mulut dan tubuh gadis itu berkali-kali. Qiara merasa dirinya bagaikan sedang terbang ke langit. Sungguh perlakuan manis lelaki yang berwajah dingin itu mampu membuat dirinya rasanya seakan sedang melayang-layang. 

Awalnya Qiara memang tidak ingin membuat harga dirinya menjadi serendah ini. Akan tetapi bayangan pengkhianatan dari sang kekasih yang sentiasa terngiang-ngiang di otaknya memaksa dirinya melakukan ini. Pada akhirnya malam itu keduanya sama-sama melepaskan keperawanan dan keperjakaan yang masih tersegel selama ini. 

“Seperti inilah keadaan ketika aku memergoki kekasih dan sahabat baikku sendiri di kamar Hotel VCE malam ini tadi! Ah ternyata begini ya rasa nikmatnya. Pantas saja lelaki bangsat itu lebih memilih wanita ular itu!”

“Sstt! Tidak perlu bahas tentang orang-orang yang nggak penting itu untuk malam ini!” Vince mengusap air mata Qiara dan setelahnya keduanya tetap melanjutkan permainan panas hingga keduanya sama-sama merasa puas. 

Malam yang panjang telah berganti siang. Qiara yang sedang tidur dengan pulasnya terbangun ketika terasa cahaya matahari menyinari di wajahnya yang putih. Dengan mata yang masih terpejam, ia memaksakan dirinya untuk duduk. 

“Jangan bilang kamu masih mabuk dan pengen menetap di sini lagi,” ujar Vince dengan wajah yang datar dan tak berperasaan 

Qiara yang merasa kaget setelah mendengar suara lelaki yang tak ia kenali itu sontak membuka matanya. Matanya yang sipit perpaduan dari mamanya yang orang asia manakala papanya orang bule membulat dengan sempurna melihat lelaki tampan memakai piyama yang sedang duduk di kerusi sambil menghirup kopi yang ada di tangannya.

“Kamu siapa? Aaaaaa, Mama, Papa ada orang masuk ke kamar aku dan telah memperkosa aku!” 

“Yang ada malah kamu yang memperkosa aku,” 

“Jangan asal ngomong ya kamu! Keluar, keluar kamu dari kamar aku! Mama dan Papa kemana sih? Kok bisa mereka membiarkan lelaki sembarangan masuk ke kamar anaknya!”

“Nanti kalau udah sadar, temui aku di dapur!” 

Vince dengan wajah yang dingin sedingin kulkas berlalu meninggalkan Qiara yang mulai mengoceh sendirian. Sudah cukup ia merasa frustasi karena telah menodai Qiara semalam. Bagaimanapun juga Vince bukan lah tipe laki-laki yang akan lari setelah melakukan kesalahan. 

“Aduh, ini kenapa perih banget sih rasanya. Aaaaaa,” Qiara berteriak dengan keras setelah melihat tanda-tanda merah di badan dan lehernya melalui cermin besar yang ada di hadapannya. 

Seketika Qiara mulai menyadari bahwa dia tak sedang berada di kamar miliknya. Jantungnya berdetak dengan kencang dan ia mulai mencoba untuk mengingat dengan keras apa yang telah terjadi kemarin hingga ia bisa berakhir di kamar yang tampak asing di matanya. 

“Bodoh, kok aku jadi bego gini sih. Ngapain coba nambah-nambah masalah! Astaga, aku harus gimana sekarang? Mau kutaruh dimana mukaku nanti, Oh Tuhan!”

Semua kejadian yang telah terjadi sebelumnya terputar dengan jelas di memori kepala Qiara. Malu, ya tentu saja. Karena dialah yang mulai mengekori lelaki yang ia sendiri bahkan tidak mengetahui orangnya bagaimana. 

Melihat piyama dan tuala yang telah disediakan sudah berada di hujung katil tempat nya berada, Qiara memutuskan untuk mandi terlebih dahulu dan akan berpikir setelahnya bagaimana cara untuk menyelesaikan masalahnya dengan si jejaka tampan yang setia menunggu dirinya di dapur. 

“Kamu masak sendiri semua makanan ini? Wah, kebetulan aku lapar banget. Terima kasih!” 

“Sama-sama!” 

“Ini enak banget sumpah!” 

“Makan lah sehingga kamu merasa kenyang. Setelah itu kita berdua harus berbicara soal apa yang telah terjadi. Dan aku yakin kamu lagi sedang pura-pura bego, satu hal yang harus kamu ketahui, aku orangnya jenis straight to the point!” 

“Ya sudah, mari kita bahas sekarang juga! Awalnya aku ingin memberi kamu uang sebagai ganti rugi atas semua perlakuan aku yang kemarin. Tapi aku yakin kamu pasti tidak mahu menerima uang kan! Jadi katakan apa yang bisa aku lakukan untuk menebus semua yang udah aku perbuat,”

Dalam sekejap watak Qiara berubah menjadi wanita yang tegas dan elegan. Sungguh sangat berbeda dengan dirinya ketika pertama kali mereka bertemu. Diam-diam Vince merasa tertarik dengan gadis yang berada di hadapannya ketika ini. 

Sekian lama Qiara menunggu jawaban dari Vince yang tak kunjung bersuara, lelaki itu malah hanya memperhatikan dirinya. Qiara bergidik ngeri melihat tatapan yang Vince tujukan kepadanya. Seketika tangan Qiara dengan cepat menoyor kepala Vince. 

“Kalau kamu menginginkan seperti apa yang telah kita lakukan semalam, jangan mimpi ya! Nggak akan aku kasih! Dih, enak aja mau mengulang kesalahan yang sama. Dikira nggak perih apa, kamu tau nggak betapa tersiksanya aku mau mandi tadi! Eh,” 

Tanpa diduga Qiara menampar mulut nya berkali-kali karena keceplosan soal rasa perih yang ia rasakan. Vince memutar bola matanya mendengar kata-kata Qiara. Jauh di dasar hatinya, lelaki itu semakin merasa bersalah di atas perbuatannya. 

“Tapi enak kan,” 

“Nggak sama sekali. Udah deh, jangan bahas soal itu lagi. Aku jadi merinding! Cepat katakan apa yang bisa aku lakukan untuk ganti rugi? Kayak nggak aman rasanya aku lama-lama di sini!” 

“Kamu berbeda dengan semua wanita pernah aku kenali. Ka-”

“Please deh, jangan bertele-tele! Langsung saja katakan. Aku mau pulang!”

“Aku mau kita melakukan pernikahan!”

“Ok, kalau itu mau kamu. Aku setuju ki–! Hah, Apa? Coba ulang sekali lagi?” Qiara yang baru menyadari permintaan lelaki yang berwajah datar dan dingin itu membulatkan matanya dengan sempurna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status