Share

Bab 3 : Salam Perkenalan

“Dasar lelaki aneh!” 

Bukannya kaget setelah melihat Vince marah, malah Qiara justru pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya. “Temperamen amat deh jadi manusia! Kan bisa diambil secara baik-baik bingkai fotonya tanpa ngebanting kayak orang ga jelas gitu, berserakan toh jadinya iya kan!” 

Vince memutarkan bola matanya mendengar Qiara yang tiada hentinya mengoceh setelah masuk ke dalam apartemennya. Matanya kembali memandang sebuah foto di antara kaca-kaca yang berserakan di jubin seramik. Dengan tatapan matanya yang dingin, Vince mengambil dan merobek foto itu sehingga hancur tak tersisa lagi.

Seketika Vince terduduk. “Sakit! Sakit sekali! Hatiku saat ini rasanya seolah sedang ditusuk seribu mata pisau yang menancap,” Sambil memukul-mukul dadanya. 

Qiara memutar kembali arahnya setelah melihat Vince seperti itu. Hatinya merasa terusik kala melihat reaksi kecewa yang terpampang dengan jelas dari raut wajah Vince.

“Sakit ya? Sakit lah ya pasti, iya kan? Berarti kita sama dong, sama-sama sedang tersakiti!” Tawa dari gadis itu menggelegar. Qiara ikut duduk bersimpuh di hadapan Vince. 

“Bagaimana jika malam ini kita bersenang-senang sejenak untuk melupakan rasa sakit itu. Ayo kita berkenalan untuk permulaan! Hai! Nama aku Qiara Selena Odelia, kamu bisa panggil aku Qiara. Kamu?” 

Qiara mengulurkan tangannya tanda salam perkenalan. Vince yang tadinya sedikit kesal akan ulah Qiara yang begitu usil kini turut mengikuti permainan dari gadis itu. Jika ini mampu membuat dirinya melupakan sejenak akan rasa sakit yang bersarang di dalam hatinya, ‘why not, right?’ 

“Vincenzo Nick Emyr, kamu bisa panggil aku Vince!” 

“Oh ya Vince, apa kamu punya minuman beralkohol untuk kita party berdua malam ini?” Qiara menyunggingkan senyuman manis di bibir tipisnya. 

“Apa itu perlu?” Tanyanya dengan suara yang dingin. Walau dirinya sempat terpana seketika melihat kecantikan gadis itu ketika ia tersenyum, ditambah dengan kedua lesung pipinya yang dalam menambahkan lagi kemanisan di wajah Qiara. 

Tanpa berkata apa-apa, Qiara berangkat menuju ke kulkas milik Vince. Vince menghela nafasnya melihat Qiara yang kembali usil. Tak lama kemudian dirinya juga beranjak mengikuti Qiara. 

“Apa kamu memang sifatnya seperti ini kalau lagi dalam keadaan waras? Aku jadi penasaran seperti apa sifat asli kamu?” 

“Penasaran apa penasaran nih?” Goda Qiara sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Vince. 

Vince meneguk air liurnya. Qiara yang melihat itu tak mampu untuk tidak tertawa. Gadis itu merasa senang ketika melihat wajah Vince yang kemerahan akan ulahnya barusan. Vince yang tak rela dirinya dipersendakan seperti itu menarik pinggang Qiara sehingga gadis itu terduduk di atas paha lelaki dingin itu. 

Qiara yang memang masih dalam pengaruh alkohol, melingkarkan kedua tangannya di leher Vince. Lama keduanya saling bertatapan sebelum pada akhirnya vince melepaskan pelukannya sehingga membuat Qiara terjatuh ke lantai. 

“A-aku tak sengaja membuat kamu jatuh. Maaf Qiara, maaf banget!”Dengan raut wajah yang penuh bersalah Vince membantu Qiara berdiri semula. 

“Untung saja pinggangku masih dalam kondisi baik-baik. Udah lah santai aja! Sebagai balasannya, kamu harus nemenin aku minum sampai aku ngerasa puas!” 

“Baiklah, untuk malam ini ayo kita party berdua, cheers”  

Terdengar bunyi dentingan gelas bersulang. Entah berapa gelas sudah air yang mereka teguk. Yang pastinya keduanya bisa melupakan untuk sesaat rasa sakit dan kecewa yang dirasakan pada mulanya. 

Tak lama kemudian terdengar bunyi deringan dari ponsel Qiara. Awalnya gadis itu hanya acuh dan mengabaikan saja ponselnya yang terus saja berbunyi. Vince yang merasa pusing melihat Qiara hanya mengabaikan saja panggilan demi panggilan itu lantas berinisiatif membantu Qiara untuk  menjawabnya. 

[Sayang, mohon maafkan aku! Semua yang terjadi hanya salah faham. Aku dijebak sama dia. Sayang tolong jangan diam saja,] 

[Sayang, sayang. Kamu siapa sih? Dasar lelaki brengsek! Aku tahu modus mu itu seperti apa. Kamu berpura-pura seolah dijebak. Hahaha! Qiara aku kasih tau kamu ya , semua yang diomongin lelaki ini semuanya dusta belaka! Dasar Buaya!] Ujar Vince sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Qiara. 

[Heh, kamu siapa? Pacar aku kemana? Kamu sedang ngapain sama Qiara?]  

[Bacot!]

Qiara yang kaget membesarkan bola matanya melihat Vince menjawab panggilan dari kekasihnya dan lebih tepat sudah menjadi mantan kekasihnya. Dengan pantas Qiara mengambil ponselnya, lalu  menutup panggilan itu serta merta. 

Tanpa aba-aba Qiara mengetuk kepala Vince dengan kuat lalu dirinya menangis sejadi-jadinya. Vince yang ketika ini merasa agak mabuk sedikit merasa kaget setelah  melihat gadis itu menangis. Sempat ia menggaruk kepalanya sebelum mencoba membawa Qiara untuk berbicara. 

“Qiara, kamu marah ya sama aku? Aku nggak pintar ngerayu wanita, tapi bisa nggak kamu berhenti menangis. Kepalaku pusing banget mendengarnya!” 

“Kamu kalau sudah mabuk jadi ngeselin banget ya! Pokoknya aku gak mau berhenti menangis. Huaaaaa,” 

“Ok ok, aku minta maaf sudah lancang menjawab panggilan dari kekasih kamu yang tercinta itu. Maafin aku ya,” Tanpa sedar Vince memeluk Qiara dengan erat.

“Ih, apaan sih Vince! Aku gak bisa bernafas ini, Kamunya kenceng banget peluk aku!” 

Sontak Vince melepaskan pelukan yang ia lakukan secara reflek tadi. Entah apa yang berada dalam pikirannya hingga membuat akal sehat hilang dari dirinya. Lelaki itu berpikir mungkin hanya karena saat ini dia sedang mabuk. Mana mungkin ia bisa berpaling dengan secepat itu dari seorang wanita yang pernah ia cinta tapi meninggalkan banyak luka pada dirinya. 

“Aku menangis bukan karena aku marah kok sama kamu!”

Vince mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Qiara. ‘Lalu untuk apa coba gadis ini menangis ga jelas kayak tadi. Gadis aneh!’

“Justru aku merasa senang kamu bisa balas dengan cara nyakitin hati lelaki keparat itu. Aku menangis karena terharu, lagi-lagi saat aku mencoba membayangkan bagaimana reaksi wajahnya saat ini!”

“Aku baru tahu di dunia ini ada wanita yang seperti kamu. Cantik, agak gila sedikit dan bisa happy go lucky begini bisa berakhir dengan lelaki yang berujung melukai kamu!” 

“Kenyataannya bukan hanya setakat melukai, malah mengkhianati dan menduakan! Lebih parahnya rasa sakit itu kian berganda bila sahabat baikku sendiri yang menusukku dari belakang. Kamu tau gak rasa nya itu sakit banget,”

Qiara tersenyum pahit setelah mengatakan itu. Terpancar kekecewaan yang begitu dalam dari kedua bola matanya yang indah. Vince terdiam setelah mendengar kisah Qiara. Mereka berdua mengalami kisah yang sama dengan jalan cerita yang berbeza. 

“Bisa aku peluk kamu?” 

“Tadi aja kamu main peluk tanpa kebenaran aku, kok sekarang jadi gentleman gini? Imut banget sih!” Goda Qiara dengan suara yang dibuat-buat lembut. 

Tak membalas ucapan Qiara, Vince lantas memeluk Qiara sambil membelai-belai belakang gadis itu. Entah bagaimana dari sebuah pelukan berakhir dengan cumbuan panas di antara mereka berdua. Dengan nafas yang terengah-engah, Vince kembali melumat bibir Qiara sehingga akhirnya ia tersadar. 

“Qiara, maafkan aku. Entah bagaimana, aku bisa hilang kendali. A-aku akan keluar dari sini. Kamu bisa istirahat disini sampai kamu udah baikan besok.”

Vince melangkah pergi tanpa menoleh ke arah Qiara. Disaat dia ingin buru-buru pergi, Qiara menahan tangan nya sembari mengeluarkan air mata yang membuat Vince semakin merasa tidak tega. 

“Qiara—” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status